BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB II LANDASAN TEORI. pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga. belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu discipline yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

Membangun Kedisiplinan Melalui Aktivitas Berlatih Di Klub Pembinaan Olahraga Prestasi. Oleh: Danang Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

HUBUNGAN ANTARA DISIPILIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 4 GORONTALO

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

SUKMA WIDIASTO A SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul.

BAB II LANDASAN TEORI

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB II LANDASAN TEORITIK. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. persepsi sisiwa tentang perhatian orang tua. Selain tinjauan pustaka, di bagian ini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan hal paling penting dalam diri manusia untuk menjadikan kita individu yang patuh dan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

FAKULTAS EKONOMI UNNES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kedisiplinan Belajar a. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan adalah kata sifat yang berasal dari kata dasar disiplin dan mendapat imbuhan ke-an. Sedangkan kedisiplinan belajar merupakan gabungan dua kata yakni disiplin dan belajar dimana kedua kata tersebut memiliki arti masing-masing. Untuk mengetahui makna kata tersebut, berikut ini akan dijelaskan pengertian disiplin dan belajar menurut beberapa ahli. Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa Inggris Discipline yang berarti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral; hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atau sistem peraturanperaturan bagi tingkah laku (MacMillan Dictionary dalam Tu u, 2004). Soegeng Prijodarminto dalam Tu u (2004) memberi arti disiplin sebagai kondisi yang terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan pengalaman. Seperti yang diungkapkan oleh Slameto (1998), disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidahkaidah yang berlaku. Dengan demikian, disiplin bukanlah sesuatu yang diperoleh sejak lahir, melainkan dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Berbeda dengan Maman Rachman dalam Tu u (2004) yang mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu dalam mengembangkan kepatuhan dan 5

ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Menurut Arikunto (1990), disiplin dikenal dengan dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya, sehingga ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat. Tu u (2004) merumuskan disiplin sebagai sikap seseorang dalam mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna untuk kebaikan dan keberhasilan seseorang. Disiplin dapat muncul karena adanya rasa takut, tertekan, terpaksa dan adanya dorongan dari luar dirinya. Kedisiplinan juga sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilainilai yang ditentukan atau diajarkan dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. Selanjutnya, akan dijelaskan tentang pengertian belajar menurut beberapa ahli, seperti Gagne (dalam Dahar, 2006), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya. Arikunto (1990), secara sederhana mengartikan belajar sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud untuk memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Di dalam kegiatan belajar selalu ada usaha berupa latihan. Sedangkan menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 6

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian mengenai disiplin dan belajar diatas, Hastuti dalam Wijayanto (2011) mengungkapkan bahwa disiplin belajar adalah keteraturan dan ketaatan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah yang meliputi mendengarkan, membaca, dan mengamati dimana hal tersebut dapat menghasilkan perubahan perilaku yang baru sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar, melalui latihan hidup teratur, pengajaran, pendidikan dan pembinaan dari keluarga dalam hal ini orang tua, dan guru di sekolah untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum atau tata tertib yang berlaku untuk memperoleh perubahan perilaku dalam dirinya. Perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Disiplin tidak hanya mengikuti dan menaati aturan, melainkan meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur serta mempengaruhi seluruh aspek individu termasuk prestasi belajar siswa. b. Perlunya Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan diperlukan oleh siapapun dan di manapun seseorang berada, termasuk seorang siswa. Bohar Soeharto dalam Tu u (2004) mengatakan bahwa pada dasarnya semua orang sudah mengerti dan sudah mengenal disiplin. Orang tua dan guru harus mampu melihat disiplin sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia. Sikap disiplin, apabila dikembangakan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Seorang siswa harus disiplin dalam menaati tata tertib di sekolah, disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, agar mencapai hasil yang optimal. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah serta menata perilaku seseorang dalam hubungannya di tengah-tengah lingkungannya. 7

