II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara udara yang kotor.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK AEDES, ANOPHELES, DAN CULEX

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

IDENTIFIKASI,VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU SERTA PENGENDALIAN ANOPHELES ACONITUS SECARA SEDERHANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Proses Penularan Penyakit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti 2.2 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II KAJIAN TEORI. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nyamuk

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


JENIS - JENIS NYAMUK YANG TERTANGKAP DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI NYAMUK MENGGUNAKAN POHON KEPUTUSAN (STUDI KASUS: NYAMUK ANOPHELES BETINA ASAL ORIENTAL DI INDONESIA)

I. PENDAHULUAN. Fungsi ekologi hutan mangrove merupakan satu dari dua fungsi lain ekosistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

KERAGAMAN SPESIES NYAMUK DI DESA PEMETUNG BASUKI DAN DESA TANJUNG KEMALA BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Telaah Infestasi Nyamuk Pada Kerbau Di Bogor

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

Nyamuk sebagai vektor

II. TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk Yang Berperan Sebagai Vektor Penyakit dan Cara Pengendaliannya Oleh Sitti Rahmah Umniyati

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Musca domestica ( Lalat rumah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut (Yuniarti, 2008):

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Morfologi dan Klasifikasi Nyamuk Anopheles a. Morfologi nyamuk Anopheles sp. Morfologi nyamuk menurut Horsfall (1995) : Gambar 1. Struktur morfologi nyamuk Anopheles sp. betina Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada Ordo Diptera dan Famili Culicidae. Nyamuk dewasa berbeda dari Ordo Diptera lainnya karena nyamuk memiliki proboscis yang panjang dan sisik pada bagian tepi dan vena sayapnya. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina (O connor, 1999). Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform yang panjang dan langsing serta terdiri atas lima belas segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Bulu antena nyamuk jantan lebih

lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada antena nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose (Brown, 1979). Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus terletak diantara antena dan proboscis.(brown, 1979). Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik (Brown, 1979). Pada stadium dewasa palpus nyamuk jantan dan nyamuk betina mempunyai panjang yang hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada ( club form), sedangkan pada nyamuk betina ruas tersebut mengecil. Sayap pada bagian pinggir (costa dan vena I) ditumbuhi sisik sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang belang hitam putih. Bagian ujung sayap tumpul, bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan juga tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi sedikit melancip (Hoedojo, 1996) Perut nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi

menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap, akan tetapi segmen ke sembilan dan ke sepuluh termodifikasi menjadi cerci yang melekat pada segmen ke sepuluh. (Nukmal, 2011). Nyamuk Anopheles dewasa mudah dibedakan dari jenis nyamuk yang lain, nyamuk ini memiliki dua palpusmaxilla yang sama panjang dan bergada pada yang jantan. Scutellum bulat rata dan sayapnya berbintik. Bintik sayap pada Anopheles disebabkan oleh sisik pada sayap yang berbeda warna (Borror, 1996).

b. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles menurut Borror (1996) adalah : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Invertebrata : Insecta : Diptera : Culcidae : Anophelini : Anopheles sp. Cara mengidentifikasikan nyamuk Anopheles sp berdasarkan struktur morfologinya : (O Connor dan Soepanto, 1999) Gambar 2. Sayap dengan bintil pucat Gambar 3. Proboscis hampir sama dengan palpus

Gambar 4. Femur belakang tanpa sikat Gambar 5.Pada costa urat 1 dan 4 ada bintik pucat Gambar 6. Tibia dan tarsus tanpa gelang pucat Gambar 7. Femur dan tibia ada bercak putih pucat Gambar 8. Segmen pada tarsus ada gelang hitam

2. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna ( holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40 C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari (Hoedojo, 1998). Nyamuk meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda beda tergantung dari jenisnya. Nyamuk Anopeles meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombol tetapi saling lepas karena telur Anopheles mempunyai alat pengapung (Borror, 1996).

3. Perilaku Nyamuk Anopheles a. Perilaku Menggigit ( feeding ) Waktu keaktifan mencari darah dari masing - masing nyamuk berbeda beda, nyamuk yang aktif menggigit pada malam hari adalah Anopheles dan Culex sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk Anopheles, nyamuk ini suka menggigit di luar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina (Nurmaini, 2003). Sesuai dengan buku Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor dari Depkes RI (2001), bahwa nyamuk yang aktif menghisap darah pada malam hari umumnya mempunyai dua puncak akitivitas, yaitu puncak pertama terjadi sebelum tengah malam dan yang kedua menjelang pagi hari, namun keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu dan kelembaban udara. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Damar (20 04) di Desa Serumbung Kabupaten Magelang, nyamuk Anopheles aconitus aktifitas mengigitnya berlangsung pada pukul 19.00-21.00. Pada penelitian oleh Mujayanah (2008) di Kelurahan Sukamaju Kecamatan Teluk Betung Barat, nyamuk Anopheles lebih aktif mengigit pada pukul 22.00 dan 04.00. b. Perilaku Istirahat (Resting) Nyamuk betina akan beristirahat selama 2-3 hari setelah menggigit orang/hewan. Nyamuk memiliki dua macam perilaku istirahat yaitu istirahat yang sesungguhnya

selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada nyamuk sedang aktif menggigit (Brown, 1979). Nyamuk Anopheles biasanya beristirahat di dalam rumah seperti di tembok rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, dan tempat yang berwarna gelap (Nurmaini, 2003). Menurut hasil penelitian Hiswani (2004), ada beberapa spesies yang hinggap di daerah daerah lembab seperti di pinggir-pinggir parit, tepi sungai, di dekat air yang selalu basah dan lembab ( Anopheles aconitus) tetapi ada pula spesies yang istirahat dan hinggap di dinding rumah penduduk (Anopheles sundaicus). Hal yang sama pernah dikemukan oleh hasil penelitian dari Fatma (2002) dan Mujayanah (2008), bahwa nyamuk Anopheles sundaicus bersifat eksofagik yaitu suka menggigit hospes di luar rumah, ditunjukkan dengan jumlah Anopheles yang ditemukan di luar rumah dua kali lebih banyak dibandingkan di dalam rumah. Nyamuk Anopheles pada senja hari di Dusun Selesung Pulau Legundi kurang begitu aktif diduga karena penduduk masih banyak melakukan aktifitas pada senja hari. Aktifitas penduduk inilah yang menghambat aktifitas nyamuk Anopheles sehingga proses penghisapan menurun, tetapi akan meningkat pada saat manusia sedang tidur (Jannah, 1999). c. Perilaku Berkembang Biak (Breeding Place )

Nyamuk memiliki tiga tempat untuk melakukan perkembangbiakan yaitu tempat berkembang biak ( breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat ( resting places). Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan seperti Culex dapat berkembang biak pada semua jenis air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, Mansonia senang berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa danau yang banyak terdapat tanaman air, dan Anopeheles memiliki bermacam breeding places sesuai dengan jenis nyamuk Anopheles sebagai berikut : (Brown, 1979 ). 1. Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus senang berkembang biak di air payau. 2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk Anopheles sundaicus, Anopheles mucaltus dalam berkembang biak. 3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi Anopheles vagus, Anopheles barbirotris untuk berkembang biak. 4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles vagus, An. indefinitus, An. leucosphirus untuk tempat berkembang biak. 5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi Anopheles aconitus, An. vagus, An barbirotus, An. anullaris untuk berkembang biak. Kepadatan populasi nyamuk Anopheles di permukiman warga di Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin paska KLB sangat tinggi sehingga menyebabkan daerah itu menjadi daerah endemis malaria (Ningsih, 2005)

Pantai dan persawahan yang terdapat di Desa Babakan kabupaten Ciamis merupakan tempat perindukan potensial untuk nyamuk Anopheles,sp. (Fakhira, 2011) d. Pola menggigit nyamuk Anopheles sp. Nyamuk Anopheles maculatus bersifat zoofilik, menyenangi darah hewan (kerbau) dan aktifitas menggigit nyamuk Anopheles maculatus ini tertinggi antara pukul 21.00 sampai pukul 24.00 WIB, dan aktifitas menggigit orang antara pukul 20.00 23.00 (Sutisna, 2004). Hal ini serupa dengan hasil penelitian oleh Setyaningrum (2008) Nyamuk Anopheles sp. Kecamatan Hanura mempunyai puncak menggigit yaitu pada pukul 23.00 ketika penduduk tertidur dan tidak melakukan aktifitas. Distribusi An. annularis meliputi wilayah Afganistan, Pakistan, India, Filipina, Sri Lanka, Cina, dan Indonesia (Snow, 2002). Habitatnya pada air yang mengalir lambat atau air yang tidak mengalir, tetapi juga menyukai air yang mengandung garam (Snow, 2002). Menurut Lestari (1999) di bukit baru Jambi Anopheles annularis ditemukan aktif menggigit dari pukul 23.00 01.00 malam. Distribusi An. vagus ini meliputi wilayah India, Hongkong, Pakistan, Sri Lanka dan Indonesia (Takken, 2008). Habitatnya pada tempat tempat air agak keruh yang tertutup sinar matahari, air sawah yang aliran airnya lambat (Takken, 2008). B. Anopheles sebagai Vektor Malaria

