BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring

BAB I PENDAHULUAN. Uang sebagai sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari fungsinya untuk

PERANAN KLIRING DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

STUDI TENTANG EVALUASI SISTEM KLIRING ELEKTRONIK DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kecepatan dalam pembayaran atau bertransaksi. Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. wawancara langsung dan dokumenter, penulis mendapatkan data-data yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. akses kredit/pembiayaan. Infrastruktur ini mempertukarkan informasi kredit

TUGAS-TUGAS BANK INDONESIA. Mulyati, SE., M.T.I.

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui

BAB I PENDAHULUAN. campur tangan pemerintah atau pihak lain. Salah satu tugas Bank Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bank lainnya. Beberapa jenis jasa lain yang ditawarkan oleh bank menurut

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke 21, terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan kliring secara manual tidak efektif dan tidak efisien.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi. 1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB III PEMBAHASAN. clearing (bahasa Inggris) berasal dari kata clear yang berarti jelas dan terang.

BAB IV PENUTUP. Dengan melihat analisis data dan pembahasan yang ada, Penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan multilateral netting adalah mekanisme perhitungan hak dan kewaji

BAB I PENDAHULUAN. barter, kini masyarakat dapat menggunakan uang rupiah sebagai alat

SISTEM KEUANGAN INDONESIA

PELAKSANAAN KLIRING ANTAR BANK ATAS WARKAT YANG BERBENTUK CEK PADA BANK INDONESIA DI SURAKARTA

SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

ANDRI HELMI M, A.Md., SE., MM.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 9 /PBI/1999 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

C. Sistem Kliring Berdasarkan system penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/2/PBI/2002 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Baik di Indonesia maupun di seluruh dunia banyak orang-orang yang

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya kajian dan publikasi prinsip-prinsip dan praktik-praktik mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penerbit e-money

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

I.PENDAHULUAN. Perkembangan sektor ekonomi di Indonesia saat ini sangat pesat yang ditandai

I. PENDAHULUAN. orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/22/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penyediaan dana untuk perkembangan pembangunan atau untuk

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

Pelaksanaan Transaksi Kliring Dalam Kegiatan Oprasional PT. BANK BRI Syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/6/PBI/2004 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT BANK DANAMON DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, Perbankan Syariah di Indonesia. mengalami perkembangan yang cukup pesat dan signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. perputaran uang yang terjadi, hal itu akan semakin mendorong pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/8/PBI/2015 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Proses Pelaksanaan Sistem Kliring Nasional Pada Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut Dan Aceh)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Singkat Bank Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasional, perbankan harus melaksanakan fungsinya dengan baik yaitu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini, telah melahirkan pola pemikiran baru yang turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Ketika mekanisme pembayaran dituntut untuk selalu mengakomodir setiap kebutuhan masyarakat dalam hal perpindahan dana secara cepat, aman, dan efisien, maka inovasi-inovasi teknologi pembayaran semakin bermunculan dengan sangat pesat. Memberikan jawaban dengan berbagai fasilitas kemudahan dan semakin tiada batas. Bank Indonesia dituntut untuk selalu memastikan bahwa setiap perkembangan sistem pembayaran harus selalu berada pada koridor ketentuan yang berlaku. Hal ini tentu saja demi kelancaran dan keamanan jalannya kegiatan sistem pembayaran. 1 Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. 1 Bank Indonesia, Perkembangan Sistem Pembayaran Dan Pengedaran Uang Di Indonesia, http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/diindonesia/perkembangan/contents/default.aspx (22 april 2016). 1

2 Komponen sistem pembayaran barang tentu harus ada alat pembayaran, ada mekanisme kliring hingga penyelesaian akhir (settlement). 2 Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan dan perbankan suatu negara. Sistem pembayaran perlu diatur dan dijaga keamanan serta kelancarannya oleh suatu lembaga, dan umumnya dilakukan oleh bank sentral. 3 Tabel 1.1. Peran Bank Sentral dalam Sistem Pembayaran Sumber :Pusat Pendidikan dan Kebansentralan Bank Indonesia 2003 Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (UU BI), menyebutkan bahwa tugas Bank Indonesia yaitu mengatur dan menjaga 2 Bank Indonesia, Sistem Pembayaran di Indonesia, http://www.bi.go.id/id/sistempembayaran/di-indonesia/contents/default.aspx (22 april 2016). 3 Sri Mulyati Tri Subari, dan Ascarya, Kebiajakan Sistem Pembayaran di Indonesia (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2003), hlm. 1.