Maman Rachman dalam Tu u (2004) menyebutkan bahwa disiplin sangat penting bagi para siswa, yaitu untuk: (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan; (3) Menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya; (4) Mengatur keseimbangan keinginan siswa satu dan siswa lainnya; (5) Menjauhi siswa yang melakukan hal-hal yang dilarang sekolah; (6) Mendorong siswa melakukan perbuatan yang baik dan benar; (7) Belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri siswa dan lingkungannya. Jadi, disiplin berperan penting dalam pembentukan dan perubahan perilaku seseorang. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan kedisiplinan, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan bekerja kelak. c. Fungsi Kedisiplinan Belajar Siswa memerlukan kedisiplinan dalam belajarnya, namun seringkali siswa mengabaikan hal-hal mengenai kedisiplinan belajar, akibatnya siswa gagal dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Bila siswa dapat mendisiplinkan diri, maka siswa tersebut memiliki waktu yang efisien dalam belajar. Belajar yang efisien menuntut kedisiplinan belajar yang tinggi, terutama disiplin diri (self discipline), yaitu kemampuan memposisikan diri, kontrol diri dan konsistensi diri untuk bertindak (Danim, 2011). Fungsi disiplin menurut Tu u (2004) diantaranya: (1) Menata kehidupan bersama, yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam masyarakat tertentu, sehingga hubungan antar individu terjalin dengan baik; (2) Membangun kepribadian seseorang, dimana kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku dan pola hidup yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan sehari-hari. Dengan disiplin, seseorang dibiasakan untuk mengikuti, mematuhi dan menaati aturan yang berlaku dengan penuh kesadaran dalam dirinya, dan akhirnya menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari; (3) Melatih kepribadian seseorang, 8

dimana dalam membentuk kepribadian yang tertib, teratur, taat dan patuh diperlukan suatu latihan, pembinaan, pembiasaan diri, usaha yang gigih bahkan dengan tempaan keras; (4) Pemaksaan, dimana seseorang dipaksa untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan seseorang itu berada, (5) Hukuman yang merupakan ancaman atau sanksi atas pelanggaran tata tertib. Hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan siswa untuk menaati dan mematuhi peraturan. Tanpa ancaman/sanksi, dorongan untuk mengikuti aturan menjadi lemah; (6) Menciptakan lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur sehingga dapat mendukung proses kegiatan pendidikan dengan lancar. Kedisiplinan siswa harus ditangani, dibina dan dilatih agar siswa dapat mendisiplinkan diri dalam kehidupannya. Pemahaman kedisiplinan dalam diri siswa, tidak akan berhasil dengan cara pemaksaan dan pembiasaan secara mekanis. Siswa tersebut harus dapat merasakan sendiri apakah di dalam suatu peraturan terdapat sesuatu yang menentukan bahwa dia harus mematuhinya dengan sukarela. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Kedisiplinan Kedisiplinan seseorang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan adanya hukuman. Bagi siswa, disiplin belajar tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara berkelanjutan. Menurut Tu u (2004) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan yaitu kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, hukuman, teladan, lingkungan dan latihan berdisiplin. Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat 9

pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. Kedisiplinan belajar sebagai alat pendidikan digunakan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Hukuman bagi seseorang cenderung disebabkan dua hal, yang pertama karena adanya kesadaran diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guruguru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut. Kedisiplinan dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya mendisiplinkan diri secara berulang-ulang dan membiasakan diri dalam praktik sehari-hari. Sedangkan menurut Lemhanas (1997) terbentuknya disiplin karena alasan berikut: a) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta hukuman; b) Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin 10

harus seturut pada kaidah-kaidah proses belajar; c) Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya. e. Aspek dan Indikator Kedisiplinan Belajar Aspek kedisiplinan menurut Soegeng Prijodarminto dalam Tu u (2004), meliputi 3 aspek yakni: 1) aspek sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai pengembangan latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak; 2) aspek pemahaman mengenai aturan perilaku dan norma, sehingga menumbuhkan pengertian dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan dan norma tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan; 3) aspek sikap dan kelakuan secara wajar yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati segala hal dengan cermat dan tertib. Sedangkan indikator kedisiplinan belajar yang menunjukkan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah yang meliputi: a) dapat mengatur waktu belajar di rumah; b) rajin dan teratur belajar; c) perhatian yang baik saat belajar di kelas; d) ketertiban diri saat belajar di kelas. Tu u (2004) mengemukakan aspek kedisiplinan terdiri dari 3 sub aspek dengan indikator disiplin belajar meliputi: 1) Kepatuhan mengikuti proses belajar mengajar dengan indikator, a) mendengarkan guru saat pelajaran sedang berlangsung dan disiplin menggunakan waktu dengan baik saat guru menjelaskan pelajaran; b) tidak meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung, sampai pelajaran berakhir; c) mengerjakan tugas dengan baik penuh kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakannya. 2) kepatuhan pada tata tertib sekolah dengan indikator, a) datang ke sekolah tepat waktu sesuai waktu yang ditentukan; b) menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah; c) bersikap hormat dan santun pada semua warga sekolah. 3) Ketaatan pada jam belajar dengan indikator meliputi, a) membuat jadwal pelajaran secara rutin untuk dapat disiplin dalam belajar sesuai jadwal yang dibuat; b) menggunakan waktu belajar dengan 11

