Norma I. M. J. et al., Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa...

dokumen-dokumen yang mirip
Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

Kiki Dewi Rahmawati et al., Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa... Kata kunci: kemampuan metakognisi, metakognisi, penyelesaian masalah, polya.

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Tika Nurpitasari 23, Suharto 24, Arika Indah Kristiana 25

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH TERBUKA BERBASIS POLYA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX SMP NEGERI 7 JEMBER

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KEUANGAN BERDASARKAN MODEL POLYA SISWA SMK NEGERI 6 JEMBER

Riandani Sarwindah Putri et al., Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa dalam

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

Pendahuluan. Oktorica Cindra Suryanti et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI KESALAHAN WATSON DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIMPUNAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 11 JEMBER

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari)

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA

Finda Dwi Permatahati et al., Analisis Proses Berpikir Siswa Tuna Grahita Ringan...

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

Miftahul Ayu et al., Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP...

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

Pendahuluan. Fonda Essa Habiba et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Berpikir Kreatif dalam Menyelesaikan...

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA AVRIABEL.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENGGUNAAN SOFTWARE CABRI PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SMA

PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL BERDASARKAN NEWMAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PONOROGO

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

Lina Nofianti H.U. et al., Kecerdasan Visual-Spasial dan Logika Matematika dalam...

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA

Error Analysis Based On Categories Of Error According To Watson In Solving Fractional Multiplication And Division Students Grade V SDN Tegal Gede 01

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

ANALISIS KESALAHAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA MENGGUNAKAN MATH EXAMPLARS PADA SUB POKOK BAHASAN PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DI KELAS VII MTS DARUSSA ADAH JEMBER

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

mengungkapkan gagasan-gagasan matematis secara tulisan atau lisan, menggunakan pendekatan bahasa matematis untuk menyatakan informasi matematis, mengg

Pendahuluan. Puspita Maya Margaretha. et al., Kecerdasan Visual-Spasial Siswa SMP berdasarkan Teori Hass...

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Kata Kunci: proses berpikir, gaya kognitif reflektif dan impulsif, pemecahan masalah

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEPRIBADIAN TIPE EKSTROVERT DAN INTROVERT SISWA SMP KELAS VII

Arif Priyanto et al., Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika...

PROSES PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI ARITMATIKA SOSIAL BERDASARKAN METAKOGNISI SISWA SMP

Abstrak. Kata Kunci: berpikir kreatif, gaya kognitif field independent, gaya kognitif field dependent, pemechan masalah. Abstract

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

Agustin Puspitasari et al : Analisis Kemampuan Literasi Matematika...

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SUBBAB PERBANDINGAN BERDASARKAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH POLYA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual

Keywords : The Level of Student's Performance, Critical Thinking, and Performance Task

Rositasari et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan Contextual...

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

PROSES METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI BANYUMAS TESIS

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

KATEGORI BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SURAKARTA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK HIMPUNAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA

PROSES BERPIKIR SISWA TUNANETRA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KUBUS DAN BALOK KELAS IX DI SMPLB-A TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Wirdah Pramita N. 1, Didik S.P. 2, Arika I.K. 3

ANALISIS KESALAHAN PENGOLAHAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIAKAN MASALAH LINGKARAN

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

Pendahuluan. Wisas Yuan Isvina et al., Proses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan...

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Linda Sunarya NIM.

Gathut Limardani et al., Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan...

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 6 Tahun 2017 ISSN :

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SKRIPSI

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ISMIYATI MARFUAH S

Erna Yunita Sari 37, Sunardi 38, Susanto 39

ANALISIS KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI SERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

Ferina Widya Wiyanti et al., : Pengembangan Tes Matematika Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi...

