LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ATTN: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN TAMBANG GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir air di atas, perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGARAAN USAHA DI BIDANG PERTAMBANGAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 24 TAHUN 2009 TLD NO : 23

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2003 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 19 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

L E M B A R A N D A E R A H

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 ; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERTAMBANGAN UMUM DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 1987

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 26

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 9 TAHUN 1998 SERI A.2

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2007 Seri : B Nomor 01

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PERTAMBANGAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

MEMUTUSKAN: Menetapkan :

DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 24

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia N0. 32 Tahun 1991 Tentang : Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 8 TAHUN 2002 SERI: B NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KOLAKA NOMOR: 7 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU, NON KAYU PADA TANAH MILIK/HUTAN RAKYAT

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN IZIN GANGGUAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG,

UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PD. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN TOKO OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

IZIN PEMBANGUNAN JALAN KHUSUS PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 23 Tahun 2007 Seri : B Nomor 08 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan usaha pertambangan bahan galian golongan C, dalam pengelolaannya harus berdasarkan azas fungsi, nilai ekonomis pemanfaatan keseimbangan dan serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan; b. bahwa hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Sumber Daya Mineral Nomor 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pertambangan Umum, maka pemberian Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C harus mendapat kuasa pertambangan dari pemerintah, termasuk di dalamnya Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C; 570

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548; 571

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4239); 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Tambahan; 14. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C jenis Lepas di Daratan; 15. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1453 K/ 29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah; 572

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI DAN WALIKOTA DUMAI MEMUTUSKAN : Menetapkan :PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Dumai. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai. 3. Walikota adalah Walikota Dumai. 4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai. 5. Unit Kerja adalah Unit Kerja yang mengelola Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C. 6. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Dumai 7. Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian yang tidak termasuk bahan Galian Golongan A (Strategis) dan Bahan Galian Golongan B (Vital) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980. 8. Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C adalah segala kegiatan usaha Pertambangan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan penjualan. 9. Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat IUP Bahan Galian Golongan C adalah IUP yang berisikan wewenang untuk melakukan kegiatan usaha semua atau sebagian tahap usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C. 573

10. Penyelidikan Umum adalah penyelidikan secara kimia, geofisika didaratan, perairan (sepanjang tidak lepas pantai) dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi atau untuk mengetahui tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. 11. Eksplorasi adalah segala kegiatan penyelidikan geologi atau pertambangan yang tujuannya untuk menetapkan lebih teliti seksama mengenai sifat, letakan dan dimensi bahan galian. 12. Eksploitasi adalah segala kegiatan usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan/memproduksi bahan galian tambang dan memanfaatkannya. 13. Pengolahan/pemurnian adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu bahan galian tambang, serta untuk memanfaatkannya dan memperoleh unsur-unsur/mineral yang terkandung dalam bahan galian tambang. 14. Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dari wilayah pertambangan atau dari wilayah pengolahan pemurnian bahan galian ketempat lain. 15. Penjualan adalah segala kegiatan usaha penjualan bahan galian atau hasil pengolahan/pemurnian bahan galian tambang. 16. Reklamasi adalah segala kegiatan yang tujuannya untuk memperbaiki, mengembalikan kemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan kegiatan usaha pertambangan umum. 17. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya alam terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kwalitas nilai dan keanekaragaman. 18. Retribusi adalah pungutan atas izin penambangan Bahan Galian Golongan C oleh Pemerintah Kota kepada setiap orang atau Badan Usaha yang telah memiliki IUP. 574

BAB II IZIN USAHA PERTAMBANGAN Pasal 2 (1) Setiap usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat IUP Dengan nama IUP Bahan Galian Golongan C dari Walikota. (2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa : a. IUP Eksplorasi; b. IUP Eksploitasi; c. IUP Pengolahan/Pemurnian; d. IUP Pengangkutan dan Penjualan. (3) Bahan Galian C sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. Pasir Bahan Bangunan; b. Pasir Urug; c. Batu Kapur; d. Batu Kerikil; e. Granit, Andesit, Basalt, Trakit (Batu Bahan Bangunan); f. Tanah : 1. Tanah Liat Tahan Api; 2. Tanah Liat Ball (Ball Clay); 3. Tanah Liat Untuk Bahan Bangunan (Batu Bara, Genteeng, dan untuk industri Semen); 4. Tanah Urug. Pasal 3 Izin Usaha Pertambangan dapat diberikan : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Perusahaan Daerah; c. Koperasi; d. Badan atau perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat sesuai dengan peraturan yang berlaku. 575

