Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

dokumen-dokumen yang mirip
Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

Spesifikasi stone matrix asphalt (SMA)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Spesifikasi campuran Asphalt Treated Permeable Base (ATPB)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB III LANDASAN TEORI

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

Spesifikasi aspal emulsi kationik

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Revisi SNI Daftar isi

Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

NASKAH SEMINAR INTISARI

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

USULAN SPESIFIKASI CAMPURAN BERASPAL PANAS ASBUTON LAWELE UNTUK PERKERASAN JALAN

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

Cape Buton Seal (CBS)

Cara uji daktilitas aspal

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Persyaratan-persyaratan... 2 5 Pengambilan contoh... 4 6 Persyaratan campuran latasir... 5 Lampiran A (informatif)... 6 Bibliografi... 7 Tabel 1 Persyaratan aspal polimer... 3 Tabel 2 Persyaratan aspal dimodifikasi dengan Asbuton... 3 Tabel 3 Persyaratan aspal Multigrade (bahan dasar aspal pen 60/70) 1)... 3 Tabel 4 Persyaratan pasir (agregat halus)... 4 Tabel 5 Persyaratan gradasi campuran... 5 Tabel 6 Persyaratan sifat-sifat campuran Latasir kelas A dan Latasir kelas B... 5 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) adalah revisi dari SNI 03-6749-2002, Spesifikasi bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir). Standar ini mengacu pada The Asphalt Institute, Specification Series-1 (SS-1) yang berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan. Adapun perbedaan dengan SNI lama adalah terdapat perubahan dan tambahan yang relatif besar karena telah dikembangkan penggunaan aspal polimer, aspal yang dimodifikasi dan aspal multigrade, serta persyaratan sifat-sifat campuran beraspal yang akan digunakan sebagai lapis permukaan jalan. Dan juga dengan telah dikembangkannya penggunaan aspal lain yang digunakan sebagai komponen bahan pengikat (binder) lapis permukaan jalan. Adapun perubahan tersebut adalah sebagai berikut: a) Nama Latasir berubah dari Latasir I dan Latasir II menjadi masing-masing Latasir kelas A dan Latasir kelas B. b) Perubahan dalam persyaratan aspal meliputi: - Penggunaan aspal penetrasi 80/100 dihilangkan (hanya menggunakan aspal keras penetrasi 60/70 dan penetrasi 40/50). Pen 80/100 tidak digunakan karena dianggap kurang cocok untuk iklim di Indonesia yang rata-rata mempunyai temperatur yang relatif tinggi. - Jenis aspal ditambahkan, yaitu meliputi aspal polimer, aspal dimodifikasi, dan aspal multigrade. c) Pengujian aspal untuk aspal keras ditambah dengan uji noda aspal termasuk pengujian berat jenis dan titik lembek. Pengujian ini ditambahkan untuk keperluan pengendalian mutu aspal, walaupun dalam acuan asli tidak diperlukan. d) Persyaratan kandungan bahan organik dalam pasir (SNI 03-2816-1992) tidak dipersyaratkan lagi, sedangkan persyaratan plastisitas pasir (SNI 03-1966-1990, SNI 03-1967-1990) masih tetap digunakan dengan bahan non plastis. e) Bahan pengisi bila diperlukan hanya boleh digunakan dari semen portland. f) Gradasi Latasir A ditentukan oleh ayakan ukuran maksimum 12,5 mm (1/2 inci), ayakan menengah 9,5 mm (3/8 inci) dan ayakan terkecil 0,075 mm (No.200). Gradasi Latasir B ditentukan oleh ayakan ukuran maksimum 12,5 mm (1/2 inci), ayakan menengah 2,36 mm (No. 8) dan ayakan 0,075 mm (No.200). Butir lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) untuk gradasi agregat halus dan atau pasir berubah, yaitu Latasir A antara 4 % dan 14 %, Latasir B antara 8 % dan 18 %. g) Latasir mensyaratkan angularitas agar dapat memberikan campuran yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap deformasi. Latasir B dapat dibuat dengan atau tanpa penambahan agregat kasar, tergantung pada gradasi pasir yang tersedia. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bahan dan Perkerasan Jalan pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 dan dibahas dalam forum Konsensus yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 29 Mei 2006 di Bandung oleh Subpanitia teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan yang melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait. ii

