BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia yang kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatnya potensi risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang melebihi 140/90 mmhg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trend kesehatan global dewasa ini tidak lagi berfokus pada upaya kuratif

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman. di dunia setelah Brasil (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khasiat sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku aktivitas fisik. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berada di daerah tropis merupakan negara yang kaya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Pembangunan di lndonesia berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Bisnis Bisnis kesehatan adalah bisnis yang sangat penting karena kesehatan merupakan salah satu syarat manusia bisa merasakan kebahagiaan.untuk bisa melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat, olahraga dan istirahat yang cukup menjadikan badan kita lebih sehat, pikiran segar dan semangat. Dalam semua bisnis termasuk bisnis kesehatan penting bagi para pelaku bisnis memperhatikan faktor eksternal bisnis yaitu seluruh aspek di luar internal bisnis yang mempengaruhi jalannya bisnis. Lingkungan eksternal bisnis antara lain lingkungan budaya, sosial, pemerintahan dan lingkungan alam yang semuanya mempengaruhi proses bisnis. Pada masa sebelumnya, kesehatan belum menjadi permasalahan utama bagi manusia karena pada saat itu belum banyak terjadi pencemaran serta gaya hidup yang lebih berpihak pada alam. Tetapi pada saat ini kehidupan manusia sudah banyak berubah menjadi kurang peduli pada kelestarian alam sehingga banyak terjadinya pencemaran. Gaya hidup modern yang serba ingin cepat membawa banyak perubahan pada kesehatan manusia. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010, telah terjadi transisi epidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebut juga cardiovascular disease seperti penyakit jantung, stroke dan hipertensi. Penyakit 1

jantung dan stroke dalam 10 tahun terakhir selalu masuk dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi. Penyakit-penyakit kardiovaskuler tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya pun meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penderita cardiovascular disease. Seiring dengan meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan menjadikan perkembangan dunia pengobatan semakin pesat. Selain pengobatan dengan ilmu kedokteran modern yang disebut pengobatan konvensional, ada juga pengobatan non-konvensional yang saat ini makin populer di kalangan masyarakat yang disebut pengobatan tradisional. Menurut Permenkes Nomor 1076/ Menkes/SK/2003, pengobatan tradisional adalah upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 mengenai Indikator Kesehatan Tahun 2008-2012 dapat dilihat bahwa lebih dari 50 persen penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri dan lebih dari 20 persen menggunakan obat tradisional. Indikator kesehatan yang menunjukkan persentase jumlah penduduk yang melakukan pengobatan sendiri dan yang menggunakan obat tradisional dapat dilihat pada Tabel 1.1. 2

Tabel 1.1 Indikator Kesehatan Tahun 2008-2012 No. Indikator Kesehatan 2008 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan sebulan yang lalu Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan (dokter, bidan dan tenaga medis) Persentase balita yang pernah mendapat imunisasi BCG Persentase balita yang pernah mendapat imunisasi DPT Persentase balita yang pernah mendapat imunisasi Polio Persentase balita yang pernah mendapat imunisasi Campak Rata-Rata lama (bulan) anak 2-4 tahun mendapat ASI Rata2 anak 2-4 tahun yang disusui dengan makanan tambahan (bulan) Rata2 anak 2-4 tahun yang disusui tanpa makanan tambahan (bulan) 33,24 33,68 30,97 29,31 28,59 74,86 77,34 79,82 81,25 83,36 90,00 91,89 92,73 94,85 92,89 86,09 89,05 89,79 89,07 90,02 87,25 89,88 90,56 89,34 90,26 75,47 77,23 77,67 76,88 77,95 20,00 20,00 19,68 19,41 16,00 15,00 14,98 14,6 4,00 5,00 4,7 4,81 10 11 12 13 Persentase penduduk yang mengobati sendiri Persentase penduduk yang menggunakan obat tradisional Persentase penduduk yang berobat jalan sebulan yang lalu Persentase penduduk yang rawat inap setahun terkahir Sumber: Badan Pusat Statistik (2013) 65,59 68,41 68,71 66,82 67,71 22,26 24,24 27,58 23,63 24,33 44,37 44,74 43,99 45,8 45,14 2,35 2,51 2,1 1,89 3

Pemerintah juga mendukung pengembangan pengobatan tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa agar dapat digunakan lebih luas di masyarakat. Dukungan tersebut antara lain dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/SK/2003 tentang Pengobatan Tradisional dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pengobatan tradisional semakin berkembang baik di desa maupun di perkotaan termasuk di Yogyakarta. Bisnis pengobatan tradisional di Yogyakarta masih prospektif karena termasuk dalam bisnis pelayanan kesehatan yang akan terus dibutuhkan masyarakat. Pengobatan tradisional ini bisa menjadi alternatif atau pilihan lain dari pengobatan modern yang ada ataupun menjadi komplemen atau pelengkap dari pengobatan modern yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, jumlah pengobat tradisional yang terdaftar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang ada yaitu dimulai dari tahun 2010 sampai dengan bulan November 2013 menunjukkan peningkatan jumlah pengobat tradisional dengan berbagai jenis pelayanan pengobatan tradisional yang diberikan yaitu pijat, akupunktur, akupressur, reiki, prana, bekam, jamu, herbal, hipnoterapi dan ceragem. Kenaikan jumlah pengobat tradisional tersebut menandakan bisnis pengobatan tradisional masih prospektif. 4

