STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI

TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA)

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Penentuan Lokasi Terpilih Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kota Jambi Selected Location Determination of landfill in the City of Jambi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB IV DISAIN DAN REKOMENDASI TPA SANITARY LANDFILL KABUPATEN KOTA

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Andy Mizwar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB III METODE PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

MODEL ZONASI UNTUK KAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA (STUDI KASUS KABUPATEN WAROPEN PROVINSI PAPUA)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kota Prabumulih Determining The Location of Landfill (TPA) Kota Prabumulih

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

LOGO Potens i Guna Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

III. METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG UNTUK PENGELOLAAN PERSAMPAHAN. Oleh : A Hermanto Dardak Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

PENYUSUNAN PETA ZONA AGROEKOLOGI (ZAE) DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA SKRIPSI OLEH: KHAIRULLAH AGROEKOTEKNOLOGI

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Transkripsi:

STUDI PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA TEBING TINGGI Putra Amantha Hasibuan 1, Ahmad Perwira Mulia Tarigan 2 dan Zaid Perdana Nasution 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jln. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: putraamanthahasibuan@live.com 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, USU, Jln. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: a.perwira@usu.ac.id 3 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, USU, Jln. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: zaid@usu.ac.id ABSTRAK Kota Tebing Tinggi membutuhkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang baru karena TPA yang lama sudah tidak layak pakai. Undang-Undang No. 18 tahun 2008 mengharuskan seluruh TPA sampah di Indonesia dikelola dengan basis sanitary landfill atau control landfill, sedangkan saat ini TPA sampah yang dimiliki Kota Tebing Tinggi masih dikelola dengan basis open dumping. Selain itu pengelolaan TPA sampah dengan basis open dumping sering kali menimbulkan permasalahan khususnya dalam hal pencemaran lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah studi untuk membantu menentukan lokasi TPA sampah yang layak menurut peraturan yang berlaku. Studi pemilihan lokasi TPA sampah ini bertujuan mencari daerah yang layak untuk dijadikan sebagai lokasi TPA sampah yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah serta berdasarkan multi kriteria SNI No. 19-3241-1994. Proses pemilihan lokasi TPA sampah ini sendiri terdiri dari tiga tahapan penyaringan yaitu 1)tahap regional yang menghasilkan wilayah layak dan tidak layak pilih untuk lokasi TPA sampah; 2)tahap penyaringan penyisihan yang menentukan lokasi yang paling direkomendasikan; dan 3)tahap penetapan. Ketiga tahapan tersebut dilakukan dengan metode sistem informasi geografis (SIG), dimana data-data spasial berupa peta-peta tematik dianalisa dengan menggunakan berbagai modul yang tersedia pada perangkat lunak SIG. Pada studi ini dihasilka lokasi yang palik direkomendasikan untuk dipilih menjadi lokasi TPA sampah berada pada koordinat 03 0 19 32,3 LU dan 99 0 10 53,6 BT pada ketinggian 41 m di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir. Kata kunci: Kota Tebing Tinggi, TPA sampah, SNI No. 19-3241-1994, SIG. Tebing Tinggi city requires a new site of landfill because the old has been unsuitable. Law No. 18 of 2008 which requires all landfill in Indonesia be sanitary landfill or control landfill, while the landfill in Tebing Tinggi city still operated on the basis of open dumping. In addition to the base management landfill open dumping often cause problems, especially in terms of environmental pollution. Therefore it takes a study to help determine the proper site landfill according to applicable regulations. Landfill site selection study aims to find a decent area to serve as the location of the landfill in accordance with the spatial plan and meet the appropriate multi-criteria SNI. No. 19-3241-1994. Landfill site selection process it self consists of three filtration stages namely 1)regional stage produce feasible and not feasible region selected for landfill waste; 2)preliminary screening stage which determines the location of the most recommended; and 3)stage of the determination. The third phase was conducted using geographic information systems (GIS), in which the spatial data in the form of thematic maps were analyzed using a variety of modules available in GIS software. In this study dihasilka location Palik be recommended for selected waste landfill located at coordinates 03 0 19'32, 3'' N and 99 0 10'53, 6'' BT at an altitude of 41 m in the Tebing Tinggi Village, District of Padang Hilir. Keywords : Tebing Tinggi city, landfill, SNI No. 19-3241-1994, GIS 1-9