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Transkripsi:

1 Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Polya Pokok Bahasan Perbandingan Kelas VII di SMP Negeri 4 JEMBER (The Analysis Metacognition Knowledge of Student to Solve Math's Problem Based on Polya for Comparison Topic Seventh Grade at SMP Negeri 4 Jember ) Norma Indriani M.J., Suharto, Dian Kurniati Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 email:suharto.hartos@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan metakognisi siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam menyelesaikan masalah matematika berbasis Polya pada pokok bahasan perbandingan kelas VII SMPN 4 Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode tes, metode think aloud, dan metode wawancara. Subjek penelitian ini adalah tiga siswa kelas VII-F SMP Negeri 4 Jember yaitu siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi, siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika sedang, dan siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika rendah. Pada penelitian ini, data akan dianalisis setelah subjek mengerjakan tes pemecahan masalah metakognisi sebanyak dua soal yang diikuti dengan hasil think aloud serta hasil dari wawancara. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap pengetahuan metakognisi siswa menunjukkan bahwa siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi memiliki pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional yang lengkap pada langkah memahami masalah, membuat rencana, dan melaksanakan rencana dalam menyelesaikan kedua permasalahan. Siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika sedang dalam menyelesaikan permasalahan pertama memiliki pengetahuan deklaratif dan kondisional yang lengkap pada langkah pemcahan masalah berbasis Polya dan hanya memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap pada langkah membuat rencana, sedangkan pada permasalahan kedua, ia hanya memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap pada langkah menelaah kembali. Siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika rendah hanya memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap pada permasalahan pertama dan langkah menelaah kembali pada permasalahan kedua. Kata kunci: pengetahuan metakognisi, think aloud. Abstract The purpose of this research was to determine student's metacognition knowledge of high, medium, and low capability in solving mathematic problems based on Polya for the comparison topic 7 th grade SMP Negeri 4 Jember. This research is a descriptive qualitative method. There are three method used in this research, namely documents, observations, and interview. The subjects were three students of 7 th grade SMP Negeri 4 Jember whose problem solving capability high, medium, and low. In this research, the data were analyzed after the subjects did a metacognition problem solving task which are two problems, then the results of think aloud and interview of them. Results of this research showed that students of high mathematic problem solving capability has complete declarative, procedural and conditional knowledge in three steps, they are understanding the problem, making a plan, and carrying out the plan when solved two problems. Students of medium mathematic problem solving capability has complete declarative and conditional knowledge on steps of problem solving based on Polya and only has a complete procedural knowledge in making a plan step when he solve the first problem, while the second problem, he only has a declarative knowledge in looking back step. Students of low mathematic problem solving capability only has complete conditional knowledge in the first problem and looking back step in the second problem. Keyword : Metacognition knowledge, think aloud. Pendahuluan Pada tiap jenjang pendidikan, matematika merupakan ilmu wajib yang harus ditempuh oleh siswa mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Matematika juga ilmu yang dapat menuntun siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Sehingga matematika amatlah penting bagi peserta didik untuk dikuasai karena matematika dapat memajukan daya pikir manusia. Pada pembelajaran matematika, kemampuan berpikir siswa akan terasah salah satunya dengan diberikan tugas pemecahan masalah. pemecahan masalah merupakan salah satu tugas yang tak pernah lepas dalam pembelajaran matematika

