Belajar Melukis dari Gambar Prasejarah dan Gambar Anak-anak Oleh: Taswadi

dokumen-dokumen yang mirip
BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak

MENILIK PERBENDAHARAAN BAHASA RUPA. Taswadi ABSTRAK

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

Kajian Perhiasan Tradisional

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

PERSEPSI BENTUK. Bahasa Rupa Modul 13. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB II BAHASA RUPA, ANAK DAN GAMBAR ANAK. ekspresinya dan mencurahkan isi hatinya maka diperlukan

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

bagi proses penciptaan suatu hasil karya seni.

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. buangan yang disebut sampah atau limbah. Laju produksi limbah akan terus

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

INTERAKSI KEBUDAYAAN

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

DAFTAR PUSTAKA. A.J Suhardjo, (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program, Malang: Balai Kajian Seni dan Disain Universitas Malang.

BAHASA RUPA GAMBAR ANAK APA PERANAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Kata-kata kunci : perkembangan jiwa, bahasa rupa, bentuk goresan, komposisi, lapisan latar, sinar x, aneka ruang, aneka tampak.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

Prambanan, yang disususun menjadi tesis, sebagai syarat menyelesaikan Program Pascasarjana,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Karakteristik tari

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

Perspektif mata burung : dilihat secara keseluruhan dari atas. Perspektif mata normal : dilihat secara keseluruhan dengan batas mata normal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud

1. Mengamati tari Nasional yang ditampilkan oleh seorang penari

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

6.5 Fauvisme Aliran Fauvisme merupakan suatu aliran yang menyimpang dari hukum-hukum seni lukis pada era itu, kelompok ini adalah kaum pembrontak

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FUNGSI SENI. Ayat Suryatna. dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus Abstrak

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1

Transkripsi:

Belajar Melukis dari Gambar Prasejarah dan Gambar Anak-anak Oleh: Taswadi ABSTRAK Tidak sedikit para pelukis maestro dunia yang pandai menyerap gaya seni tradisi maupun seni primitif, sehingga karya-karyanya terkenal dan menjadi karya yang bernilai tinggi. Sebut saja di antaranya Picasso yang belajar dan menyerap gaya seni primitif suku Indian. Fuhadi, Nashar, yang kerap kali karya-karyanya diilhami oleh seni-seni tradisi dan masih banyak lagi pelukis lainnya yang mencapai kesuksesan baik tingkat nasional maupun internasional. Pada suatu pameran tingkat Dunia tahun 1991, Indonesia menyertakan sejumlah karya seni lukis, tetapi kurang diperhitungkan di tingkat internasional. Hal ini karena gaya dan corak seni lukisnya tidak jauh berbeda dengan karya pelukis Barat, sehingga dianggap sebagai peniru yang tidak memiliki identitas. Sebaliknya bila Indonesia menampilkan karya-karya tradisi rupanya lebih mendapat pengakuan, walaupun sebatas dianggap sebagai seni dari dunia lain (bukan seni modern menurut pandangan Barat). Tulisan ini berisi bagaimana belajar teknik komposisi dalam membuat karya seni lukis agar berbeda dengan teknik komposisi lukisan modern Barat yang biasanya terkenal dengan komposisi segitiga, diagonal, horizontal, memusat, sebelah kirikanan, atas dan komposisi biasa lainnya. Dalam gambar Prasejarah dan Anak-anak banyak teknik komposisi yang orisinal berbeda dengan teknik komposisi seni lukis modern Barat, sehingga penting untuk digali dan dikembangkan. Sebut saja komposisi susun tumpuk, aneka latar, aneka tampak, aneka ruang, aneka waktu, dan aneka kejadian, serta komposisi sinar X atau tembus pandang. Kata Kunci: melukis, komposisi, susun tumpuk, aneka latar, aneka Tampak, aneka ruang dan waktu, aneka kejadian, sinar X. 1