1. PENDAHULUAN Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai segala barang padat yang tidak terpakai lagi. Seringkali sampah menimbulkan masalah yang serius jika tidak dikelola dengan tepat. Manajemen pengelolaan sampah yang kompleks dengan multi tahapan; mulai dari sampah dihasilkan pada tingkatan rumah tangga, sampah industri atau sampah agraris, pengumpulan sampah, transportasi sampah, fasilitas-fasilitas pengelolaan sampah sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah harus mendapat perhatian yang serius dari instansi yang bertanggung jawab disetiap daerah untuk mencegah atau memperkecil pencemaran yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu pada proses pengelolaan sampah, TPA sampah memiliki peran yang sangat penting sebagai tempat mengembalikan sampah ke lingkungan. Saat ini Kota Tebing Tinggi tidak memiliki TPA sampah dengan basis pengelolaan dengan metode sanitary landfill atau controlled landfill yang sebenarnya sudah diwajibkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 pada BAB XVI Ketentuan Peralihan Pasal 44 menyatakan bahwa Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan system pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya undang-undang ini. Selain itu dikatakan juga Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sisitem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya undang-undang ini. Oleh karena itu perlu diadakan studi tentang pemilihan lokasi TPA sampah yang baru di Kota Tebing Tinggi sebelum membangun TPA sampah yang baru. Potensi pencemaran lingkungan akibat komplesnya proses pengelolaan sampah dari awal sampai proses akhir mengembalikan sampah ke lingkungan di TPA, mengakibatkan pemilihan lokasi TPA sampah juga harus memperhatikan berbagai kriteria untuk mendapat lokasi yang terbaik. Seluruh ketentuan dan kriteria dalam hal pemilihan lokasi TPA sampah di Indonesia diatur dalam SNI No. 19-3241-1994. Sehingga studi ini pun mengacu pada SNI tersebut. Multi kriteria dalam penentuan lokasi TPA sampah ini menjadi sulit mengingat wilayah administrasi suatu daerah (kabupaten/kota) yang harus memiliki TPA sampah baik secara mandiri atau regional dengan daerah di sekitarnya sangatlah luas. Peran Sistem Informasi Geografis (SIG) akan digunakan dalam studi ini untuk membantu menyaring setiap lokasi berdasarkan tiap-tiap kriteria yang ada dengan kemampuannya mengelola data-data spasial. SIG sendiri sebelumnya sudah banyak digunakan dalam bebagai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan studi pemilihan lokasi antara lain seperti oleh Oktasari Dyah Anggraini dan Benno Rahardyan ( 2009) dalam Pemilihan Calon Lokasi TPA dengan Metode GIS di Kabupaten Bandung Barat ; V Akbari, M.A. Rajabi, S.H. Chavoshi, dan R. Shams (2008) dalam Landfill Site Selection by Combining GIS and Fuzzy Multi Criteria Decision Analysis. Case Study: Bandar Abbas, Iran ; dan Basak Sener (2004) dalam Landfill Site Selection by Using Geographic Information Systems, dan lain-lain. Hasil dari studi ini diharpkan dapat memberikan lokasi alternatif yang layak untuk pembangunan TPA sampah di wilayah administrasi Kota Tebing Tinggi sehingga dapat meminimalkan pengaruh negatif terhadap pencemaran lingkungan dan pada akhirnya dapat membantu terwujudnya lingkungan yang asri dan nyaman untuk kehidupan masyarakat yang madani. 2. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kemampuan SIG dalam menganalisis data-data spasial yang menjadi parameter dalam menentukan lokasi TPA sampah yang layak berdasarkan SNI No. 19-3241-1994. Dalam studi ini perangkat lunak SIG yang digunakan adalah ArcView 3.3. ArcView adalah perangkat lunak pengolah data spasial berbentuk vektor dan raster dengan tujuan dianalisa, editing, overlay, dan layout data. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh ESRI Corporation. Kemampuan perangkat lunak ArcView 3.3 ini dalam hal mengelola dat-data spasial diharapkan dapat mempermudah seleksi berdasarkan parameter yang ada sampai diperoleh lokasi alternatif untuk dijadikan lokasi TPA sampah di wilayah administrasi Kota Tebing Tinggi. Data-data spasial yang dijadikan sebagai parameter seleksi untuk digunakan dalam analisis spasial oleh ArcView diperoleh dalam bentuk data peta yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Tebing Tinggi. Peta-peta tersebut antara lain: a. Peta Wilayah Administrasi Kota Tebing Tinggi b. Peta Kondisi Persampahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 c. Peta Penggunaan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 d. Peta Kepadatan Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 e. Peta Jaringan Jalan Kota Tebing Tinggi f. Peta Geologi Kota Tebing Tinggi 2-9