Nyamuk betina membutuhkan darah untuk perkembangan telurnya. Darah dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein dalam proses pematangan telurnya). Perilaku mengkonsumsi darah inilah yang meningkatkan potensi nyamuk sebagai vektor penyakit. Nyamuk ini tertarik oleh karbon dioksida, bau tubuh dan panas tubuh hewan ataupun manusia. Kesukaan memilih inang mempengaruhi perilaku menghisap darah. Beberapa nyamuk lebih menyukai darah manusia ( Anthrozoophilic) dan lainnya lebih menyukai darah hewan ( Zooanthrophilic) atau bahkan menyukai keduanya. Cu. quinquefasciatus, Ae. aegypti dan An.albopictus merupakan beberapa spesies yang tergolong anthrozoophilic sedangkan Cu. tritaeniorhynchus merupakan salah satu nyamuk yang tergolong zooanthrophilic (Brown, 1969). Nyamuk yang menjadi vektor di Jawa dan Bali An. sundaicus, An. aconitus, An. balabanencis dan An. maculatus. Di daerah pantai banyak terdapat An. sundaicus dan An. subpictus, sedangkan An. balabanencis dan An. maculatus ditemukan di daerah non persawahan. Anopheles aconitus, An. barbirostris, An. tessellatus, An. nigerimus dan An. sinensis di Jawa dan Sumatera tempat perindukan di sawah kadang di genangangenangan air yang ada di sekitar persawahan. Di Kalimantan yang dinyatakan sebagai vektor adalah An. balabanensis, An. letifer. Malaria berkaitan erat dengan keadaan wilayah, di kawasan tropika seperti Indonesia penularan penyakit ini sangat rentan, karena keadaan cuaca yang mempunyai kelembaban tinggi akan memberikan habitat yang sesuai untuk pembiakan nyamuk yang menjadi vektor penularan kepada penyakit ini (Gunawan, 2000).

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketertarikan Nyamuk Terhadap Inang Pada setiap jenis nyamuk mempunyai perilaku berbeda dalam mencari hospesnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyamuk Anopheles dalam mencari hospes adalah faktor suhu, kelembaban, karbondioksida, aroma, dan visual. 1. Suhu Suhu merupakan faktor penting dalam penemuan hospes. Daya tarik nyamuk Anopheles sp. terhadap subyek yang dipanaskan di bawah suhu udara dalam laboratorium dan percobaan lapangan menyatakan bahwa suhu adalah faktor penting dalam pencarian sasaran (Brown, 1951). Brown (1951) melaporkan jika salah satu tangan manusia didinginkan sampai suhu 22 C dan tangan yang lainnya pada suhu 30 C, maka tangan yang lebih dingin kurang menarik untuk digigit nyamuk Anopheles sp. 2. Kelembaban Kelembaban dapat mempengaruhi dan merangsang nyamuk Anopheles sp. untuk menggigit hospesnya. Akan tetapi menurut Russell (1963) di lapangan tidak ada bukti yang menunjukkan pentingnya tingkat kelembaban bagi orientasi kepada hospes, jadi disimpulkan bahwa kelembaban mungkin merupakan sebagian dari faktor penting yang berasal dari hospes dan merupakan daya tarik nyamuk pada jarak dekat. 3. Karbon dioksida Pengaruh karbon dioksida terhadap perilaku menggigit masih banyak diperdebatkan. Menurut Takken (2008) pada pemasangan New Jersey light trap, dengan

menambahkan karbon dioksida selama dua jam dapat meningkatkan jumlah nyamuk Anopheles sp. yang tertangkap menjadi empat kali. Karbon dioksida yang merupakan sisa metabolisme tubuh dieksresikan melalui saluran pernafasan, sehingga nyamuk lebih banyak hinggap di bagian kepala daripada anggota tubuh lain (Gilles, 2002). 4. Aroma Aroma sebagai salah satu rangsangan yang menuntun serangga dalam mencari makanannya. Aroma darah saat dilaporkan mempunyai daya tarik terhadap nyamuk Ae. Aegypti empat kali lebih besar daripada air, dan plasma darah lima kali lebih besar daripada air (Brown, 1957). 5. Visual Respon visual mempengaruhi nyamuk dalam memilih hospes. Bentuk dan pemantulan cahaya serta gerakan hospes ternyata merupakan faktor penting, sebab mampu menuntun nyamuk yang aktif mencari darah pada siang hari untuk datang kepada hospes. Walaupun faktor visual telah dibuktikan mempengaruhi nyamuk tetapi tidak semua nyamuk tergantung kepada faktor tersebut (Sardjito, 2008)