PENDAHULUAN Seni lukis prasejarah, seni primitif dan gambar anak-anak adalah hasil karya seni ketika manusia secara psikologi masih dalam tahap awal perkembangan. Manusia purba baru mengalami awal peradaban, mereka belum terpengaruh oleh budaya lain karena terbatas oleh keterbatasan teknologi informasi. Manusia prasejarah berdasarkan hasil penelitian memiliki ciri dan gaya seni yang hampir sama, dalam kata lain mereka memiliki seni yang universal. Hal ini karena didasari oleh faktor perkembangan jiwa awal manusia yang relatif sama dan tuntutan kebutuhan awal yang sama. Di samping itu faktor kesamaan keadaan lingkungan alam sebagai media karya seni yang relatif sama. Manusia primitif hampir memiliki kesamaan dengan manusia prasejarah, bedanya manusia primitif hidup bisa pada zaman sejarah bahkan zaman merdeka, hanya mereka mempertahankan budaya awal mereka dan tidak terpengaruh oleh budaya dari luar yang dikatakan lebih modern. Dapat dikatakan mereka memiliki budaya asli. Usia anak-anak adalah usia perkembangan awal manusia sebelum dewasa secara fisik maupun psikis. Karya-karya anak-anak seni ini pun memiliki gaya yang hampir sama atau universal. Karya seni manusia prasejarah, primitif, dan karya seni gambar anak-anak banyak memiliki kesamaan. Ini pun dipengaruhi oleh tingkat perkembangan jiwa yang sama. Karya seni lukisan manusia prasejarah, primitif, maupun gambar anak-anak sama-sama sebagai seni orisinal yang mengandung gaya dan corak sangat mengagumkan. Gaya dan corak seni mereka terkadang tidak bisa diolah atau dicerna dengan daya nalar pikiran biasa. Terkadang harus dicerna secara intuitif sebab karyanya dapat menembus ruang pikir nalar biasa. Itulah keungggulan dari gaya dan corak karya seni mereka. Banyak teknik orisinal yang dapat digali dari jenis karya seni mereka, seperti dalam teknik cara penggambaran dan teknik komposisi yang khas. Pada seni lukis 2

prasejarah ada teknik komposisi susun timbun, lapisan latar, aneka tampak, tembus pandang, dan aneka kejadian. Demikian juga dalam seni gambar primitif dan gambar anak-anak. Teknik dan gaya berkarya seni mereka telah banyak dipelajari oleh sejumlah yang meroket namanya dan dialami sebagai seniman dunia. Penulis mengingatkan walaupun teknik dan gaya seni mereka telah dipelajari, tetapi kekayaan teknik dan gaya seni yang mereka serap baru amat terbatas, padahal masih sangat kaya kekhasan dan orisinalitas gaya yang dapat sebagai ilham dan dijadikan modal untuk berkarya seni pada zaman modern ini. Pada penulisan kali ini penulis akan membahas teknik komposisi yang digunakan oleh seni lukis prasejarah, gambar primitif, dan gambar anak-anak. Teknik komposisi itu dapat menimbulkan gaya, corak dan bentuk lukisan yang khas, yang jarang muncul digarap oleh seniman modern barat dewasa ini. 3

. PEMBAHASAN TEKNIK KOMPOSISI DALAM LUKISAN PRASEJARAH, PRIMITIF DAN ANAK-ANAK Gambar prasejarah adalah gambar-gambar yang dihasilkan pada manusia sebelum mengenal tulisan. Pra (belum) sejarah (catatan tertulis) jadi gambar-gambar yang dibuat sebelum manusia yang bekarya itu belum mengenal tulisan. Di atas adalah salah satu contoh dari banyak gambar prasejarah yang tersebar di seluruh dunia. Lukisan di atas adalah lukisan di salah satu gua yang sangat terkenal yaitu Gua Lascaux di Prancis. Lukisan itu dengan tema Perburuan, suatu tema yang banyak muncul dalam karya seni lukis prasejarah. Tema perburuan itu hampir ada di setiap negara yang memiliki lukisan baru, termasuk di Indonesia. Pada umumnya binatang yang dilukis berupa bison, rusa, gajah, kuda, mamut, dan babi hutan. Ada 3 tema yang sering muncul dalam lukisan prasejarah yaitu tema perburuan, tema roh nenek moyang dan tema arwah. Tema perburuan seperti di atas yang dilukiskan jenis-jenis tokoh binatang. Tema roh nenek moyang atau tema berduka cita berupa lukisan telapak tangan dengan ibu jari terpotong. Ibu jari 4