Tabel 1.2 Jumlah pengobat tradisional yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2010 2011 2012 Sampai dengan Bulan November 2013 Jumlah Pengobat Tradisional 8 19 23 28 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (2013) Bisnis kesehatan mempunyai prospek yang baik dengan adanya pertambahan jumlah penduduk sebagai pasar utama. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah. Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan pula peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan baik pengobatan secara kedokteran modern maupun pengobatan secara tradisional. Selain pertambahan jumlah penduduk, aktivitas masyarakat yang sibuk terutama masyarakat perkotaan, menyebabkan kelelahan secara fisik dan kepenatan maupun stres pikiran akibat beban pekerjaan, tugas sekolah dan lainlain. Hal ini menyebabkan menjamurnya bisnis pijat yang membantu konsumen mengembalikan kesegaran tubuhnya dan menjadikan pikiran menjadi lebih rileks. Jumlah penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Kabupaten atau Kota dapat dilihat pada Tabel 1.3. 5

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Kabupaten/Kota Provinsi Tahun Uraian Kulon Gunung Yogyakarta DIY Progo Bantul Kidul Sleman 2007 Jumlah 384.326 872.866 675.359 1.035.032 391.821 3.359.404 % 11,44 25,98 20,1 30,81 11,66 100,00 2008 Jumlah 385.937 886.061 675.471 1.054.751 390.783 3.393.003 % 11,37 26,11 19,91 31,09 11,52 100,00 2009 Jumlah 387.493 899.312 675.474 1.074.673 389.685 3.426.637 % 11,31 26,24 19,71 31,36 11,37 100,00 2010 Jumlah 388.869 911.503 675.382 1.093.110 388.627 3.457.491 % 11,25 26,36 19,53 31,62 11,24 100,00 2011 Jumlah 390.207 921.263 677.998 1.107.304 390.553 3.487.325 % 11,19 26,42 19,44 31,75 11,2 100,00 2012 Jumlah 393.221 927.958 684.740 1.114.833 394.012 3.514.762 % 11,19 26,4 19,48 31,72 11,21 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistis Provinsi DIY (2014) Pengobatan tradisional yang semakin berkembang banyak sekali macamnya diantaranya yaitu penggunaan obat tradisional. Dalam dekade belakangan ini di tengah banyaknya jenis obat modern di pasaran dan munculnya berbagai jenis obat modern baru, terdapat kecenderungan global untuk kembali ke alam (back to nature). Faktor yang mendorong masyarakat untuk menggunakan obat bahan alam antara lain karena mahalnya harga obat modern atau sintetis dan banyaknya efek samping (Pramono, 2002). Selain itu faktor promosi melalui media massa juga ikut berperan dalam meningkatkan penggunaan obat tradisional. Tidak hanya populer di negara kita, obat tradisional juga populer di negara maju 6

seperti Jerman dan Amerika Serikat. Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan. Penggunaan obat tradisional juga tidak lepas dari Indonesia yang merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil. Indonesia memiliki 25.000-30.000 spesies tanaman yang merupakan 80 persen dari jenis tanaman di dunia dan 90 persen dari jenis tanaman di Asia (Pramono, 2002 dan Erdelen W.R., et al 1999). Hasil inventarisasi PT. Eisai pada tahun 1986 yang dituangkan dalam Medicinal herb index in Indonesia didapatkan sekitar 7000 spesies tanaman di Indonesia digunakan masyarakat sebagai obat, khususnya oleh industri jamu, dan yang didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia berjumlah 283 tanaman (Pramono, 2002) Penggunaan obat tradisional di Indonesia sebagai obat alternatif selain untuk memelihara kesehatan juga untuk mengobati penyakit ringan. Yang mengkhawatirkan ialah obat tradisional juga digunakan masyarakat sebagai obat utama untuk mengobati penyakit berat seperti kanker dan AIDS, hipertensi dan diabetes melitus tanpa sepengetahuan atau pengawasan dokter (Dewoto H.R., 2007). Penggunaan obat tradisional harus juga mengetahui aturannya walaupun efek samping yang ditimbulkan relatif lebih kecil dibandingkan obat kimia atau obat modern, tetapi apabila penggunaan tidak hati-hati akan dapat membahayakan bagi yang mengunakannya. Maka dari itu, perlu adanya edukasi atau pemberian informasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat tradisional yang tepat dan aman. 7

