BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. (Fahmi, 2012).Kemajuan suatu negara antara lain ditandai adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pasar modal merupakan tempat diperjual belikanya berbagai instrument

1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB I PENDAHULUAN. melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

modal sebagai salah satu tonggak perekonomian suatu negara. Baik buruknya investasi saham yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki modal melalui

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan pergerakan positif. Memasuki November 2012, indeks mulai kembali

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian modern dan era globalisasi saat ini pasar modal di suatu

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. modal (IDX, 2016). Dibandingkan dengan investasi surat berharga lainnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

I. PENDAHULUAN. Sikap investor terhadap risiko dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dengan menjalankan dua fungsi. Fungsi pertama ialah fungsi

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang semakin tumbuh, peran jasa keuangan menjadi sangat penting oleh sebagian besar masyarakat, pengusaha dan investor dalam dunia usaha. Tidak hanya untuk transaksi simpanan, melainkan juga sebagai sarana bagi pendanaan dalam upaya pengembangan dan perluasan usaha. Hampir semua aktivitas ekonomi menggunakan transaksi keuangan dalam jangka panjang demi kelangsungan hidup dan untuk mempertahankan dunia usaha. Sebagian pelaku usaha membuka peluang pendanaan ini secara publik/umum, di mana masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat berpartisipasi aktif dalam bagian perusahaan melalui transaksi perdagangan. Tempat yang digunakan untuk transaksi tersebut disebut pasar modal (Capital ket) atau bursa efek. Pasar ini memberikan ruang bagi para pemilik kelebihan dana untuk mengupayakan dana tersebut, sebagai sarana pendanaan dalam bentuk produk-produk instrumen pasar modal yang disebut investasi portofolio. Sebagian besar negara menganggap bahwa negara dapat maju dari keberadaan pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam pasar modal, semua perusahaan yang telah tercatat (listing) dapat memperdagangkan kepemilikan aset-aset perusahaan kepada para pemilik modal publik secara terbuka. Tempat ini pula, ukuran kinerja perekonomian negara yang berorientasi pada keuangan dapat terukur dari arah pergerakan angka indeks harga saham. Secara kumulatif, setiap 1

2 transaksi jual atau beli saham tercatat dalam trend indeks pasar, dan sekaligus mencerminkan aktivitas keuangan semua sektor ekonomi. Semua sektor ekonomi yang beraktivitas di pasar modal menimbulkan multiplier effect (dampak pengganda) bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pasar modal menjadi sangat peka terhadap perubahan ekonomi secara makro. Seperti ketika krisis keuangan global yang terjadi pada akhir bulan September 2008, nilai indeks bursa saham global menjadi turun drastis. Tidak hanya pasar negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, tetapi negara-negara emerging market seperti pasar modal Indonesia juga terkena imbas krisis keuangan tersebut. Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Indonesia, 2007 2012 Data Makro Ekonomi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (Dec) (Dec) (Dec) (Dec) (Dec) (Dec) BI Rate, (persen) 8,00 9,25 6,50 6,50 6,00 5,75 Suku Bunga Deposito 3 bulan, (persen per tahun) 7,42 11,16 7,48 7,06 6,81 5,76 Inflasi (persen, yoy) 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 Nilai tukar Rp/Dolar AS 9.419 10.950 9.400 8.991 9.068 9.670 Pertumbuhan Ekonomi, (persen) 6,34 6,01 4,63 6,20 6,46 6,23 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, 2007-2012 (diolah) Krisis ini berawal dari kegagalan subprime mortgage sektor properti dan kredit perbankan yang melambung tinggi, dan memicu perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS). Tidak hanya perekonomian negara AS yang merosot, tetapi kinerja pasar uang dunia menjadi tidak stabil dan tidak pasti. Krisis tersebut berdampak pada kemerosotan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,34 persen (2007) menjadi 6,01 persen di akhir tahun 2008 (lihat Tabel 1.1), dengan kenaikan inflasi mencapai 11,06 persen (yoy) dan apresiasi nilai tukar Rupiah/Dolar AS mencapai 10.950. Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan kebijakan