terpotong sebagai bukti bahwa sipelukis dalam melukiskan telapak tangannya sedang sedih, berduka cita atas anak, kerabat atau kepala suku yang telah meninggal dunia. Tema roh-roh harus dilukiskan secara abstrak (tanpa bentuk) hanya goresan ataupun semprotan warna. Abstrrak ini sebagai perwujudan roh halus yang tidak tampak (non figurative). Dari banyak lukisan yang ditemukan rupanya tema perburuan paling banyak muncul. Tema perburuan ini berhubungan erat dengan upacara ritual magis coisidensi, yaitu suatu kejadian yang diharapkan terjadi persis sama seperrti apa yang dikerjakan atau dilakukan dalam simulasi. Misalkan apabila besok akan diadakan perburuan, maka sebelumnya diadakan upacara ritual melukis di dalam gua. Misalkan ketika berburu ingin mendapatkan jenis binatang yang gemuk, berbulu halus dan muda, maka dalam upacara dilukislah binatang yang dimaksud. Pada tulisan ini penulis tidak akan menjelaskan tujuan dan fungsi lukisan tersebut, tetapi akan menggali teknik komposisi yang terkandung. Komposisi lukisan di atas bila diamati maka akan tampak: Teknik KomposisiTumpuk Lukisan di atas ada tokoh binatang bison yang berukuran lebih besar ditimpa oleh tokoh kuda yang berukuran lebih kecil, sehingga tokoh bison itu ditimpa oleh tokoh kuda, dan membentuk komposisi bertumpuk atau susun timbun. Ini salah satu teknik komposisi yang sering dipergunakan dalam lukisan gua zaman prasejarah. Teknik demikian jarang digunakan dalam seni lukis modern, terutama lukisan-lukisan yang dihasilkan dari Modern Barat. Teknik komposisi demikian dapat dijadikan teknik dalam melukis zaman modern dewasa ini, untuk memperkaya teknik komposisi yang mudah dikenal. Teknik komposisi susun tumpuk tumpang tindih ini sering digunakan pula dalam gambar-gambar primitif dan gambar anak-anak. Kiranya teknik demikian penting untuk digali dan diterapkan dalam komposisi lukisan modern. 5

Teknik Komposisi Aneka Latar Teknik komposisi aneka latar ini dalam lukisan di atas tampak ada 3 lapis, yaitu lapisan pertama tampak bison berukuran besar berlatar belakang awan dan dinding gua, lapisan ke dua tokoh kuda yang berlatar bison yang berukuran besar, dan lapisan ke 3 adalah sejumlah tokoh kuda yang berukuran lebih kecil dengan latar kuda yang lebih besar. Jadi ada 3 lapisan latar. Teknik komposisi ini menimbulkan makna, aneka kejadian, aneka waktu dan ruang. Aneka latar yaitu lukisan memiliki tiga latar belakang. Aneka latar ini sebagai dampak dari komposisi susun tumpuk yang banyak digunakan dalam teknik komposisi lukisan prasejarah, gambar primitif dan gambar anak-anak. Teknik komposisi ini jarang dilakukan dalam Seni Lukis modern Barat. Lukisan modern barat banyak mengenal komposisi perspektif momen of name (komposisi perspektif modern) yang menimbulkan kesan satu latar yang sangat terbatas. Teknik komposisi aneka latar ini dapat menimbulkan aneka kejadian dan aneka ruang. Aneka kejadian dalam lukisan di atas ada 3 kejadian. Kejadian pertama sipelukis ingin berburu binatang bison. Kejadian ke dua sipelukis ingin berburu binatang kuda. Kejadian ke tiga ingin berburu beberapa binatang kuda. Aneka ruang tampak dalam lukisan di atas yaitu ruang pertama ditempati bison, ruang kedua ditempati kuda, dan ruang ke tiga ditempati beberapa kuda. Teknik komposisi aneka latar ini dapat diterapkan dalam melukis modern dewasa ini untuk memperkaya teknik kompsisi yang telah ada. 6

Teknik Komposisi Belahan Teknik komposisi belahan ini banyak juga digunakan dalam gambar Prasejarah. Lihat gambar di bawah ini: Gambar contoh di atas lukisan masa prasejarah. Di situ digambarkan 2 tokoh gajah atau mamut, dengan komposisi belahan, yaitu belahan kiri dan kanan. Teknik komposisi belahan ini jarang juga muncul dalam teknik komposisi lukisan modern barat. Teknik ini sering muncul dalam lukisan prasejarah, primitif dan gambar anak-anak. Teknik kompisisi belahan ini juga menimbulkan makna aneka kejadian, aneka waktu dan aneka ruang. Kejadian pertama gajah diceritakan baru mulai dalam perjalanan dilukiskan di belahan kanan. Kejadian ke dua gajah hampir sampai tujuan perjalanan dilukiskan pada gajah di belahan kiri.jadi ada 2 kejadian dalam satu bidang gambar. Aneka waktu dapat dilukiskan dalam cerita tersebut dalam proses cerita yang berbeda waktu. Waktu pertama dan waktu kedua. Waktu pertama gajah baru mulai 7