3 kelancaran sistem pembayaran. 4 Keberadaan suatu sistem pembayaran yang aman dan handal dapat mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia untuk memperkuat pengendalian moneter dan meningkatkan stabilitas dan keamanan sektor keuangan termasuk perbankan. Keberadaan sistem pembayaran yang menjamin aliran dana yang efisien, aman, handal, dan berisiko rendah dapat mempermudah para pelaku ekonomi untuk melakukan akses terhadap berbagai keperluan pembayaran. Sebaliknya jika sistem pembayaran mengalami gangguan, maka yang terkena dampaknya adalah sistem keuangan secara menyeluruh. 5 Salah satu elemen sistem pembayaran adalah Kliring 6. Kliring adalah pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. 7 Perjanjian yang menyangkut sistem perhitungan penyelesaian utang piutang melalui mekanisme kliring untuk pertama kali terjadi di Indonesia pada tanggal 15 Februari 1909 antara 6 (enam) bank pertama di Jakarta (Saat itu bernama Batavia) 8. Penyelenggaraan kliring di Jakarta pada awalnya dilaksanakan secara manual. Sejalan dengan meningkatnya transaksi perekonomian di Jakarta, pada 4 Bank Indonesia, Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/edukasi/pages/edukasi_sikilat.aspx (22 April 2016). 5 Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya, op.cit. hlm. 27. 6 Ibid, hlm. 6. 7 Bank Indonesia, Daftar Istilah Sistem Pembayaran, Edisi Tahun 2015, http://www.bi.go.id/id/publikasi/sistem-pembayaran/perkembangan/pages/daftar-istilah-sp- 2015.aspx (22 April 2016). 2011), hlm. 94. 8 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat,

4 akhir tahun 1989 saja volume warkat telah mencapai 82.052 lembar per hari dengan bank peserta mencapai 613 bank. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan kliring secara manual dirasakan tidak efektif dan efisien lagi dan suasana pertemuan kliring menjadi tampak ruwet. Melihat kondisi tersebut, Direksi Bank Indonesia dengan SKBI No.21/9/KEP/DIR/ tanggal 23 Mei 1988 menetapkan perubahan sistem kliring lokal Jakarta menjadi sistem kliring otomatis. Sistem otomatis ini baru dapat diimplementasikan mulai 4 Juni 1990 untuk kliring penyerahan saja. Pada tahun 1994 sistem ini kemudian diganti dengan sistem otomasi kliring (SOKL). Pada tahun 1996, rata-rata volume warkat kliring Jakarta mencapai hampir 217 ribu lembar per hari, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 6% per tahun. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam proses kliring baik di bank peserta maupun Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring. Sarana kliring tidak mampu mengikuti peningkatan jumlah warkat kliring, sehingga menimbulkan keterlambatan dalam settlement dan penyediaan informasi hasil kliring, yang akhirnya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat dan merugikan lembaga terkait secara sistemik. Pada tanggal 18 September 1998, Bank Indonesia meresmikan penggunaan Sistem Kliring Elektronik (SKE) untuk lokal Jakarta 9 Dalam rangka mewujudkan efisiensi, kecepatan, keamanan dan kehandalan dalam transaksi sistem pembayaran non tunai khususnya melalui sarana kliring, maka sejak tanggal 29 Juli 2005 Bank Indonesia menerapkan sistem kliring yaitu Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terkait 9 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hlm. 142.