3 kenaikan suku bunga BI Rate sebesar 9,25 persen pada tahun 2008 sebagai upaya menjaga stabilitas harga. Hal ini merefleksikan bahwa informasi yang simetris dan real time dari perubahan ekonomi makro terhadap kinerja pasar modal sangat penting untuk dipahami para pemilik modal dan pelaku bisnis dalam pengambilan keputusan atas keuntungan dan risiko portofolio saham. Dalam analisis investasi, kinerja pasar modal dapat terukur dari indeks. Indeks merupakan indikator trend pasar modal yang menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Indeks harga saham merupakan pendaftaran saham dan sebuah statistik yang menggambarkan harga komposit dari komponen saham tersebut. Indeks juga dapat menjadi sebuah alat untuk mewakili karakteristik dari komponen saham tersebut, yang memiliki kesamaan seperti perdagangan di pasar saham yang sama, menjadi bagian dari industri sejenis, atau memiliki kapitalisasi pasar yang mirip. Indeks harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, berarti bahwa harga transaksi saham juga bergerak turun/naik dalam hitungan waktu yang cepat pula (Herlinto, 2010: 45). Oleh sebab itu, kepekaan kinerja pasar modal terhadap suatu informasi yang real time menjadi kebutuhan para pemain saham untuk mendapatkan pilihan yang bijak atas keputusan investasi yang diambil, terutama yang berkaitan dengan risiko investasi. Semua saham-saham yang tercatat di bursa menjadi komponen perhitungan indeks pasar, dan sering disebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite Stock Price Index. Komponen IHSG terdiri dari indeks harga saham sektoral/industri yang telah tercatat dalam penetapan klasifikasi industri sembilan sektor atau JASICA (Jakarta Industrial Classification) di Bursa Efek Indonesia.

4 Fluktuasi pergerakan IHSG selama periode bulan Januari 2008 sampai Juni 2009 (lihat Gambar 1.1) tidak selalu dalam posisi stabil. Hal ini dikarenakan bahwa pergerakan IHSG tersebut sensitif terhadap perubahan, baik ekonomi maupun non-ekonomi. Perubahan implementasi penetapan kebijakan moneter dan sasaran ekonomi makro yang ditetapkan Bank Indonesia juga menjadi faktor fundamental dalam mekanisme pasar modal, terutama terkait risiko atas dana yang diinvestasikan di pasar modal. Sumber: Indonesia Stock Exchange, 2009: 60 Gambar 1.1 Pergerakan Jakarta Composite Index (JCI), Januari 2008 Juni 2009 Pergerakan angka indeks pada Gambar 1.1 tampak ada kecenderungan mengalami penurunan yang tajam pada saat akhir tahun 2008. Penurunan ini tercatat pada level 1.832,507 (September, 2008), dan semakin menurun pada level 1.355,408 (Desember, 2008). Pergerakan yang menurun ini terjadi bersamaan dengan peristiwa krisis keuangan global. Hal ini menunjukkan bahwa indeks harga saham peka terhadap krisis keuangan global saat itu. Sentimen kepercayaan masyarakat pemodal terhadap kinerja pasar modal pun kian menyurutkan iklim

5 investasi di Indonesia saat itu. Kestabilan harga dan nilai mata uang Rupiah diupayakan oleh pelaksana otoritas kebijakan moneter (Bank Indonesia) dengan menetapkan BI Rate (suku bunga kebijakan) sebagai bentuk pencerminan sikap atau stance kebijakan moneter yang diumumkan kepada publik. Implementasi BI Rate berupa operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang, yang tercermin dalam perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Perubahan suku bunga ini diharapkan dapat diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id). Persen, (%) 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00, 2008 : 12.151 Rp/Dolar AS, 2008: 10,83 %, 2008: 9,25% Rupiah/Dolar AS 14,000 12,000 BI Rate Suku Bunga Deposito 3 Bulan 10,000 Nilai tukar Rupiah/Dolar AS 8,000 Sept, 2013: 7,25% 6,000 4.00 4,000 2.00 2,000 0.00 - periode waktu 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: Bank Indonesia, 2005-2013 (diolah) Gambar 1.2 Perkembangan Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah/Dolar AS di Indonesia, i 2005 September 2013 Faktor-faktor lain dalam perekonomian juga menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan BI Rate. Seperti ketika Bank Indonesia akan menaikkan BI Rate, implementasi tersebut akan dilaksanakan apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan.