dalam perjalanan, kemudian waktu ke dua gajah diceritakan sudah hampir tiba di tempat tujuan. Di situ terjadi adanya jarak waktu, atau ada selang waktu kejadian. Aneka ruang pun terjadi dalam lukisan gajah tersebut. Ruang pertama gajah menempati jauh dari tempat tujuan, ruang berikutnya gajah mulai dalam perjalanan dan ruang kemudian gajah hampir sampai tempat tujuan. Teknik belahan kiri-kanan ini dalam lukisan modern barat kurang dikenal, untuk itu agar dapat melukis yang agak berbeda dengan lukisan modern barat teknik belahan kiri kanan dapat diterapkan untuk memperkaya komposisi lukisan. Teknik Komposisi Sinar X (tembus pandang) Teknik Komposisi Tembus Pandang Sinar X ini juga kerap kali digunakan dalam lukisan prasejarah, gambar primitive dan anak-anak. Teknik Komposisi Sinar X ini menimbulkan obyek atau tokoh yang dilukiskan transparan atau tembus pandang. Sering terjadi pada gambar primitive yang melukiskan seekor binatang yang sedang hamil, digambarkan tampak jelas janin atau bayinya di dalam perut, walaupun binatang yang sebenarnya tidak tembus pandang. Sering juga teknik ini digunakan dalam seni lukis atau gambar anak-anak. Mereka menggambarkan rumah secara tembus pandang, sehingga semua benda yang ada di dalamnya tampak jelas, walaupun rumah sebenarnya terbuat dari tembak yang tidak tembus pandang. Teknik komposisi tembus pandang ini dapat untuk memperkaya teknik komposisi melukis modern sekarang ini. Teknik Komposisi Aneka Tampak Teknik komposisi aneka tampak adalah suatu teknik tokoh yang dilukis diputar-putar sehingga tampak dari berbagai sudut pandang, tokoh dikomposisikan tampak dari atas, bawah, samping atau depan dalam satu tampilan gambar. Cara demikian dapat juga disebut cara penggambaran aneka tampak (Primadi; 1991: 7). 8

Teknik Komposisi Aneka Tampak ini sudah dilakukan oleh seniman Barat Pablo Picasso, yang terkenal dengan Gaya Kubisme. Beliau menemukan gaya aneka tampak ini karena diilhami oleh seni primitive Indian. Jadi beliau belajar dari seni primitive. Kesan yang ditimbulkan dalam teknik aneka tampak ini menjadi dimensi tak terbatas atau multidimensi. Ini sejalan dengan hukum Enstein yang terkenal dengan hukum relatifitas, bahwa ruang dan waktu adalah relative. Hukum fisika Enstein dengan teori relatifitas ini di samping mengilhami perkembangan ilmu fisika itu sendiri, juga mempengaruhi perkembangan ilmu seni rupa dan arsitek, yaitu teknik menggambar proyeksi yang menampilkan suatu benda tampak dari berbagai sudut pandang, sehingga suatu benda dapat diamati dari tampak depan, samping, atas dan bawah. Teknik komposisi aneka tampak ini sebenarnya telah ada dan dipergunakan oleh manusia prasejarah sejak berabad-abad yang lampau, dan banyak muncul dalam gaya gambar primitive dan anak-anak. Teknik ini dapat memperkaya kekayaan komposisi seni lukis modern hingga saat ini. Teknik Komposisi Rebahan Teknik komposisi rebahan ini objek gambar atau tokoh yang dilukiskan seakan-akan direbahkan ke arah samping, atas, dan bawah. Jadi sipelukis seakanseakan berada di tengah-tengah objek gambar itu. Teknik rebahan ini amat sering muncul dalam gambar anak-anak. Teknik ini jarang digunakan oleh pelukis-pelukis modern barat yang berpedoman pada hukum perspektif. Sebenarnya komposisi ini dapat dijadikan ilham untuk memperkaya gaya lukisan zaman sekarang. Teknik Komposisi Jamak atau Kembar Teknik komposisi jamak atau kembar ini tokoh lukisan digambarkan dengan cara diperbanyak seluruh obyeknya atau hanya bagian organ obyek tertentu saja. 9