g. Peta Potensi dan Daya Dukung Lahan Kota Tebing Tinggi h. Peta Rawan Bencana Alam Kota Tebing Tinggi i. Peta Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 2031 j. Peta Kemiringan Lereng Kota Tebing Tinggi k. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2031 Penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahapan seleksi lokasi untuk mempersempit jumlah calon lokasi sampai memperoleh satu atau lebih alternatif lokasi. Seleksi dilakukan dengan perangkat luak ArcView 3.3 dengan kriteria seleksi SNI No. 19-3241-1994, misalnya TPA sampah tidak boleh danau, sungai dan laut. Tahapan seleksi dilakukan meliputi tahap regional, tahap penyisihan dan tahap penetepan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter-Parameter Seleksi Lokasi Berdasarkan SNI No. 19-3241-1994 dan Analisis Spasial Pemilihan Lokasi TPA Sampah dengan SIG Proses seleksi terhadap wilayah administrasi Kota Tebing Tinggi berdasarkan tahapan-tahapan di atas dilakukan secara spasial dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Tebing Tinggi dengan pendakatan SIG (ArcView 3.3) untuk memperoleh alternatif calon lokasi TPA sampah. Sebelumnya data-data spasial dalam bentuk peta vektor dengan format.pdf di-digitasi. Untuk mempermudah proses digitasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak AutoCad. Hasil digitasi dengan AutoCad berupa peta vektor yang berformat.dwg dikonversi ke format.shp agar bisa dibaca di perangkat lunak ArcView 3.3 yang digunakan untuk analisis spasial. Peta wilayah administrasi Kota Tebing Tinggi dijadikan sebagai peta dasar dalam analisis spasial dalam selesksi lokasi TPA sampah ini, karena pada penelitian ini lokasi penelitian berfokus hanya pada wilayah administrasi Kota Tebing Tinggi. Selain itu peta-peta tematik lain yang digunakan dalam analisis spasial untuk pemilihan lokasi TPA sampah ditunjukkan pada Gambar 1. Jenis Geologi Kawasan Stratgis Kawasan Potensi Daerah Rawan Banjir 3-9