2 namun siswa cenderung kesulitan dalam menyelesaikannya. Penguasaan strategi pemecahan masalah matematika yang berbeda pada tingkatan kemampuan matematikanya tentu didasari pada kesadaran dalam berpikirnya yaitu kesadaran tentang apa yang ia ketahui dan bagaimana ia menerapkannya. Dalam dunia pendidikan hal ini dikenal dengan istilah pengetahuan metakognisi. Romli mengemukakan bahwa pengetahuan metakognisi merujuk pada pengetahuan umum tentang bagaimana seseorang belajar dan memproses informasi, seperti pengetahuan seseorang tentang proses belajarnya sendiri [1]. Menurut Ann Brown, pengetahuan metakognisi terbagi menjadi tiga komponen, yaitu pengetahuan deklaratif (mengetahui apa), prosedural (mengetahui bagaimana), dan kondisional (mengetahui kapan dan mengapa) [2]. Jika seseorang memiliki pengetahuan metakognisi dengan baik maka ia dapat menggunakan informasi yang diketahui dari soal pemecahan masalah dengan tepat, menyusun strategistrategi penyelesaiannya, dan mengetahui kapan dan mengapa strategi tersebut digunakan untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika. Sehingga dengan terbiasa menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika, maka siswa akan berpikir secara lebih jernih, sistematis, analitik, dan efisien dalam menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tahap pemecahan masalah yang banyak dirujuk adalah tahap pemecahan masalah berbasis Polya, yaitu terdiri dari memahami masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan menelaah kembali jawaban [3]. Polya sendiri menyebutkan pemikirannya tersebut sebagai berpikir tentang proses (thinking about the process) dalam kaitannya dengan kesuksesan pemecahan masalah [4]. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti memilih tahap pemecahan masalah berbasis Polya karena peneliti dapat mengetahui sejauh mana siswa mengetahui proses berpikirnya sendiri dalam memecahkan suatu masalah menurut tahapan Polya. Melihat betapa pentingnya pengetahuan metakognisi untuk kemajuan proses belajar dan berpikir siswa yang nantinya berpengaruh pada tingkat kemampuan matematikanya, maka peneliti tertarik untuk menganalisis lebih jauh tentang pengetahuan metakognisi siswa. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Polya Pokok Bahasan Perbandingan Kelas VII di SMP Negeri 4 Jember. Subjek yang diambil yaitu tiga siswa yang masing-masing mewakili siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi, sedang, dan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan metakognisi siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam menyelesaikan masalah matematika berbasis Polya pada pokok bahasan perbandingan, sehingga dapat menambah wawasan guru tentang pengetahuan metakognisi siswa, mengetahui kelebihan-kelebihan siswa dan kekurangankekurangan siswa akan kesadarannya tentang pengetahuan metakognisi. Dengan demikian guru dapat memperbaiki pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi siswa. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah [5]. Sedangkan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang [6]. Subjek penelitian dipilih sebanyak tiga orang, masing-masing mewakili siswa berkamampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan subjek dilakukan dengan memberi tes pemecahan masalah matematika untuk diselesaikan, kemudian dilakukan pengoreksian dan penskoran jawaban siswa untuk menentukan kedudukan siswa dalam pengelompokan kemampuan pemecahan masalah matematikanya. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang prosedur penelitian. a. Melakukan kegiatan pendahuluan, yaitu dengan menentukan daerah penelitian, membuat surat ijin penelitian, dan berkoordinasi dengan guru matematika tempat penelitian untuk menentukan jadwal pelaksanaan penelitian. b. Membuat tes dan pedoman wawancara. Terdapat dua macam tes yang dibuat oleh peneliti, yaitu tes pemecahan masalah dan tes pemecahan masalah metakognisi, pembuatan kedua tes ini dilakukan dengan membuat soal/tes, pedoman penskoran, dan kunci jawaban sedangkan pedoman wawancara berupa kerangka pertanyaan yang akan dilakukan pada tahap wawancara. c. Memvalidasi tes dan pedoman wawancara, dilakukan sebelum diadakan penelitian. Memvalidasi tes dan pedoman wawancara dengan cara diberikan kepada dua dosen Pendidikan Matematika dan seorang guru SMP Negeri 4 Jember. Lembar validasi berisi kesesuaian validasi isi, validasi konstruksi, bahasa soal, alokasi waktu, dan petunjuk pengerjaan soal. d. Uji reliabilitas tes, dilakukan sebelum diadakan penelitian. Melakukan uji reliabilitas tes permasalahan matematika dengan cara diujicobakan kepada kelas VII-G e. Menentukan subjek penelitian, dilakukan setelah mendapatkan hasil jawaban seluruh siswa kelas VII-F pada tes pemecahan masalah yang diberikan sehingga diperoleh siswa berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi, sedang, dan rendah. f. Mengumpulkan data, dilakukan dengan memberikan tes pemecahan masalah metakognisi kepada tiga