BAB III SYARAT-SYARAT PERIZINAN Pasal 4 Persyaratan memperoleh IUP Bahan Galian Golongan C sebagai berikut : a. Surat permohonan ditujukan kepada Walikota cq. Unit Kerja yang mengelola IUP Bahan Galian C; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Photocopy KTP pemohon; d. Rekomendasi Lurah; e. Rekomendasi Camat; f. Dokumen UPL/UKL/Amdal; g. Peta Situasi Wilayah Pertambangan yang dimohon dengan skala antara 1 : 1000 sampai dengan 1 : 10.000 yang diikat pada titik tetap dan batas-batas koordinat yang jelas; h. Copy akte pendirian perusahaan yang menyebutkan usahanya antara lain bidang pertambangan dan telah didaftarkan pada lembaga yang berwenang; i. Keterangan mempunyai Tenaga Ahli Pertambangan dengan syarat pendidikan dan pengalaman kerja sebagai berikut : 1. Sarjana Teknik Pertambangan / Geologi; 2. Sarjana Muda Teknik Pertambangan/Geologi; 3. Sarjana Jurusan Teknik lain yang mempunyai pengalaman kerja minimal 5 Tahun pada aktifitas penambangan dengan dibuktikan keterangan dari perusahaan yang bersangkutan; 4. Berijazah SLTA dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun pada aktifitas penambangan; 5. Dengan disertai keterangan kesanggupan, daftar riwayat pekerjaan, photo copy KTP yang bersangkutan dan photo copy Ijazah Terakhir yang dilegalisir. j. Fatwa Teknis Dinas Pertambangan dan Energi. BAB IV TATA CARA MEMPEROLEH IZIN Pasal 5 Tata cara memperoleh IUP Bahan Golongan C : a. Permohonan ditujukan kepada Walikota Dumai melalui Unit Kerja yang mengelola IUP Bahan Galian C rangkap 2 (dua); 576

b. Permohonan yang telah memenuhi syarat diberi tanda terima oleh Unit Kerja yang mengelola IUP Bahan Galian C, permohonan yang tidak memenuhi syarat dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi; c. Unit Kerja yang mengelola IUP Bahan Galian C, melakukan penelitian administrasi terhadap persyaratan permohonan; d. Sebelum dikeluarkannya fatwa satuan kerja yang mengelola izin usaha pertambangan bahan galian golongan C, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan pada lokasi yang dimaksud dan biaya survey lapangan dibebankan kepada pemohon; e. Proses IUP Bahan Galian Golongan C dapat diselesaikan selama 14 (empat belas) hari kerja apabila setelah semua persyaratan dilengkapi; Pasal 6 (1) Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf (d), dilaksanakan oleh Unit Kerja yang mengelola IUP Bahan Galian C yang ditunjuk dengan membuat Berita Acara pemeriksaan lapangan. (2) Biaya pemeriksaan lapangan dilibatkan kepada pemohon. (3) Besarnya biaya pemeriksaan dan penggunaanya ditentukan berdasarkan Keputusan Walikota Dumai. Pasal 7 (1) Luas wilayah pertambangan dapat diberikan untuk 1 (satu) IUP maksimal 10 (sepuluh) Hektar. (2) Kepada perorangan hanya dapat diberikan 1 (satu) IUP, sedangkan kepada badan hukum dan Koperasi diberikan maksimal 5 (lima) IUP. (3) Permohonan IUP dengan jumlah maksimal 5 (lima) buah dengan luas masing-masing maksimal 10 (sepuluh) hektar untuk Bahan Galian yang sejenis dalam 1 (satu) lokasi. Walikota dapat memberikan 1 (satu) IUP. (4) Pemegang IUP dapat menciutkan wilayah kerjanya dengan mengembalikan sebagian atau bagian-bagian tertentu dari wilayahnya termaksud atau memindahkan haknya kepada pihak lain dengan persetujuan Walikota Dumai. 577

Pasal 8 (1) Pemberian IUP diberikan untuk jangka waktu maksimal 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang maksimal 2 (dua) kali perpanjang dengan masing-masing perpanjangan dengan waktunya maksimal 2 (dua) tahun. (2) Permohonan Perpanjangan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan kepada Walikota Dumai 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Izin. BAB V RETRIBUSI Pasal 9 Atas pemberian IUP dikenakan Retribusi Izin sebagai berikut : a. Target Produksi kurang dari 500 M 3 pertahun sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah); b. Target Produksi lebih dari 500 M 3 pertahun sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah); c. Target Produksi lebih dari 1.000 M 3 pertahun sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Pasal 10 (1) Pembayaran Retribusi IUP Bahan Galian Golongan C disetor ke kas Daerah Kota Dumai atau melalui Bendahara Khusus Penerima Sekretaris Daerah Kota Dumai. (2) Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), disetor oleh Bendahara Khusus penerima Sekretaris Daerah Kota Dumai ke kas daerah selambat-lambatnya 1 X 24 jam hari kerja ke kas. BAB VI BERAKHIR IZIN Pasal 11 IUP Bahan Galian Golongan C berakhir karena : a. Dikembalikan oleh pemegangnya; b. Dibatalkan oleh Pejabat yang berwenang; c. Berakhirnya batas waktu yang diberikan tanpa permohonan perpanjangan. 578