Pendahuluan Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis penutup permukaan perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya, dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Spesifikasi Latasir telah dikembangkan sejak tahun 1983, yaitu dengan diterbitkannya pedoman berupa buku Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Pasir, yang dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dengan No. 02/PT/B/1983. Selanjutnya dikembangkan pula standar nasional yaitu SNI 03-6749-2002, yang selanjutnya pula dilakukan revisi untuk lebih menyempurnakan secara substansial dan memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan pembangunan jalan. Latasir terdiri atas 2 kelas: Latasir kelas A atau SS-1 (Sand Sheet-1) dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 9,5 mm, dan Latasir kelas B atau SS-2 (Sand Sheet-2) dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 2,36 mm. Pada umumnya tebal nominal minimum untuk Latasir A dan Latasir B masing-masing 2,0 cm dan 1,5 cm dengan toleransi ± 2,0 mm. Latasir pada umumnya digunakan untuk perencanaan jalan dengan lalu lintas tidak terlalu tinggi ( 500.000 SST), tetapi dapat pula digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan sementara pada lalu lintas yang lebih tinggi. Standar ini merupakan revisi dari SNI 03-6749-2002, Spesifikasi bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir), yang acuan awalnya diambil dari The Asphalt Institute, Specification Series-1 (SS- 1) yang telah dimodifikasi berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan di Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung. iii

Spesifikasi lapis tipis aspal-pasir (Latasir) 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini menetapkan persyaratan aspal, agregat dan sifat-sifat campuran aspal-pasir yang digunakan sebagai lapis tipis aspal-pasir (Latasir) untuk permukaan perkerasan. Jenis campuran Latasir terdiri atas 2 kelas, yaitu Latasir kelas A atau SS-A (Sand Sheet-A) dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 9,5 mm ( 3 / 8 inci), dan Latasir kelas B atau SS-B (Sand Sheet-B) dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 2,36 mm (No. 8). 2 Acuan normatif SNI 03-1966-1990, Metode pengujian batas plastis tanah SNI 03-1967-1990, Metode pengujian batas cair dengan alat cassagrande SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles SNI 06-2432-1991, Metode pengujian daktilitas bahan-bahan aspal SNI 06-2433-1991, Metode pengujian titik nyala dan titik bakar dengan Cleveland Open Cup. SNI 06-2434-1991, Metode pengujian titik lembek aspal dan ter SNI 06-2440-1991, Metode pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A SNI 06-2441-1991, Metode pengujian berat jenis aspal padat SNI 06-2442-1991, Spesifikasi kurb beton untuk jalan SNI 06-2456-1991, Metode pengujian penetrasi bahan-bahan Bitumen SNI 06-2489-1991, Metode pengujian campuran beraspal dengan alat Marshall SNI 06-2490-1991, Metode pengujian kadar air aspal dan bahan yang mengandung aspal SNI 03-3640-1994, Metode pengujian kadar aspal dengan cara ekstraksi menggunakan alat soklet SNI 03-4142-1996, Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm); SNI 03-4428-1997, Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir SNI 03-4804-1998, Metode Pengujian Berat Isi Dan Rongga udara Dalam Agregat SNI 03-6399-2000, Tata cara pengambilan contoh aspal SNI 03-6721-2002, Metode pengujian kekentalan aspal cair dengan alat saybolt SNI 03-6723-2002, Spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal SNI 03-6819-2002, Spesifikasi agregat halus untuk campuran perkerasan beraspal SNI 03-6877-2002, Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan SNI 03-6885-2002, Metode pengujian noda aspal minyak SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat SNI 03-6893-2002, Metode pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal 1 dari 7

RSNI M-04-2002, Cara uji kelarutan aspal (revisi, akan dipublikasikan) RSNI S-01-2003, Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi (akan dipublikasikan) ASTM D 5892, Part 6.2, Summary of the elastic recovery ASTM D 5546-94ª, Solubility of Polymer-Modified Asphalt Materials in 1,1,1-Trichloroethane. 3 Istilah dan definisi 3.1 asbuton (aspal batu buton) aspal alam yang ada di pulau Buton (Indonesia), berbentuk serbuk sampai bongkahan yang terdiri atas campuran antara mineral dan bitumen 3.2 aspal keras suatu jenis aspal yang diperoleh dari residu hasil penyulingan minyak bumi pada keadaan hampa udara 3.3 aspal modifikasi asbuton aspal keras yang dimodifikasi dengan penambahan asbuton olahan dengan cara ekstraksi 3.4 aspal multigrade aspal keras yang telah dimodifikasi dengan proses tertentu atau menggunakan bahan tambah, selain asbuton dan polimer sehingga mempunyai rentang penetrasi antara 50 dan 70 3.5 aspal polimer (plastomer dan elastomer) aspal keras yang dimodifikasi dengan polimer; aspal polimer terdiri atas aspal plastomer dan elastomer Contoh: Plastomer (plastik) antara lain polypropylene dan polyethylene Elastomer antara lain aspal karet alam, Styrene butadiene styrene (SBS) 3.6 latasir (lapis tipis aspal pasir) atau Sand-sheet (SS) lapis penutup permukaan perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya, dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu 4 Persyaratan-persyaratan 4.1 Aspal Aspal untuk bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir) dapat digunakan salah satu dari aspal keras penetrasi 40 atau penetrasi 60, sesuai dengan persyaratan dalam RSNI S-01-2003, aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan aspal batu buton (Asbuton), atau aspal multigrade, yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 atau Tabel 4. 2 dari 9