Kepadatan Penduduk Tata Guna Lahan Gambar 1. Peta-peta yang digunakan dalam analisis spasial pemilihan lokasi TPA sampah A. Tahap Regional Pertama secara umum pemilihan lokasi TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut. Wilayah administrasi Kota Tebing sendiri tidak memiliki laut, danau atau waduk. Berdasarkan Peta Kawasan Strategis Kota Tebing Tinggi memiliki lima sungai yang bernilai strategis terhadap lingkungan hidup dan tiga kawasan strategis lain yaitu kawasan strategis Terminal Bandar Kajun; kawasan strategis Ekonomi Bajenis; dan kawasan stategis sosil budaya. Kawasan-kawasan strategis ini di-eliminasi dari peta dasar karena tidak layak dipilih untuk lokasi TPA sampah. Selanjutnya seleksi tahap regional (zona layak atau tidak layak) dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: a. Geologi Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria geologi adalah: Tidak berlokasi di zona Holocene fault. Tidak boleh di zona bahaya geologi. Jenis batuan dasar pada area calon lokasi TPA sampah sangat penting untuk diperhatikan karena berpengaruh terhadap aliran lindi sampah (leachate) secara alami, baik pada saat bergerak menuju muka air tanah maupun saat bergerak bersama air tanah. Calon lokasi TPA yang tidak pada batuan berjenis batu pasir, batu gamping atau batuan berongga. Berdasarkan peta geologi Kota Tabing Tinggi digolongkan dalam dua jenis batuan yaitu tufa toba (batuan lempung bersusun ridosit dan tidak berlapis) dan aluvium (kerikil, pasir dan lempung). Sehingga pada wilayah yang berbatuan aluvium di-eliminasi pada peta dasar karena tidak layak dipilih untuk lokasi TPA sampah, karena dapat bedampak buruk pada aliran lindi sampah. Daerah geologi lainnya yang penting untuk dievaluasi adalah potensi gempa, zona vulkanik yang aktif serta daerah longsoran. Daerah sekitar gunung berapi merupakan daerah rawan geologis sehingga tidak dianjurkan untuk menjadi lokasi calon TPA. Kota Tebing sendiri tidak memiliki zona rawan vulkanik karena tidak memiliki gunung api dan tidak memiliki daerah rawan ongsor karena tografinya yang relatif datar. b. Hidrogeologi Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria hidrogeologi adalah: Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm/det. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran. 4-9

Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas, maka harus diadakan masukan teknologi. Informasi hidrogeologi dibutuhkan untuk mengetahui keberadaan muka air tanah, mendeteksi impermiabilitas tanah, lokasi sungai atau waduk atau air permukaan dan sumber air minum yang digunakan oleh penduduk sekitar. Tanah dengan permeabilitas cepat dinilai memiliki nilai yang rendah untuk menjadi lokasi calon TPA karena memberikan perlindungan yang kecil terhadap air tanah dan membutuhkan teknologi tambahan yang khusus. Jenis tanah juga mempengaruhi permeabilitas terhadap air yang masuk ke tanah. Pada calon TPA dipilih daerah dengan jenis tanah yang tidak berpasir karena memiliki porositas yang tinggi sehingga angka kelulusan air dalam tanah akan relatif tinggi sehingga dapat mengganggu kualitas air tanah. Berdasarkan Peta Potensi dan Daya Dukung Lahan Kota Tebing Tinggi dibagi menjadi tiga golongan yaitu kawasan potensi (muka air tanah sedang-agak dalam 4-6 m); kawasan potensi bersyarat 1 (muka air tanah Dalam > 6 m); dan kawasan potensi 2 (muka air tanah rendah < 4 m), sehingga kawasan potensi 2 tidak layak untuk dipilih dan harus di-eliminasi. c. Topografi/Kemiringan Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria topografi/kemiringan adalah: Kemiringan zona harus kurang dari 20 %. Tempat pengurukan limbah tidak boleh terletak pada suatu bukit dengan lereng yang tidak stabil. Suatu daerah dinilai lebih bila terletak di daerah landai dengan topografi tinggi. Daerah yang sangat curam dinilai memiliki nilai yang lebih kecil karena dikhawatirkan dapat menyebabkan kelongsoran yang berakibat fatal terutama saat terjadi hujan atau rembesan air yang tinggi. Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng Kota Tebing Tinggi dibagi atas tiga kelas yaitu kelas 1 (0 2%), kelas 2 (2 8%) dan kelas 3 (8 15%). Kemiringan yang dilarang adalah kemiringan lebih dari 20 % sehingga dari aspek topografi seluruh wilayah Kota Tebing Tinggi layak dipilih untuk lokasi TPA sampah. d. Tata guna lahan Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria tata guna lahan adalah: Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun. TPA yang menerima sampah organik, dapat menarik kehadiran burung sehingga tidak boleh berlokasi dalam jarak 3000 meter dari landasan lapangan terbang yang digunakan oleh penerbangan turbo jet atau dalam jarak 1500 meter dari landasan lapangan terbang jenis lain. Kota Tebing Tinggi sendiri tidak memiliki lapangan terbang baik untuk penerbangan turbo jet atau pun jenis lain. Selain itu, lokasi tersebut tidak boleh terletak di dalam wilayah yang diperuntukkan bagi daerah lindung perikanan, satwa liar dan pelestarian tanaman. Jenis penggunaan tanah lainnya yang biasanya dipertimbangkan kurang cocok adalah konservasi lokal dan daerah kehutanan. Berdasarkan Peta Ruang Terbuka Hijau Kota Tebing Tinggi meiliki kawasan perlindungan setempat sepadan sungai, sehingga zona ini tidak dipilih (tidak layak) untuk TPA sampah. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Kota Tebing Tinggi memiliki 15 titik rawan banjir yang juga harus dieliminasi karena tidak layak untuk dipilih menjadi lokasi TPA sampah. 5-9