Pasal 12 Pemegang IUP dapat mengembalikan izinnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, dengan cara : a. Menyampaikan pernyataan tertulis kepada Walikota Dumai; b. Pernyataan tersebut disertai dengan alasan yang cukup; c. Pengembalian IUP dinyatakan sah setelah mendapatkan persetujuan dari Walikota Dumai. Pasal 13 Pembatalan IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, dapat dilakukan dalam hal : a. Terdapatnya kekeliruan dalam izin sebagai akibat kesalahan pemohon; b. Adanya pelanggaran teknis yang dipandang dapat mengancam/ membahayakan lingkungan hidup; c. Selama 6 (enam) bulan berturut-turut setelah beroperasi (eksplorasi/ eksploitasi) tidak melaporkan kegiatannya; d. Adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Tidak mematuhi dan atau tidak mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh pejabat yang berwenang mengenai penyelenggaraan usaha pertambangan dan atau tidak mengindahkan kewajiban-kewajiban sebagaimana tercantum dalam IUP. Pasal 14 (1) Jika berakhir karena hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, maka : a. Segala beban yang menjadi tanggung jawab pemegang IUP harus diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Wilayah IUP dikembalikan dikuasai Negara/Pemerintah Kota Dumai; c. Segala sesuatu yang digunakan untuk pengamanan bangunanbangunan tambang dan kelanjutan penambangan Bahan Galian Golongan C menjadi hak dan tanggung jawab Pemerintah Kota Dumai tanpa ganti rugi; 579

d. Bahan Usaha atau perorangan pemegang IUP yang bersangkutan harus menyerahkan semua klise bahan-bahan peta, gambar-gambar ukuran tanah dan semua data-data hasil penelitian kepada Walikota Dumai tanpa ganti rugi. (2) Walikota Dumai menetapkan waktu yang diberikan kepada pemegang IUP terakhir untuk memindahkan/mengangkut segala sesuatu menjadi hak miliknya, kecuali bahan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c. (3) Barang Bangunan yang tidak dipindahkan diangkat dalam batas waktu yang sudah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi milik Pemerintah Kota Dumai. (4) Menyimpan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila IUP dibatalkan demi kepentingan Negara/Pemerintah Kota Dumai diberi ganti rugi yang patut dan wajar kepada pemegang IUP sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IUP Pasal 15 Hak dan Kewajiban Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C : 1. Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C berhak melakukan segala kegiatan usaha pertambangan dengan mempergunakan peralatan dan teknik pertambangan dengan sebaik-baiknya. 2. Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C, disamping melaksanakan kewajibannya dibidang pengusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja, teknik penambangan yang baik dan benar serta pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk pejabat yang berwenang, juga harus melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran. 3. Pemegang IUP Bahan Galian Golongan C diwajibkan menyampaikan laporan kegiatan kepada Walikota Dumai melalui Unit Kerja yang mengelola IUP Bahan Galian C secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali. 580

4. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah memperoleh IUP Bahan Galian Golongan C, pemegang IUP diwajibkan memberi batas pada wilayah dalam usaha pertambangan dengan membuat tanda-tanda batas yang jelas. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Unit kerja dapat melaksanakan inventarisasi/pemetaan bahan Bahan Galian golongan C serta eksplorasi potensi Bahan Galian yang belum dimanfaatkan. (2) Inventarisasi data dan pengukuran potensi atas usaha Bahan Galian Golongan C dilakukan terhadap orang/badan usaha yang sudah memiliki IUP maupun terhadap wilayah pertambangan yang belum dimanfaatkan. Pasal 17 (1) Pembinaan, pengendalian dan pengawasan IUP Bahan Galian Golongan C dilaksanakan oleh Unit Kerja yang membidangi usaha pertambangan. (2) Pejabat Inspeksi Tambang adalah Pejabat pelaksana dari Walikota Dumai dalam bidang pengawasan. (3) Pembinaan, pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara pengusahaan atau teknik penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja serta pengelolaan lingkungan usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C. (4) Usaha kepentingan pengendalian dan pegawasan, setiap instansi atau badan usaha yang mengusahakan pertambangan Bahan Galian Golongan C wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk mengadakan pemeriksaan, penelitian baik bersifat administrasi maupun secara teknis operasional. 581

Pasal 18 (1) Walikota menunjuk Kepala Inspeksi Tambang. (2) Kepala Inspeksi tambang dibantu oleh Deputi Kepala Inspeksi Tambang, para pelaksana Inspeksi Tambang dan para Asisten pelaksana Inspeksi Tambang. (3) Walikota menetapkan persyaratan dan tata cara pengangkatan Kepala Inspeksi Tambang, Deputi Kepala Inspeksi Tambang, para pelaksana Inspeksi Tambang dan Para Asisten Pelaksana Inspeksi Tambang. Pasal 19 Biaya Operasional untuk menunjang pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini di ancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.0000.000 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 IUP yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Swasta, Badan-badan lain dan perorangan yang memperoleh hak berdasarkan peraturan yang ada sebelum saat berlakunya Peraturan Daerah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. 582

BAB XI PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 10 Desember 2007 WALIKOTA DUMAI, dto Diundangkan di Dumai pada tanggal 11 Desember 2007 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, H. ZULKIFLI A.S dto, H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda NIP. 010055541 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2007 NOMOR 08 SERI B 583