3 subjek penelitian di kelas VII-F. Sebelumnya, ketiga subjek penelitian dipilih berdasarkan hasil tes pemecahan masalah matematika. Pada saat pengerjaan tes pemecahan masalah metakognisi, juga dilakukan metode think aloud. Selanjutnya diadakan wawancara terhadap subjek untuk memperoleh analisis yang lebih rinci dan mendalam tentang pengetahuan metakognisi siswa. g. Menganalisis data, Pada tahap ini hasil jawaban siswa akan dianalisis dari tes pemecahan masalah, think aloud dan wawancara yang telah dilakukan. Analisis ini adalah tujuan utama dari penelitian, bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pokok bahasan perbandingan. h. Menyimpulkan, pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Pada penelitian ini metode yang digunakan meliputi metode tes, metode wawancara, dan triangulasi. a. Metode Tes Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pokok bahasan perbandingan dengan langkah pemecahan masalah berbasis Polya, untuk menentukan ketiga subjek digunakan tes pemecahan masalah matematika yaitu suatu tes yang tidak langsung diketahui jawabannya, melainkan harus memecahkan beberapa masalah terlebih dahulu pada soal tersebut. Tes ini sebanyak dua soal. Kemudian, tes yang digunakan untuk mengumpulkan data ketiga subjek adalah tes pemecahan masalah metakognisi yaitu tes pemecahan masalah yang memiliki perintah soal sesuai indikator pengetahuan metakognisi, hal ini bertujuan agar peneliti mendapatkan data tentang pengetahuan metakognisi siswa secara tertulis. Tes ini sebanyak dua soal. b. Metode Think Aloud Metode think aloud bertujuan untuk mengetahui pengetahuan metakognisi siswa yang dapat diamati ketika ia mengerjakan tes yang diberikan melalui apa yang diucapkannya selama pengerjaan tersebut berlangsung. Alat yang dibutuhkan untuk merekam adalah alat perekam suara atau video. c. Metode Wawancara Wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Nasution mengatakan bahwa tujuan wawancara tak terstruktur ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan orang lain. Responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi, setelah peneliti memperoleh sejumlah keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih wancara yang telah dibuat [7]. Metode wawancara berstruktur yang disusun berdasarkan pedoman wa pada penelitian ini digunakan untuk mencari atau melengkapi data yang sebelumnya telah diperoleh dari hasil tes yang telah dikerjakan oleh siswa dan metode think aloud. Hasil dan Pembahasan Pengumpulan data ketiga subjek penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-28 Februari 2015 dengan rincian sebagai berikut. a. Hasil Validitas Instrumen Tes Uji validitas pada tes pertama yaitu tes pemecahan masalah berisi validitas isi, validitas konstruksi, bahasa soal, alokasi waktu, dan petunjuk. Untuk menguji validitas isi, aspek yang diamati yaitu kesesuaian soal dengan indikator kisi-kisi tes sedangkan untuk menguji validitas konstruksi, soal yang disajikan merupakan bentuk pemecahan masalah.. Berdasarkan hasil, nilai rerata total (Va) diperoleh Va = 4,13 artinya soal tergolong kategori valid sehingga tidak perlu uji validitas kembali dan dapat digunakan dalam penelitian namun perlu diadakan perbaikan pada instrumen tes sesuai saran revisi dari validator. Pada uji validitas tes kedua, yaitu tes pemecahan masalah metakognisi, aspek yang diamati oleh validator pada uji validitas tes ini sama seperti uji validitas tes pertama, namun pada tes kedua tidak ada alokasi waktu. Berdasarkan hasil validasi, nilai rerata total (Va) diperoleh 4,19. Hal ini menunjukkan bahwa soal tergolong kategori valid sehingga tidak perlu uji validitas kembali dan dapat digunakan dalam penelitian namun peneliti mengadakan perbaikan pada instrumen tes sesuai saran revisi dari validator. b. Hasil Uji Validitas Pedoman Wawancara Uji validitas pedoman wawancara berisi kesesuaian pertanyaan dengan indikator yang telah dibuat. Hasil validasi dari ketiga validator menunjukkan bahwa semua indikator telah tersurat pada pertanyaan yang akan diajukan pada subjek penelitian, tetapi ada beberapa saran revisi yang diberikan oleh validator untuk diperbaiki. c. Hasil Uji Reliabilitas Setelah dilakukan perbaikan terhadap kedua jenis tes yang telah divalidasi, selanjutnya diadakan uji reliabilitas pada kelas VII-G yang berisi 35 siswa. Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas dengan rumus alpha pada tes pertama diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,62 artinya tingkat reliabilitas tes termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang dibuat sudah baik dan cukup dapat dipercaya untuk digunakan. Sedangkan pada tes kedua, berdasarkan perhitungan uji reliabilitas dengan rumus alpha dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,68 artinya tes yang dibuat termasuk kategori tinggi maka dapat dikatakan sudah baik dan cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. d. Hasil Siswa Berkemampuan Pemecahan Masalah Matematika Tinggi (S1) Pada permasalahan 1 langkah memahami masalah, S1 memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena dapat menyatakan masalah dengan benar dan menentukan konsep / operasi hitung / rumus yang dapat digunakan dengan benar yaitu perbandingan senilai dan