Gambar 2. Peta area layak TPA sampah Kota Tebing Tinggi Seperti terlihat pada Gambar 2, pada seleksi tahap regional ini dipilih tiga lokasi alternatif untuk TPA sampah di Kota Tebing Tinggi yaitu sebagai berikut: a. Lokasi A terletak pada koordinat 03 0 20 28,5 LU dan 99 0 07 46,1 BT pada ketinggian 34 m di Kelurahan Pinang Mancung, Kecamatan Bajenis. Lokasi ini memiliki jenis geologi Tufa Toba, tidak terdapat bahaya banjir, memiliki akses jalan yang baik, memiliki luas lahan 7,065 ha dan masa layanan 6,18 tahun. b. Lokasi B terletak pada koordinat 03 0 19 32,3 LU dan 99 0 10 53,6 BT pada ketinggian 41 m di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir. Lokasi ini memiliki jenis geologi Tufa Toba, tidak terdapat bahaya banjir, memiliki akses jalan yang baik, memiliki luas lahan 7,065 ha dan masa layanan 6,18 tahun. c. Lokasi C terletak pada koordinat 0 30 18 57,0 LU dan 9 90 10 49,0 BT pada ketinggian 43 m di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir. Lokasi ini memiliki jenis geologi Tufa Toba, tidak terdapat bahaya banjir, memiliki akses jalan yang baik, memiliki luas lahan 7,065 ha dan masa layanan 6,18 tahun. Koordinat lokasi-lokasi di atas disurvei menggunakan GPS jenis Handheld dengan ketelitian ± 5 meter. B. Tahap Penyisihan Selanjutnya ketiga lokasi alternatif TPA sampah yang diperoleh dari seleksi tahap regional diseleksi lagi pada tahap penyisihan. Pada tahap ini ketiga lokasi diberi penilaian terhadap berbagai aspek penilaian sesuai yang diatur dalam SNI No. 19-3241-1994 dengan bobotnya masing-masing untuk mengetahui lokasi mana yang memiliki poin tertinggi (yang paling layak) yaitu lokasi yang paling direkomendasikan untuk dipilih. Kriteria penyisihan yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari dengan kriteria berikut: a. Iklim Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria iklim adalah: Hujan: intensitas hujan yang semakin kecil dinilai semakin baik. Berdasarkan letak geografis, Kota Tebing Tinggi dapat dikategorikan beriklim tropis dengan temperatur udara antara 25 o 27 o c dan kondisi alam Kota Tebing Tinggi dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun 2009 sebesar 1.642 mm/tahun dengan kelembaban udara 80% - 90%. Selama tahun 2009, Kota Tebing Tinggi mengalami rentang curah hujan berkisar 28 377 mm. Curah hujan tertinggi terjadi 6-9