Misalnya suatu gambar burung unta yang digambarkan memiliki lebih dari satu kepala dan leher yang berjajar. Ini sebagai ungkapan bahwa burung unta tersebut dalam posisi bergerak atau hidup. Ada juga cara komposisi dengan cara melukiskan seluruh organ obyek gambar dengan posisi ada dimana-dimana (segala arah). Ini sebagai ungkapan bahwa obyek gambar tersebut berputar-putar menempati berbagai ruang dan tempat atau hidup (bergerak). Teknik komposisi demikian sering dipergunakan pada seni lukis prasejarah dan gambar primitif. Teknik ini pun sangat menarik dan perlu untuk digali dan dikembangkan untuk memperkaya gaya seni lukis zaman sekarang. 10

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Banyak teknik-teknik komposisi yang terkandung dalam seni lukis dan gambar prasejarah, primitif dan anak-anak yang dapat untuk meperkaya khasanah kekayaan corak dan gaya seni lukis zaman sekarang. Di antaranya Teknik Komposisi Bertumpuk, Aneka Latar, Belahan, Sinar X, Aneka Tampak, Rebahan, dan Jamak atau Kembar. Teknik komposisi tersebut sebagian telah dimanfaatkan oleh seniman-seniman maestro dunia tetapi sebagian besar belum dipergunakan. Semua teknik di atas kiranya dapat dipergunakan dalam teknik melukis oleh siapapun. Banyak seni-seni yang dianggap tertinggal, tetapi memiliki teknik yang unik dan orisinal. Teknik-teknik komposisi ini terus harus digali dan dikembangkan dalam berkreatifitas penciptaan karya seni masa kini dan masa depan. SARAN Bagi para peneliti karya seni, penulis menghimbau teruslah meneliti dan menggali konsep-konsep dan nilai-nilai seni yang ada di sekitar kita terutama seni yang sudah dianggap tertinggal, karena ternyata dengan ketertinggalannya ia bagai mutiara yang tertimbun oleh lumpur peradaban manusia, untuk itu penting untuk digali sebagai modal kekayaan seni budaya bangsa. Bagi para pencipta seni berkreasilah secara kreatif, dengan menggali unsurunsur tradisi dan belajar dari lingkungan kita sendiri, di samping belajar ke budaya asing. 11

DAFTAR PUSTAKA Achmad, A, Kasim, dkk, t.th, Ungkapan Beberapa Petunjuk Kesenian (Teater, Wayang, dan Tari), direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian, Depdikbud, Jakarta Achadiati, S.Y, 1992, Sejarah Peradaban Manusia Zaman India Kuno 2, CV Multiguna, Jakarta. Ayatrohaedi, 1985, Kepribadian Bangsa Indonesia, (Local Genius), Pustaka Jaya, Jakarta. Kusen, 1985, Kreatifitas dan Kemandirian Seniman Jawa dalam Mengolah Pengaruh Budaya Asing, Lembaga Javanologi, direktorat Jenderal Kebudayaan, P&K, Jakarta. Kusnadi, 1978, Seni Rupa Indonesia dan Pembinaannya, Proyek Pembinaan Kesenian Depdikbud, Jakarta. Lombard, Deny, 1996, Nusa Jawa, Silang Budaya, Kajian Sejarah Terpadu Bagian I, Gramedia Pustaka. Read Herbert, 1972, The meaning of Art, London, Faber&Faber. Rohendi Rohidi, Tjetjep, 2000, Ekspresi Seni Orang-orang Miskin, Nuansa Yayasan Condekia, Bandung. Tabrani, Primadi. Dr, 1995, Belajar dari Sejarah dan Lingkungan, ITB, Bandung. 12

Tabrani, Primadi, 2000, Bahasa Rupa Gambar, Makalah, Kerjasama Jurusan Desain FRSD; ITB. Yudoseputro, Wiyoso, 1993, Pengantar Wawasan Seni Budaya, Debdikbud, Jakarta. Yudoseputro, Wiyoso, 1991, Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Masa Prasejarah Hingga Masa Kini, Panitia Pameran Kias Bandung. BIODATA Taswadi lahir di Jatibarang pada tanggal 11 Januari1965. Pendidikan S-2 Seni Murni ITB, Pekerjaan Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS. UPI. Keahlian Peneliti dan Pendidik Seni Rupa dan Kerajinan. 13