4 penjumlahan. Pada langkah membuat rencana, S1 juga memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena rencana yang dibuat benar dan runtut. Sesuai dengan rencana yang dibuat, ia dapat melaksanakan rencana dengan benar dan rinci, dapat disimpulkan S1 memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap. Pada langkah menelaah kembali jawaban, S1 tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena ia hanya memastikan kebenaran harga 5 tiket permainan Susi dengan proporsi, namun tidak menentukan uang yang dikeluarkan dan nilai perbandingannya. Pada langkah tersebut, S1 juga tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena meskipun ia mengetahui strategi apa yang diambil yaitu proporsi, namun tidak mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan. S1 juga memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap karena dapat mengungkapkan alasannya menggunakan proporsi untuk menelaah kembali dan dapat memastikan pada langkah apa perbandingan itu digunakan dengan benar. Pada permasalahan kedua, S1 memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena dapat menyatakan masalah dengan benar dan dapat menentukan konsep / operasi hitung / rumus yang digunakan dengan benar yaitu perbandingan tidak senilai dan pengurangan. S1 juga memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap pada langkah membuat rencana karena rencana yang dibuatnya runtut dan benar. Ia juga dapat melaksanakan rencana dengan benar dan lengkap, sehingga dapat dikatakan pengetahun prosedural yang dimiliki sudah lengkap. Pada langkah menelaah kembali jawaban, S1 tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena ia hanya memastikan jumlah pekerja selama 14 hari yang tersisa dengan proporsi, namun tidak mencari hari yang tersisa dan jumlah pekerja tambahan. Untuk pengetahuan deklaratif pada langkah tersebut, S1 tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena meskipun mengetahui tentang strategi yang diambil yaitu proporsi, namun tidak mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan dalam soal. S1 memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap karena dapat mengungkapkan alasannya menggunakan proporsi dan dapat memastikan pada langkah apa perbandingan itu digunakan dengan benar. d. Hasil Siswa Berkemampuan Pemecahan Masalah Matematika Sedang (S2) Pada permasalahan 1 langkah memahami masalah, S2 memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena dapat menyatakan masalah dengan benar dan menentukan konsep / operasi hitung / rumus yang dapat digunakan dengan benar yaitu perbandingan senilai dan penjumlahan. Pada langkah membuat rencana, S2 juga memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena rencana yang dibuat benar dan runtut. Namun pada langkah melaksanakan rencana, ia salah dalam menuliskan penghubung dari perbandingan senilai yang dimilikinya, sehingga dapat disimpulkan S2 memiliki pengetahuan prosedural yang kurang lengkap. Pada langkah menelaah kembali jawaban, S2 tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena hanya menentukan uang yang dikeluarkan dan nilai perbandingannya namun tidak mencari harga 1 tiket permainan. Pada langkah tersebut, S2 memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena mengetahui strategi apa yang diambil yaitu mengerjakan kembali dan mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan. S2 juga memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap karena dapat mengungkapkan alasannya menggunakan langkah rencana penyelesaian untuk menelaah kembali dan dapat memastikan pada langkah apa perbandingan itu digunakan dengan benar. Pada permasalahan kedua, S2 tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena tidak dapat menyatakan masalah dengan benar dan tidak dapat menentukan konsep / operasi hitung / rumus yang digunakan dengan lengkap. Ia hanya menggunakan perbandingan tidak senilai. S2 juga memiliki pengetahuan prosedural yang kurang lengkap pada langkah membuat rencana karena langkah kedua yang dibuatnya salah dan ia juga tidak mencari pekerja tambahan. Sesuai dengan rencana yang dibuatnya, S2 juga tidak dapat melaksanakan rencana dengan benar, ia salah dalam menuliskan perbandingan tidak senilai dan juga salah dalam menuliskan penghubung kedua perbandingannya, sehingga hasil yang diperoleh pun salah. Dapat dikatakan pengetahun prosedural yang dimiliki kurang lengkap pada langkah melaksanakan rencana. Pada langkah menelaah kembali jawaban, S2 tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena ia juga salah dalam menuliskan perbandingan tidak senilai untuk memastikan jawaban dan tidak mencari hari yang tersisa. Untuk pengetahuan deklaratif pada langkah tersebut, S2 memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena mengetahui tentang strategi yang diambil yaitu proporsi, dan mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan dalam soal. S2 tidak memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap karena meskipun dapat mengungkapkan alasannya menggunakan proporsi tetapi tidak dapat memastikan pada langkah apa perbandingan itu digunakan dengan benar. e. Hasil Siswa Berkemampuan Pemecahan Masalah Matematika Rendah (S3) Pada permasalahan 1 langkah memahami masalah, S3 tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena tidak dapat menyatakan masalah dengan benar dan tidak menentukan konsep / operasi hitung / rumus yang dapat digunakan dengan lengkap, ia hanya menyebutkan perbandingan senilai. Pada langkah membuat rencana, S3 juga tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena rencana yang dibuat kurang lengkap karena tidak ada langkah kedua yaitu mencari uang yang dikeluarkan oleh Andi dan Susi dengan menjumlah harga tiket masuk dan harga tiket permainan yang dibeli. Sesuai dengan rencana yang dibuat, pada langkah melaksanakan rencana, S3 tidak menjumlahkan harga tiket masuk dan tiket yang dibeli