semaksimal mungkin dan c) tidak menunda-nunda dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Menurut Arikunto (1990), membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1) kedisiplinan di dalam kelas; 2) kedisiplinan di luar kelas/di lingkungan sekolah, dan 3) kedisiplinan di rumah. 2. Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri. Menurut Desmita dalam Suhendri (2012), kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keraguan. Dhesiana (2009), berpendapat bahwa kemandirian belajar adalah sifat, sikap dan kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dijumpai di dunia nyata. Menurut Schunk dan Zimmerman (dalam Sumarmo, 2004) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai self regulated learning (SRL) yaitu sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan belajar yakni merancang belajar, memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan dan mengevaluasi hasil belajarnya secara lengkap. Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan siswa tanpa bergantung pada bantuan dari orang lain, baik teman maupun gurunya dalam mencapai tujuan belajar yaitu menguasai materi atau pengetahuan dengan baik, dengan kesadaran siswa sendiri, dan dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 12

b. Faktor-faktor yang Mendorong Kemandirian Belajar Menurut Basri dalam Rambe (2011), kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) Faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya, serta jenis kelamin. 2) Faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen). Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal kemandiriannya. Durkheim (1990) berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor, yakni disiplin yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas serta komitmen terhadap kelompok. Pendapat tersebut menyatakan bahwa kemandirian itu berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan kebersamaan, bukan dalam kevakuman. c. Karakteristik Kemandirian Blajar Rochester Institute of Technology (dalam Sumarmo, 2004) mengemukakan bahwa karakteristik kemandirian belajar yang dimiliki seorang siswa yaitu: 1) Memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas yang diberikan dan membuat perencanaan 13

untuk mengatur penggunaan waktu serta sumber-sumber yang dimiliki baik sumber dari dalam dirinya maupun dari luar pada saat menyelesaikan tugas; 2) Memiliki need for challenge, yakni individu memiliki kecenderungan untuk beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapinya pada saat mengerjakan tugas dan mengubahnya menjadi sebuah tantangan dan suatu hal menyenangkan atau menarik; 3) Mengetahui bagaimana cara menggunakan sumbersumber yang ada, baik sumber dari dalam dirinya maupun dari luar serta melakukan evaluasi terhadap performannya dalam belajar; 4) Memiliki kegigihan dalam bekerja dan mempunyai strategi tertentu yang membantunya dalam belajar; 5) Mandiri pada saat melakukan aktivitas membaca, menulis maupun berdiskusi dengan orang lain, mempunyai kecenderungan untuk membuat suatu pengertian atau makna dari apa yang dibaca, ditulis maupun didiskusikannya; 6) Menyadari bahwa kemampuan yang mereka miliki bukan satu-satunya faktor yang mendukung kesuksesan meraih prestasi dalam belajar, melainkan juga dibutuhkan strategi dan upaya yang gigih dalam belajar. Menurut Thoha (1996), ciri-ciri kemandirian belajar dapat dibagi menjadi delapan jenis, yaitu mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, tidak lari dari masalah, memecahlan masalah dengan berfikir yang mendalam, jika menjumpai masalah berusaha menyelesaikannya tanpa meminta bantuan orang lain, tidak merasa rendah diri, berusaha bekerja dengan penuh kedisiplinan dan ketekunan dan bertanggungjawab atas tindakannya sendiri. d. Aspek-aspek dan Indikator dalam Kemandirian Belajar Piaget (http://id.shvoong.com/), menjelaskan bahwa tujuan jangka panjang pendidikan adalah mengembangkan kemandirian belajar siswa. Kemandirian itu mencakup tiga aspek, yaitu kemandirian moral, kemandirian intelektual, dan kemandirian sebagai salah satu tujuan pendidikan. Kemandirian berarti memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam menentukan arah tindakan yang terbaik bagi semua yang berkepentingan. 14

