BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang. pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan membahas lebih jauh mengenai pengaruh Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

Transkripsi:

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah adalah terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik salah satunya pemerintah telah melakukan penyempurnaan dalam pengelolaan keuangan negara yaitu dengan mengeluarkan paket undang-undang keuangan negara yang terdiri atas Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, mengamanatkan keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Penjelasan UU Nomor 1 Tahun 2004 menyebutkan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu disampaikan tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintah. Menindaklanjuti penjelasan tersebut maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun

18 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan sudah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 serta Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja. Standar Akuntansi Pemerintahan berisikan prinsip-prinsip penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun laporan keuangan yang baik. Berkaitan dengan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dalam mewujudkan UU No. 1 Tahun 2004, Pemerintah mengeluarkan PP No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan dijabarkan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal terlebih dahulu menguji SPI ini di setiap pemeriksaan yang dilakukannya dalam penentuan luas lingkup (scope) pengujian yang akan dilaksanakannya. Banyaknya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran (APBN/APBD) menggambarkan lemahnya SPI yang diterapkan di pemerintahan baik pusat maupun daerah. Sebagai tindak lanjut dari kondisi tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) dalam PP No.60 Tahun 2006 bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna tercapainya

19 efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPIP merupakan suatu proses integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien (operating), keandalan pelaporan keuangan (reporting), pengamanan aset negara (safeguarding) dan ketaatan terhadap peratura perundang-undangan (compliance). Purnomo (2010) menyatakan bahwa kualitas penyusunan laporan keuangan dapat meningkat setelah dilakukan perbaikan antara lain sistem akuntansi, teknologi informasi, penyediaan tenaga bidang akuntansi serta peningkatan sistem pengendalian intern (www.bpk.go.id dikutip tanggal 25 Februari 2010). Sementara itu, Mardiasmo (2010) mengatakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) memiliki dua dasar utama berupa penguatan kualitas akuntabilitas keuangan negara dan tulang punggung reformasi birokrasi. Kualitas akuntabilitas keuangan daerah tercermin dari opini yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku external auditor atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. (www.bpkp.go.id dikutip tanggal 25 Februari 2015). Dilain pihak, Gutomo, menjelaskan bahwa permasalahan yang menghambat belum diperolehnya opini WTP beragam, khususnya terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), secara mayoritas disebabkan karena pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel. Permasalahan aset tetap pemerintah daerah pada umumnya terkait adanya barang milik daerah yang tidak

20 dicatat, barang milik daerah yang tidak ada justru masih dicatat, barang milik daerah dicatat tapi tidak didukung dengan dokumen kepemilikan yang sah. Kelemahan sistemik yang telah terjadi dari masa lalu dimana pengelola barang milik daerah tidak lebih penting dibanding pengelolaan uang juga menjadi andil permasalahan pengelolaan barang milik daerah yang tidak dilaksanakan dengan baik. (www.bpkp.go.id dikutip tanggal 25 Februari 2015) Secara umum pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern di Pemerintah Kota Tebing Tinggi masih belum optimal. Gambaran ini dapat dilihat dari opini yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis terkait laporan hasil pemeriksaan BPK-RI Tahun 2007 2013 menunjukkan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi belum pernah memperoleh opini WTP. Salah satu hal yang menjadi pokok pertimbangan dalam pemberian opini tersebut adalah kelemahan sistem pengendalian intern pemerintah. Kelemahan dari sistem pengendalian intern antara lain dalam penatausahaan dan pengelolaan kas pada beberapa SKPD yang tidak sesuai ketentuan, dan penatausahaan aset tetap pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi belum tertib dan nilai aset yang disajikan pada neraca masih belum diyakini kewajarannya. Secara umum permasalahan aset yang ditemukan adalah: 1. Nilai aset yang tidak dapat diyakini kewajarannya. 2. Pencatatan aset yang tidak didukung oleh bukti kepemilikan yang sah sehingga pencatatanya tidak akurat. 3. Pencatatan aset yang tidak didukung oleh bukti fisiknya. 4. Aset yang tidak tercatat dalam laporan.

21 Kondisi di atas memengaruhi pencatatan nilai aset pada laporan keuangan, sehingga pengelolaan aset yang kurang baik mengakibatkan kualitas laporan keuangan yang kurang baik pula. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban pada setiap kegiatan pemerintah daerah seharusnya dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif sehingga pengelolaan barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan baik sehingga menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik pula. Hal ini sejalan penelitian Yosefrinaldi (2013) yang menunjukkan SPIP berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Namun pengaruh SPIP terhadap kualitas laporan keuangan masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dimana menurut Lalia (2009) SPIP tidak langsung memengaruhi opini atas laporan keuangan. Sedangkan Oktaviana (2010) menyimpulkan bahwa pengendalian intern hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap pengelolaan aset daerah. Disamping itu Primastuti (2008) menyimpulkan bahwa efektifitas SPIP dapat terukur antara lain melalui keandalan laporan keuangan dan cara pengamanan aset. Berdasarkan hasil pemaparan di atas dan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian, maka penulis mencoba meneliti pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas laporan kuangan serta apakah pengelolaan barang milik daerah dapat memediasi hubungan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan dengan judul tesis Analisis Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing

22 Tinggi dengan Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai Variabel Intervening. Pada penelitian ini, penulis ingin melihat seberapa besar pengaruh SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan dengan pengelolaan barang milik daerah sebagai variabel intervening. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi? 2. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui pengelolaan barang milik daerah? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini dilakukan adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui pengelolaan barang milik daerah.

23 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain adalah : 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan peneliti untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dalam hal Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada umumnya. 2. Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan. 3. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan pemahaman akan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian sejenis oleh calon peneliti berikutmya di masa yang akan datang. 1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Primastuti (2008) yang melakukan penelitian dengan judul Penilaian Terhadap Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern dalam Pengelolaan Aset Tetap pada Pemerintah Kota Depok Adapun perbedaan penelitian ini adalah penulis menambah variabel kualitas laporan keuangan sebagai variabel dependen dan pengelolaan barang milik daerah yang salah satu unsurnya adalah pengelolaan aset tetap sebagai variabel intervening, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

24 Tabel 1.1. Originalitas Kriteria Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Judul Penelitian Penilaian Terhadap Sistem Pengendalian Analisis Pengaruh Sistem Intern Dalam Pengelolaan Asset Tetap Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Kota (SPIP) Terhadap Kualitas Lapoan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Pengelolaan Barang Milik Daerah Sebagai Variabel Intervening. Objek Penelitian Pemerintah Kota Depok Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun Penelitian 2008 2015 Variabel Sistem Pengendalian Intern Sistem Pengendalian Intern Independen Pemerintah (SPIP) Variabel Dependen Pengelolaan Aset Tetap Kualitas Laporan Keuangan Variabel - Pengelolaan Barang Milik Intervening Hasil Penelitian Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern dalam Pengelolaan Aset Tetap pada Pemerintah Kota Depok belum efektif. Daerah.