6 Begitu pula ketika Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate, maka implementasi dilaksanakan apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id). Perubahan stimulus kebijakan moneter melalui penetapan BI Rate diimplementasikan oleh Bank Indonesia pada berbagai instrumen keuangan dengan prinsip kehati-hatian demi menjaga stabilitas harga dan perekonomian secara agregat. Ketika BI Rate dinaikkan sebesar 25 basis poin dari 9,00 persen (Agustus, 2008) menjadi 9,25 persen (September, 2008), juga diikuti dengan kenaikan suku bunga deposito 3 bulan dan penguatan nilai tukar Rupiah/Dolar AS. Perubahan kebijakan penetapan BI Rate menjadi sinyal atas risiko yang akan disyaratkan para pemilik modal terhadap dana yang diinvestasikan. BI Rate (sebagai suku bunga acuan) juga menjadi isyarat atas keberadaan alternatif investasi dalam bentuk surat berharga seperti SBI, SUN, dan obligasi (ORI) yang cenderung memiliki tingkat risiko terjaga. Jika sinyal risiko suku bunga direspon negatif oleh pergerakan indeks harga saham, berarti ada indikasi bahwa perusahaan-perusahaan akan kesulitan pendanaan. Hal ini terjadi karena ada penarikan dana besar-besaran dan pelarian dana ke luar negeri dari para penanam modal yang memicu kepanikan di pasar modal, sehingga perusahaan-perusahaan sulit memperoleh pendanaan (crowding out effect). Indeks harga saham pun akan cenderung menurun. Dampak crowding out effect ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lambat, sehingga penetapan BI Rate diharapkan dapat menjalankan tiga fungsi utama yang meliputi (1) pengendalian tingkat inflasi; (2) indikator suku bunga deposito dan kredit bank; dan (3) instrumen pengendalian volatilitas Rupiah (kurs) agar stabilitas harga tetap terjaga (Purnomo, Serfiyani dan Hariyani, 2013: 103). Akibat

7 penguatan kurs Rupiah/Dolar AS diharapkan dapat mendorong pemilik modal untuk berinvestasi, karena penguatan kurs Rupiah/Dolar AS akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku (Tandelilin, 2001: 214). Pada bulan Desember 2012, penguatan kurs mencapai Rp9.670,00/Dolar AS dengan tingkat perekonomian sebesar 6,23 persen. Perkembangan tersebut juga diikuti oleh kenaikan inflasi pada tahun 2012 tercatat mencapai 4,30 persen (yoy), lebih tinggi dari 3,79 persen (yoy) tahun 2011. Akibat atas perubahan makro ekonomi tersebut, pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) juga turut tertekan. Tekanan kurs yang berasal dari mata uang Dolar AS menjadi kurang stabil akibat gelombang kerugian pasar finansial global. Atas kerugian tersebut, investor asing mengalami kesulitan likuiditas dan terpaksa menarik dana investasi tersebut (deleveraging) dari Indonesia. Perilaku ini juga didorong oleh para pelaku pasar risk aversion yang melakukan flight to quality dari aset yang dipandang berisiko ke aset yang lebih aman. Jika penguatan nilai tukar Rupiah/Dolar AS kian meningkat, maka dikhawatirkan akan memperlambat kinerja setiap sektor ekonomi yang sebagian besar pendanaan berasal dari investasi asing. Perubahan pergerakan harga saham merefleksikan perubahan siklus ekonomi yang akan terjadi. Hal ini dikarenakan setiap perubahan return saham yang akan diterima dan risiko yang ditanggung investor pada salah satu industri/sektor ekonomi berimplikasi terhadap produktivitas usaha dan pengambilan keputusan investasi. Iklim investasi yang sehat dan positif mencerminkan tingkat kapitalisasi pasar yang besar, terutama kapitalisasi pasar antarsektoral. Kapitalisasi pasar antarsektoral tumbuh cukup baik seiring dengan proses pemulihan ekonomi global. Lima kapitalisasi terbesar terjadi pada sektor