Tabel 1 Persyaratan aspal polimer Persyaratan No Jenis pengujian Metode uji Plastomer Elastomer Min Maks Min Maks 1 Penetrasi; 25 0 C, 100 g; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 70 50 75 2 Titik lembek, 0 C SNI 06-2434-1991 56-54 - 3 Titik nyala, 0 C SNI 06-2433-1991 232-232 - 4 Berat jenis SNI 06-2442-1991 1,0 - - - 5 Kekentalan pada 135 0 C, cst SNI 06-6721-2002 150 1500-2000 6 Stabilitas penyimpanan; 163 0 C; 48 jam; SNI 06-2434-1991 Homogen 1) - 2 perbedaan titik lembek; 0 C. 7 Kelarutan dalam 1,1,1- trichloroethane;% ASTM D 5546-94a 99-99 - berat 2) 8 Penurunan berat (RTFOT), % berat SNI 06-2440-1991-1,0-1,0 9 Perbedaan penetrasi setelah RTFOT, % berat: SNI 06-2456-1991 - kenaikan penetrasi - 10-10 - penurunan penetrasi - 40-40 10 Perbedaan titik lembek setelah RTFOT, % berat: SNI 06-2434-1991 - kenaikan titik lembek - 6,5-6,5 - penurunan titik lembek - 2-2 11 Elastic recovery residu RTFOT, % ASTM D 5892 Part 6.2 - - 45-1) Pada permukaan tidak terjadi lapisan (kulit), kerut, dan tidak terjadi endapan 2) Metode uji kelarutan berbeda dengan untuk aspal keras non-polimer. Tabel 2 Persyaratan aspal dimodifikasi dengan Asbuton No Jenis pengujian Metode uji Persyaratan Min Maks 1 Penetrasi; 25 0C, 100 g; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 55 2 Titik lembek, 0 C SNI 06-2434-1991 55-3 Titik nyala, 0 C SNI 06-2433-1991 225-4 Daktilitas; 25 0 C; cm SNI 06-2432-1991 50-5 Berat jenis SNI 06-2442-1991 1,0-6 Kelarutan dalam trichloretilene; % berat RSNI M-04-2002 90-7 Penurunan berat (TFOT), % berat SNI 06-2440-1991-2 8 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 55-9 Daktilitas setelah kehilangan berat, cm SNI 06-2432-1991 25-10 Mineral lolos ayakan No. 100; % 1) SNI 03-1968-1990 90-1) Hasil ekstraksi Tabel 3 Persyaratan aspal Multigrade (bahan dasar aspal pen 60/70) 1) No Jenis pengujian Metode uji Persyaratan Min Maks 1 Penetrasi; 25 0 C, 100 g; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 70 2 Titik lembek, 0 C SNI 06-2434-1991 55-3 Titik nyala, 0 C SNI 06-2433-1991 225-4 Daktilitas; 25 0 C; cm SNI 06-2432-1991 100-5 Berat jenis SNI 06-2442-1991 1,0-6 Kelarutan dalam trichloretilene; % berat ASTM D 5546-94a 99-7 Penurunan berat (TFOT), % berat SNI 06-2440-1991-0,8 3 dari 7