pada bulan September dengan curah hujan 377 mm dan banyaknya hari hujan 13 hari, disusul bulan November dengan curah hujan 212 mm dan banyaknya 14 hari. Sedangkan curah hujan terendah di bulan Februari yakni 28 mm dengan hari hujan sebanyak 2 hari. Angin: arah angin dominan tidak menuju ke daerah pemukiman dinilai makin baik. Dari aspek iklim terhadap penilaian seleksi ini, ketiga lokasi retif sama karena keseluruhan iklim di Kota Tebing Tinggi sama termasuk curah hujan dan angin. b. Utilitas: tersedia semakin lengkap dinilai semakin baik. Aspek utilitas dilihat dari beberapa peta yaitu Peta Jaringan Jalan; Peta Jaringan Air Bersih; Peta Jaringan Irigasi; Peta Jaringan Listrik. c. Lingkungan biologis Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria lingkungan biologis adalah: Habitat: kurang bervariasi dinilai semakin baik. Daya dukung: kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik. d. Kondisi tanah Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kriteria kondisi tanah adalah: Produktifitas tanah: tidak produktif dinilai lebih baik. Aspek produktifitas tanah penilaiannya dilihat dari Peta Penggunaan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011. Penggunaan lahan di Kota Tebing Tinggi terbagi dalam dua bagian yaitu penggunaan lahan terbangun (di atas lahannya terdapat bangunan fisik seperti permukiman, sarana dan prasarana permukiman, pertokoan, dan sebagainya) dan tidak terbangun ( di atas lahannya tidak ada bangunan fisik melainkan penggunaan lahan untuk pertanian, perkebunan, irigasi, kolam, hutan, dan sebagainya). Kapasitas dan umur: dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik. Ketersediaan tanah penutup: mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai lebih baik. Status tanah: makin bervariasi dinilai tidak baik. e. Demografi: kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai makin baik. Untuk kriteria kepadatan penduduk, yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Tebing Tinggi Kota yakni 82,80 jiwa/ha sedangkan kepadatan penduduk kelurahan tertinggi pada Kelurahan Rantau Laban (Kecamatan Rambutan) sebesar 246,82 jiwa/ha, sedangkan kepadatan penduduk terendah pada Kelurahan Tambangan Hulu di Kecamatan Padang Hilir sebesar 11,53 jiwa/ha. Aspek kepadatan penduduk dilihat dari Peta Kepadatan Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2011. f. Batas administrasi: dalam batas adminitrasi dinilai semakin baik. Untuk kriteria batas administrasi, ketiga lokasi alternatif memiliki penilaian yang sama kerena ketiga lokasi memang berda dalam wilayah administrasi Kota Tebing Tingggi. g. Kebisingan: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik. Untuk kriteria kebisingan dinilai berdasarkan ketersediaan zona penyangga yang mampu meredam kebisingan terhadap lingkungan sekitar yang ditimbulkan akibat operasioanal pengelolaan sampah di lokasi TPA sampah. h. Bau: semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik. Sama halnya dengan kriteria kebisingan, kriteria bau juga dinilai berdasarkan ketersediaan zona penyangga yang mampu meredam bau terhadap lingkungan sekitar yang ditimbulkan akibat operasioanal pengelolaan sampah di lokasi TPA sampah. i. Estetika: semakin tidak telihat dari luar dinilai semakin baik. Sama halnya dengan kriteria kebisingan dan bau, kriteria estetika juga dinilai berdasarkan ketersediaan zona penyangga. Ketersediaan zona pnyangga membuat operasional pengelolaan sampah di dalam TPA tidak terlihat langsung dari luar. j. Ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m 3 /ton) dinilai semakin baik. 7-9