5 dengan hal tersebut dan sebagai bagian dari penerapan SKNBI secara bertahap di seluruh Indonesia, maka pada tanggal 8 September 2006 sistem SKNBI diterapkan di Kalimantan Selatan menggantikan sistem kliring lokal. 10 Berikut perputaran kliring di Indonesia dari Desember 2013 hingga Desember 2014 Sumber: Bank Indonesia Periode selanjutnya, dilakukan pengembangan sistem kliring di Indonesia dari SKNBI Generasi I menjadi SKNBI Generasi II. Sistem ini sudah mulai berjalan sejak tanggal 5 Juni 2015. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Mekanisme dan Peranan dari Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II dalam sistem pembayaran dengan judul 10 Bank Indonesia, Kalimantan Selatan Terhubung Sistem Kliring Nasional, http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajianekonomiregional/kalsel/documents/28f75b8992584a7699d d211acbb99e8aboks2.pdf (22 April 2016).

6 Peranan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) Pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. B. Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dan diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana mekanisme Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan? 2. Bagaimana peranan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka penulis menetapkan tujuan penelitian, yaitu : 1. Mengetahui mekanisme Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan 2. Mengetahui peranan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

7 D. Kegunaan Penelitiaan Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis, antara lain: 1. Secara Teoritis, untuk membuka wacana akademis dan menambah pengetahuan tentang peranan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Secara Praktis a. Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan menambah wawasan ataupun bahan referensi tentang salah satu sarana sistem pembayaran non tunai di Bank Indonesia yaitu Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II dan bahan bacaan bagi generasi selanjutnya yang ingin meneliti Sistem Kliring dari aspek lain. b. Bagi Perguruan Tinggi, sebagai kontribusi dari penulis untuk menambah khazanah keilmuan dan karya ilmiah perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin maupun perpustakaan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. c. Bagi pihak Bank semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan perkembangan sistem pembayaran non tunai. d. Bagi Masyarakat, adalah agar masyarakat mengetahui dan memahami tentang perkembangan sistem pembayaran saat ini dengan berkembangnya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.

8 E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis memberikan interpretasi secara tegas dan terperinci maksud dari judul Peranan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II (SKNBI GII) pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut : 1. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang di suatu peristiwa atau perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang dan sebagainya yang berkedudukan dimasyarakat 11. Peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peranan dari sebuah sistem kliring. 2. Kliring adalah pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu 12 3. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debit dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. 13 Sedangkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II adalah sistem kliring terbaru yang diterapkan oleh Bank Indonesia. 4. Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara yang independen, bertugas untuk mencapai tujuan 11 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 854. 12 Bank Indonesia, Daftar Istilah Sistem Pembayaran, Edisi Tahun 2015, http://www.bi.go.id/id/publikasi/sistem-pembayaran/perkembangan/pages/daftar-istilah-sp- 2015.aspx (22 April 2016). 13 Julius R. Latumaerissa, op. cit. hlm. 107.

9 memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi dan nilai tukar. Dalam penelitian ini, Bank Indonesia adalah lembaga penyelenggara kliring atau yang berwenang menunjuk penyelenggara kliring lain di luar Bank Indonesia. Pengelolan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia di Kalimantan Selatan melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan dibawah Tim Sistem Pembayaran dengan Unit Operasional Sistem Pembayaran. F. Kajian Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap penelitian terdahulu yang penulis lakukan berkaitan dengan masalah Kliring pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Maka penulis menemukan penelitian sebelumnya yang juga mengkaji tentang persoalan Kliring. Namun demikian, ditemukan subtansi yang berbeda dengan yang penulis angkat. Penelitian yang dimaksud adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Riza Afandhi (C.100.030.147) Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2008 dengan judul Peranan Kliring dalam Lalu Lintas Pembayaran Giral di Bank Indonesia Surakarta. Dalam penelitian tersebut meneliti tentang peranan dan arti penting kliring dalam lalu lintas pembayaran giral di Bank Indonesia Cabang Surakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dan Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif.