8 keuangan (finance) yang tercatat 18,7 persen, kemudian diikuti sektor consumer goods (15,5 persen); sektor infrastucture (14,8 persen); sektor trade, services and investment (14,7 persen); dan sektor property and real estate (14,4 persen). Sumber: IDX, September 2013. Gambar 1.3 Kapitalisasi Pasar Antarsektoral, September 2013 Ketidakpastian akan risiko dan return yang tinggi dalam dinamika pasar modal menjadi hal yang menarik bagi investor/penanam modal, sehingga penting bagi para penanam modal untuk memprediksi tingkat kepekaan return saham terhadap risiko perubahan ekonomi makro di pasar modal. Banyak peneliti terdahulu yang melakukan penelitian mengenai pengaruh fundamental ekonomi makro terhadap return harga saham, tetapi kepekaan return harga saham terhadap perkembangan ekonomi dalam periode waktu berjalan masih perlu diamati dan dianalisis untuk pengembangan studi tentang kinerja pasar modal. Oleh karena itu, penelitian ini mengembangkan kepekaan kinerja pasar modal yang ditinjau dari

9 sembilan sektor indeks harga saham, meliputi indeks harga saham gabungan (sebagai pencerminan pergerakan pasar) dan indeks harga saham sektoral (sebagai sub sektor dari indeks harga saham gabungan yang meliputi agriculture; mining; basic industry and chemicals; miscellaneous industry; consumer goods; property and real estate; infrastructure, transportation and utilities; finance; dan trade, services and investment) terhadap perubahan faktor-faktor ekonomi makro di pasar modal Indonesia. Cara pengujian kepekaan kinerja pasar modal terhadap risiko perubahan faktor-faktor ekonomi makro dilakukan dengan menguji pengaruh suku bunga dan nilai tukar Rupiah/Dolar AS terhadap return harga saham di pasar modal Indonesia dalam jangka pendek menggunakan analisis regresi. Kepekaan tersebut, juga dapat ditimbulkan akibat peristiwa penting nasional yang tidak dapat diprediksi oleh pasar, sehingga dapat memicu kegagalan atau kerugian atas pengambilan keputusan investasi. Pengujian reaksi pasar terhadap suatu informasi baru atau peristiwa penting ini dilakukan dengan menggunakan event study dalam jangka pendek. Pengujian reaksi pasar tersebut sebagai bentuk dukungan atas temuan empiris dari analisis regresi. Hasil penelitian ini diharapkan para pemilik modal yang berinvestasi saham dapat menentukan strategi dan langkah yang tepat dalam penentuan harga. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis hubungan antara variabel-variabel ekonomi makro terhadap harga saham di pasar modal Indonesia telah banyak dilakukan di lingkungan Perguruan Tinggi. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di

10 Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada adalah sebagai berikut: No. Peneliti Tujuan Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu Alat Analisis Hasil Analisis 1. Zulkarnain, 2010 Menganalisis pengaruh faktor fundamental perusahaan dan faktor ekonomi terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. 2. Rahmat, 2013 Menganalisis pengaruh perubahan harga minyak dunia, tingkat inflasi, kurs Rupiah dan BI rate terhadap indeks harga saham gabungan dan 10 (sepuluh) indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia, dengan data bulanan dari tahun 2007-2011. Regresi linear berganda dengan data panel. Analisis korelasi Pearson product moment Current Ratio, Debt to Equity, Return on Equity, Earning per Share, Deviden per Share, inflasi, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabel BI rate, inflasi dan kurs Rupiah memiliki korelasi negatif terhadap IHSG dan Indeks Sektoral, sedangkan untuk variabel perubahan harga minyak dunia memiliki korelasi positif terhadap IHSG dan Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia. 3. Atmaji, 2011 Menganalisis pengaruh faktor fundamental perusahaan (rasio CAMEL) dan ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009. Regresi linear berganda dengan data panel. Variabel Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Earning per Share, tingkat inflasi, suku bunga Bank Indonesia, dan kurs berpengaruh terhadap harga saham. Dilanjutkan.