Berdasarkan parameter-parameter penyisihan di atas dan sesuai dengan bobotnya masing-masing, dilakukan penilaian terhadap ketiga lokasi yang telah ditentukan. Hasil yang diperoleh dari penilaian pada tahapan penyisihan ditunjukkan dalam Tabel 1: Tabel 1. Tabulasi parameter penilaian tahap penyisihan No. Parameter Lokasi A Lokasi B Lokasi C I Umum 1 Batas Administrasi 50 50 50 2 Pemilik hak atas tanah 9 30 9 3 Kapasitas lahan 40 40 40 4 Jumlah Pemilik Tanah 30 5 Partisipasi Masyrakat 3 3 3 II LINGKUNGAN FISIK 1 Bahaya banjir 20 20 20 2 Intensitas Hujan 3 3 3 3 Jalan menuju lokasi 50 50 50 4 Transport Sampah (satu jalan) 40 50 50 5 Jalan masuk 20 20 20 6 Lalu lintas 24 30 24 7 Tata guna tanah 25 50 5 8 Pertanian 3 30 3 9 Daerah lindung/cagar alam 20 20 20 10 Biologis 15 30 15 11 Kebisingan dan bau 10 20 20 12 Estetika 15 30 30 Total Nilai 277 506 362 Pada tahapan penyisihan; sesuai terlihat dalam tabel di atas, lokasi B yang terletak pada koordinat 03 0 19 32,3 LU dan 99 0 10 53,6 BT di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir, dalam tabulasi penilaian memperoleh skor tertinggi yaitu 506 (57,80%), sehingga lokasi alternatif B paling direkomendasikan untuk dipilih menjadi lokasi TPA sampah di wilayah Kota Tebing Tinggi C. Tahap Penetapan Selanjutnya tahapan yang terakhir adalah tahapan penetapan. Pada tahap ini yaitu pengambilam keputusan penetapan lokasi TPA sampah oleh pihak yang berwenang dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Tebing Tinggi. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kota Tebing Tinggi harus segera memiliki TPA dengan pengelolaan berbasis sanitary landfill atau control landfill baik secara mandiri atau regional dengan Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan langsung dengan Kota Tebing Tinggi. 2. Acuan yang digunakan dalam proses pemilihan lokasi TPA sampah di Indonesia adalah SNI 19-3241-1994. 3. Sistem informasi geografis (SIG) dapat digunakan untuk membantu analisis data-data spasial yang dibutuhkan dalam mencari lokasi yang layak dipilih untuk menjadi lokasi TPA sampah. 4. Lokasi paling direkomendasikan adalah lokasi B yang terletak pada koordinat 03 0 19 32,3 LU dan 99 0 10 53,6 BT di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir. 8-9

DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1994). SNI 19-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Anonim. (2008). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta. Akbari, V. Rajabi, M.A. Chavoshi, S.H. dan Shams, R. (2008). Landfill Site Selection by Combining GIS and Fuzzy Multi Criteria Decision Analysis. Case Study: Bandar Abbas, Iran. Journal of Department of Surveying and Geomatics Engineering, University of Tehran, Iran. Alfy, Zeinhom El, et. Al. (2010). Integrating GIS and MCDM to Deal with landfill site selection. International Journal of Engineering & Technology IJET-IJENS Vol. 10 No. 06. Anggraini, Oktasari Dyah. dan Rahardyan, Benno. ( 2009). Pemilihan Calon Lokasi TPA dengan Metode GIS di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, Bandung. Basyarat, Ade. (2006). Kajian Terhadap Penetapan Lokasi TPA Sampah Leuwinanggung Kota Depok. Tesis Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Konsentrasi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang. Budiayanto, Eko. (2009). Sistim Informasi Geografis dengan ArcView GIS. Penertbit Andi. Yogyakarta. Damanhuri, Enri, et. Al. (2010). Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan institut Teknologi Bandung, Bandung. Davis, Mackenzie Leo. (2004). Principles of Environmental Engineering and Science. McGraw-Hill, New York. Diharto, (2008). Analisis Teknis Pemilihan Lokasi TPA Regional Magelang (Kota Magelang Dan Kabupaten Magelang. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang. Gumelar, D. (2007). Data Spasial. IlmuKomputer.com. Bandung. Hussin, W.M.A. Wan. and Kabir, Shahid. (2010). Modeling Landfill Suitability Based On Multi-Criteria Decision Making Method. Journal of School of Civil Engineering, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia. Jayusri. (2012). Analisis Potensi Erosi pada DAS Belawan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan. Kristianto, G.H. Yudhi. (2007). Autocad 2D. Penerbit Andi.Yogyakarta. Nandi. (2005). Kajian Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah dalam Konteks Tata -Ruang. Jurnal GEA Jurusan Pendidikan Geografi, Vol. 5, No. 9. Nidya, Abidari. (2005). Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Klaten Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sitem Informasi Geografis. Jurnal Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sener, Basak. (2004). Landfill Site Selection By Using Geographic Information Systems. Thesis of Department of Geological Engineering, Mugla University, Mugla, Turkey. Tamod, Zetly E. (2009). Tingkat Kelayakan Lahan TPA Sampah Kota Manado dalam Ukuran Mitigasi Perencanaan Lokasi TPA. Jurnal Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado. 9-9