10 Hasil penelitian dan analisis, pelaksanaan kliring memiliki arti penting dalam menyelesaikan lalu lintas pembayaran giral bagi suatu bank, mempercepat dan mempermudah pembayaran tanpa harus membayar dengan uang tunai, meningkatkan pelayanan pada masyarakat, mempermudah bagi bank-bank untuk menyelesaikan lalu lintas pembayaran giral bagi suatu bank. 14 2. Penelitian yang dilakukan oleh Arief Budianto (00312146), Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia pada tahun 2008 dengan judul Evaluasi Terhadap Sistem Kliring Elektronik Nasional. Dalam penelitian tersebut menguji bagaimana sistem, prosedur, dan manfaat dari Sistem Kliring Elektronik Nasional, serta menguji Sistem Kliring Elektronik Nasional dalam pemenuhan elemen-elemen Pengendalian Intern. Penelitian ini merupakan studi kasus, yaitu pada Bagian Kliring Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Pusat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sistem Kliring Elektronik Nasional memenuhi elemen-elemen Pengendalian Intern, yaitu dari segi Lingkungan Pengendalian, Penilaian Resiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, serta Pemantauan 15 3. Penelitian yang dilakukan oleh Angga Dirgantara (0152039), Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 14 Riza Afandhi, Peranan Kliring dalam Lalu Lintas Pembayaran Giral di Bank Indonesia Surakarta (Skripsi diterbitkan Progam Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakart, 2008). 15 Arief Budianto, Evaluasi Terhadap Sistem Kliring Elektronik Nasional (Skripsi diterbitkan, Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 2008).

11 pada tahun 2008 dengan judul Efisiensi Penerapan Sistem Kliring Nasional dalam Mengurangi Risiko Bank Indonesia dengan Mekanisme Failure to Settle (FtS). Dalam penelitian tersebut meneliti tentang Manajemen Risiko Kliring dengan menggunakan mekanisme Failure to Settle (FtS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efisiensi dalam mengurangi risiko Bank Indonesia dengan mekanisme Failure to Settle menggunakan prinsipprinsip manajemen risiko yang bersifat multilateral netting. 16 Berdasarkan permasalahan di atas oleh beberapa peneliti, persamaan dapat dilihat dari aspek yang diteliti yaitu Kliring. Namun dapat dibedakan bahwa penelitian yang penulis lakukan adalah membahas tentang peranan kliring khusus pada sistem kliring terbaru yaitu Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. G. Sistematika Penulisan Penyusunan Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I adalah pendahuluan, dengan membuat latar belakang masalah, yaitu kerangka dasar pemikiran yang melatarbelakangi permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang telah tergambarkan dari latar belakang masalah yang akan diteliti dengan dirumuskannya dalam rumusan masalah, setelah itu dari rumusan masalah, maka ditetapkan tujuan penelitian yang merupakan hasil yang dinginkan. Signifikansi penelitian yang merupakan kegunaan hasil penelitian. Definisi 16 Angga Dirgantara, Efisiensi Penerapan Sistem Kliring Nasional dalam Mengurangi Risiko Bank Indonesia dengan Mekanisme Failure to Settle (FtS) Skripsi diterbitkan, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2008).

12 operasional dirumuskan untuk membatasi istilah-istilah yang bermakna luas, untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membuat kajian pustaka serta terdapat sistematika penulisan Bab II adalah Landasan Teori yang menjadi acuan untuk menganalisa data yang diperoleh, berisikan tentang pengertian masalah-masalah yang berhubugan dengan objek penelitian melalui teori-teori yang mendukung serta relevan. Baik itu dari buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga sumber informasi dari penelitian sebelumnya. Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV Penyajian Data dan Analisis Data merupakan laporan hasil dari penelitian yang berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan. Penyajian data yang terdiri dari data informan, data hasil wawancara, analisis data serta jawaban atas rumusan masalah Bab V Penutup, disini penulis akhirnya membuat kesimpulan atas hasil penelitian dan memberikan saran berdasarkan hasil penelitian.