Menurut Sutari (http://id.shvoong.com/), kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa orang lain. Kemandirian mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugastugasnya, dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Holstein (1990) mengemukakan tiga aspek kemandirian dalam belajar yakni: 1) aspek tanggungjawab, dimana dalam hal ini melihat adanya rasa percaya diri atas kemampuannya, tidak bergantung terus-menerus pada orang lain dan menentukan sendiri arah belajarnya; 2) aspek tegas dalam mengambil keputusan, dalam hal ini terlihat adanya kebebasan & keberanian dalam mengambil keputusan, mampu mengendalikan diri dan mengatasi/memecahkan masalah; 3) mengejar minat baru (inovatif), dalam hal ini bertindak kreatif, memiliki keberanian mencoba hal-hal baru dan mampu menyatakan buah pikirnnya. Masrun (1986), mengatakan teori kemandirian belajar dikenal sebagai teori (locus of control), yang menyimpulkan lima komponen atau aspek dari kemandirian, yaitu: 1) kemampuan untuk mengambil inisiatif seperti dalam perilaku eksploratif, kreatif, mampu menyatakan buah pikiran, mampu mengekspresikan diri dan mampu bertindak secara spontan; 2) berusaha mengatasi masalah yang dihadapi dalam lingkungan dengan rasa percaya diri tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain serta bebas dalam mengambil keputusan; 3) melakukan aktivitas tambahan sesuai dengan kehendak sendiri, menggunakan sesuatu tanpa memperdulikan apa yang dipikirkan orang lain; 4) puas terhadap hasil kerja yang dilakukan, yang perilakunya diarahkan kepada diri sendiri; dan 5) mampu melakukan tugas rutin sendiri dalam semua aspek kehidupan. 15

3. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Tu u (2004), prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar adalah penggunaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru, sehingga pengertian prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi, kemudian dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tes siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku raport akhir semester atau kenaikan/kelulusan. Sunaryo dalam Rina (2011) menambahkan, prestasi belajar sebagai kemampuan seseorang dalam menguasai sejumlah program setelah program itu selesai, dan prestasi ini biasanya dilambangkan dalam bentuk nilai (angka) sehingga mencerminkan keberhasilan siswa dalam periode tertentu. Suryabrata (1981) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil studi yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu dalam suatu lembaga dimana hasilnya dinyatakan dengan angka atau simbol dan merupakan cermin dari hasil proses belajar. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa 16

dari proses pembelajaran yang diberikan oleh guru melalui pemberian tugas, tes, ulangan atau ujian untuk mengetahui pemahaman, keterampilan dan penguasaan materi yang diajarkan. Prestasi tersebut dinilai ranah kognitifnya dan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai sebagai hasil evaluasi (penilaian) yang diberikan oleh guru kepada siswa. b. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar matematika menurut Royyana (2010) adalah prubahan-perubahan tingkah laku siswa sebagai indikator tingkat ketercapaian tujuan belajar matematika dalam penguasaan struktur kognitif berupa fakta atau konsep setelah mendapatkan pengalaman belajar matematika. Prestasi belajar matematika juga dapat dikatakan tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar matematika sesuai tujuan yang ditetapkan. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika yang menunjukkan kecakapan siswa dalam penguasaan materi matematika yang telah disampaikan guru di sekolah dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun huruf. Untuk mengukur prestasi belajar matematika siswa, guru harus memberikan penilaian kepada siswa dalam bentuk angka dan ditulis sebagai laporan pendidikan yang biasanya tercantum dalam rapor (Prasetya, 2012). Prestasi belajar matematika juga dapat diartikan sebagai keberhasilan yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika, dimana dalam keberhasilan tersebut meliputi ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf dalam periode tertentu. c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Ada beberapa faktor penting dan mendasar yang memberi kontribusi bagi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik. Faktor-faktor tersebut menurut Merson U. Sangalang dalam Tu u (2004) adalah faktor kecerdasan, bakat, minat dan 17