11 Tabel 1.2 (Lanjutan) No. Peneliti Tujuan Alat Analisis Hasil Analisis 4. Christiyanto, 2012 Menguji pengaruh jumlah uang beredar (M2), nilai tukar Rupiah per USD Dollar, dan tingkat suku bunga simpanan berjangka terhadap kinerja pasar modal atau Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia periode Jan.2003-Des.2011. Model dinamik dengan model koreksi kesalahan yang dimodifikasi oleh Domowitz dan Elbadawi (DE - ECM). Pertama, hasil estimasi ECM menunjukkan bahwa spesifikasi model sudah benar (valid) dan dapat memberikan indikasi ada hubungan jangka pendek dan jangka panjang. kedua, variabel nilai tukar dalam jangka pendek dan jangka panjang terbukti berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja pasar modal atau IHSG. Ketiga, variabel suku bunga simpanan berjangka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang terbukti tidak berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja pasar modal atau IHSG. Meskipun banyak penelitian yang serupa, tetapi penelitian ini memiliki perbedaan dengan yang pernah diteliti oleh penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini menguji pengaruh suku bunga dan nilai tukar Rupiah/Dolar AS terhadap return harga saham di pasar modal Indonesia dalam jangka pendek. Return harga saham diukur dari indeks harga saham gabungan (sebagai

12 pencerminan pergerakan pasar) dan indeks harga saham sektoral (sebagai sembilan sub sektor dari indeks harga saham gabungan, yang terdiri dari agriculture; mining; basic industry and chemicals; miscellaneous industry; consumer goods; property and real estate; infrastructure, transportation and utilities; finance: dan trade, services and investment). 2. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan metode pendekatan Error Correction Mechanism (ECM) two stage Engle Granger, dengan asumsi kelambanan tingkat pertama (first order lags). Penelitian dibentuk dalam sepuluh model regresi dinamik yang menggambarkan masing-masing kinerja sektoral dan pasar modal. Model dinamik menjelaskan hubungan antara independent variable terhadap dependent variable dalam jangka pendek, sedangkan ada atau tidak hubungan jangka panjang hanya dijelaskan dari tingkat kecepatan penyesuaian ketidakseimbangan yang terjadi antara jangka pendek dan jangka panjang pada masing-masing model dinamik. 3. Penelitian ini tidak hanya menguji pengaruh variabel-variabel makro terhadap return harga saham dengan regresi dinamik, tetapi juga didukung dengan pengujian event study yang menguji kepekaan abnormal return terhadap suatu informasi baru untuk mencapai keseimbangan harga yang baru di pasar. Informasi ini berupa publikasi perubahan penetapan kebijakan suku bunga BI Rate tiap bulan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pengujian event study dilakukan dalam event window selama periode t-5 sampai t+5 hari sekitar pengumuman, dan periode estimasi selama 165 hari sebelum pengumuman (dari bulan Januari 2013).

13 Keseimbangan Pasar (Model APT) : Return harga saham = risiko suku bunga (IR) and nilai tukar Rp/Dolar AS (ER) Dampak shock krisis keuangan global Informasi Pengujian Kandungan Informasi Asumsi: harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan informasi publikasi BI Rate Event Study Reaksi pasar pada antarsektoral/ industri Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitan 1.3.1 Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini ingin mencapai tujuan sebagai berikut. 1. Menguji pengaruh suku bunga terhadap return harga saham di pasar modal Indonesia dalam jangka pendek. 2. Menguji pengaruh nilai tukar (kurs) Rupiah/Dolar AS terhadap return harga saham di pasar modal Indonesia dalam jangka pendek. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari hasil analisis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi praktisi (Bank Umum, investor, profesional antarsektoral, pengambil kebijakan pemerintah pusat maupun daerah) diharapkan memperoleh tambahan informasi dari hasil studi empiris (secara ekonometrika dan statistika) ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

14 2. Bagi akademisi dan peneliti diharapkan mendapat tambahan referensi pengetahuan dari hasil empiris analisis kepekaan kinerja pasar modal terhadap perubahan faktor-faktor ekonomi makro ini, karena dasar penelitian ini merupakan penerapan konsep dan teori-teori yang telah ada terhadap data aktual. 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini menyajikan empat bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pengantar, memuat uraian mengenai latar belakang masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, yang berisi beberapa aspek penting seperti tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis dan alat analisis. Bab III Analisis Data dan Pembahasan berisi tentang cara penelitian, jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, hasil dan analisis data serta pembahasan. Bab IV berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan bagian penutup dari penelitian.