5 oleh Andi atau Susi, ia juga salah dalam menghitung, sehingga hasil yang diperoleh pun salah. S3 tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena ia tidak mencari nilai perbandingan dan tidak menghitung secara detail saat mencari harga 5 tiket permainan, sehingga hasil yang diperoleh pun tetap salah. Pada langkah tersebut, S3 tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena meskipun mengetahui tentang strategi yang diambil yaitu menggunakan langkah rencana penyelesaian, namun tidak mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan, jawaban yang ia berikan sama seperti alasan menggunakan perbandingan senilai. Namun, S3 memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap pada langkah menelaah kembali karena dapat mengungkapkan alasannya menggunakan langkah rencana penyelesaian dan dapat memastikan pada langkah apa perbandingan itu digunakan dengan benar. Pada permasalahan kedua, S3 tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena tidak dapat menyatakan masalah dengan benar dan tidak dapat menentukan konsep / operasi hitung / rumus yang digunakan dengan lengkap. Ia hanya menggunakan perbandingan berbalik nilai. S3 juga memiliki pengetahuan prosedural yang kurang lengkap pada langkah membuat rencana karena langkah kedua yang dibuatnya salah dan ia juga tidak mencari pekerja tambahan. Sesuai dengan rencana yang dibuatnya, S3 juga tidak dapat melaksanakan rencana dengan benar, ia salah dalam menuliskan perbandingan tidak senilai sehingga hasil yang diperoleh pun salah. Dapat dikatakan pengetahun prosedural yang dimiliki kurang lengkap pada langkah melaksanakan rencana. Pada langkah menelaah kembali jawaban, S3 tidak memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap karena ia juga salah dalam menuliskan perbandingan tidak senilai untuk memastikan jawaban dan tidak mencari hari yang tersisa. Untuk pengetahuan deklaratif pada langkah tersebut, S3 juga tidak memiliki pengetahuan deklaratif yang lengkap karena meskipun mengetahui tentang strategi yang diambil yaitu menggunakan langkah rencana penyelesaian namun tidak mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan dalam soal, jawaban yang ia tulis sama seperti alasan menggunakan perbandingan berbalik nilai. S3 juga tidak memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap karena meskipun dapat mengungkapkan alasannya menggunakan langkah rencana penyelesaian tetapi tidak dapat memastikan pada langkah apa perbandingan itu digunakan dengan benar. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: a. Pada kedua permasalahan, S1 (siswa berkemampuan pemecahan masalah tinggi) memiliki pengetahuan deklaratif, prosedural, dan konsidional yang lengkap pada langkah memahami masalah, membuat rencana, dan melaksanakan rencana. Namun pada langkah menelaah kembali jawaban, pengetahuan deklaratif dan prosedural S1 kurang lengkap karena tidak mengetahui apakah penyelesaian yang didapat memenuhi persyaratan yang ditanyakan dan tidak dapat menelaah kembali jawaban dengan lengkap. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan metakognisi S1 cukup lengkap saat menyelesaikan kedua permasalahan yang diberikan. b. Pada permasalahan pertama, S2 memiliki pengetahuan metakognisi yang lebih baik dari pada permasalahan kedua, karena ia memiliki pengetahuan deklaratif dan kondisional yang lengkap saat menyelesaikannya dan memiliki pengetahuan prosedural yang lengkap pada langkah membuat rencana. Sedangkan pada permasalahan kedua, S2 memiliki pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional kurang lengkap karena tidak memenuhi indikator-indikator yang telah dijabarkan. Ia hanya mengetahui strategi yang ia pakai untuk memeriksa kembali jawabannya. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan metakognisi S2 kurang lengkap saat menyelesaikan kedua permasalahan. c. Pada permasalahan pertama, S3 memiliki pengetahuan deklaratif dan prosedural yang kurang lengkap karena tidak memenuhi indikator-indikator yang telah dijabarkan. Ia hanya memiliki pengetahuan kondisional yang lengkap pada saat mengerjakan permasalahan pertama. Sedangkan pada permasalahan kedua, ia tidak memiliki ketiga pengetahuan tersebut secara lengkap, ia hanya dapat memenuhi beberapa indikator pada masingmasing pengetahuan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan metakognisi S3 kurang lengkap saat menyelesaikan kedua permasalahan tersebut. Saran Berdasarkan penelitian mengenai analisis pengetahuan metakognisi siswa yang disesuaikan dengan langkah pemecahan masalah Polya pada pokok bahasan perbandingan, maka didapatkan beberapa saran sebagai berikut: a. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk membuat tes pemecahan masalah dengan perintah soal yang berkaitan dengan metakognisi lebih baik lagi dan bertanya lebih mendalam kepada subjek pada kegiatan wawancara, agar dapat benar-benar mengetahui bagaimana pengetahuan metakognisi siswa tersebut. b. Memantapkan indikator pengetahuan metakognisi pada langkah pemecahan masalah berbasis Polya dengan melengkapi pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional pada setiap langkahnya agar dapat menganalisis lebih tepat dan rinci lagi tentang pengetahuan metakognisi siswa. c. Memberi kesempatan kepada subjek untuk berlatih mengerjakan soal dengan menggunakan metode think aloud karena tidak semua siswa dapat mengutarakan apa yang sedang dipikirkannya saat mengerjakan soal. d. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan agar menganalisis regulasi atau pengaturan metakognisi dari ketiga subjek tersebut.

6 e. Memberi kontribusi terhadap subjek penelitian dengan memberikan pembenaran terhadap permasalahan yang telah dikerjakan. Ucapan Terima Kasih Paper disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Jember. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Suharto, M.Kes. dan Ibu Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing tugas akhir. Daftar Pustaka [1] Romli, M. 2012. Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika. Madura: Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Madura. [2] Panaoura, A. Dan Philippou, G. 2004. Young Pupils Metacognitive Abilities in Mathematics in Relation to Working Memory and Processing Efficiency. Jurnal University of Cyprus, 1 (1):1-9. [3] Hobri. 2009b. Pembelajaran Matematika Berorientasi Vocational Skill dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah Kejuruan. Malang: UM Press. [4] Gama, C. A. 2004. Integrating Metakognition Instruction In Interactive Learning Environment. Inggris: University of Sussex. [5] Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitaif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [6] Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. [7] Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.