No Jenis pengujian Metode uji Persyaratan Min Maks 8 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 60-9 Daktilitas setelah kehilangan berat, cm SNI 06-2432-1991 50-1) Untuk aspal pen 40/50 belum ditentukan dalam spesifikasi ini. 4.2 Aditif Aditif untuk meningkatkan pelekatan dan anti pengelupasan, bila diperlukan, dapat ditambahkan ke dalam aspal sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. 4.3 Agregat 4.3.1 Agregat halus a) Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri atas pasir atau hasil pengayakan batu pecah, dan terdiri atas bahan yang lolos ayakan 2,36 mm (No. 8) sesuai dengan SNI 03-6819-2002; b) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batuan induk agregat halus harus mempunyai abrasi maksimum 40, diuji sesuai dengan SNI 03-2417-1991; c) Agregat halus untuk Latasir kelas A dan Latasir kelas B boleh dari kerikil bersih yang dipecah. Persyaratan mutu pasir lainnya disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Persyaratan pasir (agregat halus) No Jenis pengujian Metode uji Persyaratan Min Maks 1 Setara pasir; % SNI 03-4428-1997 45-2 Angularitas SNI 03-6877-2002 45-4.3.2 Bahan pengisi a) Bila diperlukan bahan pengisi harus dari semen portland. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki; b) Debu batu (stone dust) yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalangumpalan, dan bila diuji dengan pengayakan sesuai dengan SNI 03-4142-1996 harus sesuai dengan persyaratan bahan pengisi untuk campuran beraspal (SNI 03-6723-2002), yaitu mengandung bahan yang lolos ayakan 0,279 mm (No. 50) minimum 95% dan lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) minimum 70 % terhadap beratnya, serta mempunyai sifat non plastis. 5 Pengambilan contoh 5.1 Aspal a) Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399-2000; 4 dari 9

b) Pengambilan contoh aspal dari tiap truk tangki harus dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. 5.2 Agregat Pengambilan contoh agregat harus dilakukan sesuai dengan SNI 03-6889-2002. 6 Persyaratan campuran Latasir 6.1 Gradasi campuran Latasir Gradasi campuran Latasir harus memenuhi persyaratan dalam Tabel 5 atau Gambar A1 dalam Lampiran A. Tabel 5 Persyaratan gradasi campuran Ukuran ayakan Persen lolos Latasir Kelas ASTM mm A*) B**) 1/2 12,5 100 100 3 / 8 9,5 90 100 - No. 8 2,36-75 100 N0. 200 0,075 4 14 8 18 *) Gradasi Latasir A ditentukan oleh ayakan ukuran maksimum 12,5 mm (1/2 inci), ayakan menengah 9,5 mm (3/8 inci) dan ayakan terkecil 0,075 mm (No.200). **) Gradasi Latasir B ditentukan oleh ayakan ukuran maksimum 12,5 mm (1/2 inci), ayakan menengah 2,36 mm (No. 8) dan ayakan 0,075 mm (No.200). Titik-titik gradasi tidak perlu dihubungkan satu sama lain agar gradasi bahan yang diperoleh di lapangan dapat menyesuaikan terhadap batas-batas persyaratan ukuran menengah masing-masing. Lihat Gambar A1 dalam Lampiran A. 6.2 Sifat-sifat campuran Latasir Campuran Latasir harus memenuhi sifat-sifat campuran, sesuai dengan persyaratan dalam Tabel 6. Tabel 6 Persyaratan sifat-sifat campuran Latasir kelas A dan Latasir kelas B Sifat-sifat campuran Persyaratan Min Maks Jumlah tumbukan per bidang 50 Rongga dalam campuran (VIM), % 1) 3 6 Rongga dalam mineral agregat (VMA); % 20 - Rongga terisi aspal; % 75 - Stabilitas Marshall; kg 200 - Pelelehan; mm 2 3 Hasil bagi Marshall (Marshall quotient); kg/ mm 80 - Stabilitas sisa setelah perendaman 24 jam; 60 0 C, % 75-1) Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian berat jenis maksimum campuran, Gmm, sesuai dengan SNI 03-6893-2002. 5 dari 7

Lampiran A (Informatif) Persen Lolos Ayakan (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Ukuran Butir (mm) # 200 0,074 Gradasi Latasir A dan B # 100 #50 # 40 # 30 # 16 # 10 # 8 # 4 3/8" 1/2" 3/4" 1" 11/2" 2" 0,149 0,279 0,425 0,59 1,19 2 2,36 Gambar A1 Gradasi Latasir 4,76 9,52 12,7 19,1 25,4 37,5 50,8 Ltsr-A 2006 Ltsr-B 2006 6 dari 9

Bibliografi The Asphalt Institute (1969). Model construction specifications for asphalt concrete and other plant-mix types. Specification Series No. 1 (SS-1). Forth edition. 1984. Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI 03-6749-2002, Spesifikasi bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir). BSN, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum (1983). Petunjuk pelaksanaan lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir). No. 02/PT/B/1983. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta 7 dari 7