Meningkatnya minat masyarakat terhadap obat tradisional memacu industri farmasi di Indonesia untuk memproduksi obat tradisional. Pada tahun 2002, jumlah industri farmasi yang memproduksi obat tradisional yang mendaftar pada Balai Pengawasan Obat dan Makanan berjumlah 16 perusahaan dan meningkat menjadi 82 pada tahun berikutnya (Dewoto H.R., 2007). Jumlah industri farmasi yang memproduksi obat tradisional sampai akhir tahun 2002 di Indonesia sebanyak 1012 yang terdiri atas 105 industri skala besar dan 907 industri skala kecil (Moeloek F.A., 2006). Jumlah sediaan obat tradisional yang didaftar pada Badan POM akhir tahun 2006 sebanyak 14.217 termasuk diantaranya 2.036 produk impor dan 52 produk lisensi. Sediaan obat tradisional tersebut membutuhkan sarana distribusi untuk sampai kepada pengguna atau masyarakat sehingga penjualan obat tradisional menjadi peluang bisnis yang cukup prospektif. 1.2 Lingkungan Internal Bisnis Lingkungan internal bisnis merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi bisnis yang dijalankan. Termasuk dalam lingkungan internal bisnis yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weeknesses) yang dimiliki oleh internal perusahaan. Griya Sehat Herbal menyediakan jasa layanan pengobatan tradisional dan penjualan obat tradisional. Konsumen yang dilayani hanya konsumen wanita saja dengan pertimbangan kenyamanan konsumen dan juga para karyawan. Sedangkan obat tradisional yang dijual merupakan obat tradisional yang dalam pembuatannya 8

sudah memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sudah memiliki izin resmi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan. Selain obat tradisional, Griya Sehat Herbal juga menjual produk-produk tradisional seperti kosmetik tradisional serta minuman tradisional. Praktek pengobatan tradisionalnya akan melayani pijat tradisional, pijat refleksi, kerikan, totok wajah dan bekam yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih serta teknik yang benar sehingga memberikan hasil yang memuaskan. Kekuatan dari bisnis Griya Sehat Herbal yaitu merupakan bisnis di bidang kesehatan yang akan terus dibutuhkan oleh masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan. Kekuatan lain dari Griya Sehat Herbal ini adalah pelayanan khusus wanita sehingga akan dalam melakukan pengobatan tradisional menjadi lebih nyaman. Selain mempunyai kekuatan, bisnis Griya Sehat Herbal ini juga mempunyai kelemahan yaitu: 1. Bisnis Griya Sehat Herbal termasuk bisnis jasa yang mudah ditiru sehingga faktor kepuasan konsumen pada pelayanan merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan agar konsumen tidak mudah berpindah tempat layanan. 2. Khasiat obat tradisional belum terbukti secara ilmiah, kecuali untuk produkproduk golongan fitofarmaka sudah melalui penelitian sampai dengan uji klinis (uji pada sampel manusia). 9

1.3 Rumusan Masalah Peningkatan kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan menjadikan bisnis di bidang kesehatan terus berkembang salah satunya bisnis pengobatan tradisional. Bisnis pengobatan tradisional yang menyediakan layanan seperti pijat tradisional, pijat refleksi, totok wajah dan bekam banyak bermunculan, bahkan saat ini sudah ada yang menggunakan sistem waralaba atau membuka cabang di banyak kota. Melihat perkembangan tersebut menandakan bahwa bisnis pengobatan tradisional mempunyai prospek yang bagus. Dengan melihat beberapa bisnis sejenis yang sudah ada di Yogyakarta, belum ada yang memberikan layanan khusus untuk konsumen wanita sehingga hal ini bisa dijadikan sebagai peluang untuk membuka bisnis baru pengobatan tradisional yaitu bisnis jasa layanan pengobatan tradisional khusus wanita. Selain jasa pengobatan tradisional, penggunaan obat tradisional juga mengalami peningkatan yang ditandai dengan naiknya omzet penjualan obat tradisional di tanah air dari tahun ke tahun. Dengan melihat hal tersebut, penjualan obat tradisional merupakan peluang bisnis yang prospektif untuk dijalankan bersama dengan jasa layanan pengobatan tradisional di Yogyakarta. Selain itu, latar belakang pendidikan penulis yang merupakan seorang apoteker menjadi salah satu motivasi untuk mencoba membuka bisnis baru di bidang kesehatan yaitu pengobatan tradisional. Dengan adanya modal sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang kesehatan, maka penulis memutuskan untuk membuka usaha baru ini dari awal, bukan membeli usaha waralaba atau frainchise tertentu. Karena bisnis ini merupakan bisnis yang baru akan dibuka, maka lingkup 10

usahanya masih terbatas di sekitar lokasi usaha yaitu di Kabupaten Sleman yang merupakan kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk yang terbanyak. Dari peluang bisnis jasa layanan pengobatan tradisional dan penjualan obat tradisional dengan konsumen khusus wanita yang cukup prospektif, maka disusun sebuah rencana bisnis dengan tujuan supaya dapat dijadikan sebagai pedoman dan arahan dalam memulai dan mengoperasionalkan bisnis baru ini. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana bisnis Griya Sehat Herbal yang dapat dijadikan sebagai pedoman dan arahan yang terperinci dalam memulai dan mengoperasionalkan bisnis ini sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan serta mengurangi dampak dan risiko dari adanya ketidakpastian. 11