perhatian, motif, cara belajar, dan faktor lingkungan baik di sekolah maupun di rumah. Faktor kecerdasan menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional untuk memahami, mengerti, dan memecahkan masalah, tetapi termasuk kemampuan mengatur belajar dari pengalamannya. Potensi kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar. Faktor bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawa sejak lahir. Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Minat dan perhatian merupakan kecenderungan yang besar terhadap suatu perhatian untuk melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran tertentu akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Faktor motif merupakan dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diingikan. Jika siswa mempunyai motif yang baik dan kuat dalam belajar, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Cara belajar juga mempengaruhi keberhasilan studi siswa. Cara belajar siswa yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien adalah berkonsentrasi ketika guru menerangkan, mempelajari kembali pelajaran yang telah diterima, membaca kembali materi yang telah disampaikan oleh guru, dan latihan mengerjakan soal-soal. Faktor lingkungan keluarga merupakan salah satu pengaruh yang berpotensi besar dan positif pada prestasi siswa. Orang tua sudah sepatutnya mendorong, memberi semangat, membimbing 18

dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Selain hal itu, perlu suasana hubungan dan komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak-anak serta keadaan keuangan keluarga yang tidak kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar anak. Sementara faktor sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif, sarana penunjang cukup memadai siswa tertib disiplin. Maka, kondisi tersebut mendorong siswa saling berkompetisi dalam pembelajaran. Selain faktor-faktor tersebut, Slameto (2003) secara garis besar menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yakni faktor intern dan ekstern. 1) Faktor Intern, meliputi faktor jasmani seperti kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologi seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kesiapan, serta faktor kelelahan; 2) Faktor ekstern meliputi: a) Faktor keluarga seperti cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang kebudayaan; b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar dan tugas rumah; c) Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergul dan bentuk kehidupan masyarakat. d. Pengukuran Prestasi Belajar Prestasi belajar seseorang dapat diketahui dengan menilai hasil belajarnya. Kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah, dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauh mana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat Suryabrata (1998) bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu. 19

Azwar (1998) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu: 1) Berfungsi selektif (fungsi sumatif), dimana dalam penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut; 2) Penilaian berfungsi diagnostik, yakni selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa, juga untuk mengetahui kelemahan siswa, sehingga guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa; 3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement) dimana setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMU kelas II menentukan jurusan studi di kelas III; dan 4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif) yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut. B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang akan dikemukakan oleh penulis dalam penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, dan terdapat hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto (2011), yang berjudul Hubungan Antara Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Kristen Satya Wacana, menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar matematika, dengan koefisien korelasi sebesar 0,532. Penelitian lain oleh Sari (2010), yang berjudul Hubungan Kemandirian Belajar Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Salatiga, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara kemandirian belajar matematika dengan prestasi belajar matematika. Sejalan dengan penelitian tersebut, Rina (2011), dalam 20

penelitianya yang berjudul Hubungan Antara Disiplin Belajar dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV di Gugus Yos Sudarso, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa kelas IV SD, dimana disiplin belajar termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar 27,27% sedangkan tingkat kemandirian belajar sebesar 43,63% pada kategori rendah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Royyana (2010), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara disiplin belajar matematika dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Suruh. Wahi (2010) dalam penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD di Gugus Tetuko Kecamatan Susukan, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar. Sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut, Pertiwi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Kontribusi Kedisiplinan Belajar, Kemandirian Belajar, dan Kejujuran Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester II SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedisiplinan belajar, kemandirian belajar dan kejujuran belajar terhadap hasil belajar matematika melalui uji F dengan signifikansi sebesar 0,413. Berdasarkan beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan kedisiplinan belajar dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa. Subyek penelitian yang ingin diteliti adalah siswa kelas VII C dan VII D di SMP Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang, tahun ajaran 2012/2013. C. Kerangka Berfikir Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan sebelumnya, tampak bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, diantaranya adalah kedisiplinan belajar dan kemandirian belajar. Kedisiplinan belajar juga dapat mendorong siswa untuk mengembangkan sikap mandiri dalam belajarnya. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada tiga, yaitu variabel independen (variabel bebas) yaitu kedisiplinan belajar X 1 dan kemandirian belajar X, serta variabel dependen (variabel terikat) 2 21

yaitu prestasi belajar matematika Y. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan kedisiplinan belajar dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika, maka disusun model hubungannya menurut Riduwan (2005) dan tampak pada Gambar 1 berikut ini: Kedisiplinan Belajar (X 1 ) Kemandirian Belajar (X 2 ) Prestasi Belajar Matematika (Y) D. Hipotesis Gambar 1. Bagan Korelasi Kedisiplinan Belajar dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2009). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan Kabupaten Semarang. 22