Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Rumah Impian Mahasiswa

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Lingkungan Rumah Ideal

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut ini adalah diagram konsep adaptif yang akan diterapkan pada SOHO :

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

Kuat Tekan Beton Daur Ulang sebagai Bahan Struktur pada Bangunan Sederhana

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Identifikasi Sumber Pencahayaan di Kawasan Kampus ITB

Mushola di dalam Rumah

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

KUALITAS PENCAHAYAAN PADA BANGUNAN BERSEJARAH

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1-1

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh aspek kehidupan. Seiring kemajuan zaman, penggunaan energi

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

Analisis Perseptual Penghuni Terhadap Kualitas Hunian Asrama Mahasiswa ITB

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

BAB III METODE PENELITIAN

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Ideal Kantor Rizky Amalia Achsani Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kualitas pencahayaan ideal di kantor seringkali didasarkan pada terpenuhinya persyaratan minimum tingkat pencahayaan ruang dan kemampuannya dalam penghematan energi. Namun, terpenuhinya dua poin tersebut, terkadang memberikan hasil dan dampak yang berbeda terhadap pengguna. Penelitian ini berfokus kepada persepsi pengguna dalam mendapatkan kualitas pencahayaan yang ideal di kantor. Hasil kuesioner responden akan dianalisis secara distribusi untuk melihat penggunaan dan pola pencahayaan di kantor dan kecenderungan faktor-faktor yang dianggap memberikan kualitas pencahayaan ideal di kantor. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jenis pencahayaan yang banyak digunakan adalah jenis pencahayaan alami dan buatan secara bersama dimana pencahayaan buatan dapat memberikan tingkat penerangan yang konstan untuk beraktifitas dan penggunaan pencahayaan alami untuk memuaskan kebutuhan dasar biologisnya. Kedua hal tersebut merupakan faktor penting sebelum memperhatikan kualitas pencahayaan ruang dan meja kerja. Sedangkan faktor yang dianggap mempengaruhi untuk mencapai kualitas pencahayaan ideal di kantor menunjukkan berbagai macam kecenderungan sesuai dengan jenis pencahayaan yang digunakan. Kata-kunci : kantor, kualitas pencahayaan, persepsi Pengantar Terpenuhinya kualitas pencahayaan pada kantor seringkali didasarkan secara kuantitatif dengan melihat persyaratan minimal tingkat pencahayaan yang dibutuhkan pada ruang. Selain itu, terjadi pula penghematan energi besar-besaran melalui penggunaan sumber pencahayaan alami dan penggunaan kontrol otomatis baik untuk pencahayaan alami dan buatan untuk memenuhi kualitas pencahayaan pada kantor. Namun, setelah tingkat pencahayaan terpenuhi, pengguna terkadang merasakan ketidaknyamanan visual yang mempengaruhi aktifitas kerja pengguna. Dari uraian diatas, peneliti berusaha untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kualitas pencahayaan di kantor dari persepsi pengguna dan juga melihat jenis dan pola penggunaan pencahayaan di kantor. Penggunaan persepsi pengguna sebagai parameter dalam penelitian didasarkan pada keyakinan yang diungkapkan oleh Lam (1977) bahwa, Sebagai manusia kita mengevaluasi lingkungan sekitar berdasarkan sebarapa baik lingkungan itu disusun, diatur dan diterangi untuk memenuhi kepuasan dalam kebutuhan untuk informasi visual Penelitian ini akan mengungkapkan jenis dan pola penggunaan pencahayaan dan kecenderungan faktor-faktor yang dianggap pengguna penting untuk mencapai kualitas pencahayaan yang ideal di kantor. Harapannya, penelitian ini akan memberikan sudut pandang berbeda dalam mencapai kualitas pencahayaan yang ideal di kantor. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 161

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Ideal Kantor Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel (Creswell, 2010). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan pembuatan kuesioner online yang disebarkan ke-pada responden dengan teknik judgemental dan snowball sampling. Judgemental sampling merupakan sampel yang dianggap oleh peneliti dapat memberikan informasi terbaik untuk mencapai tujuan penelitian. Sedangkan snowball sampling merupakan proses memilih sampel menggunakan koneksi/jaringan. (Kumar, 2005) Kuesioner ditujukan kepada pengguna kantor dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan dan jenis kelamin. Kuesioner disebarkan melalui pesan perseorangan maupun grup media sosial khusus pengguna kantor (judgemental sampling). Responden yang telah mengisi kuesioner akan diminta menyebarkan kembali kuesioner kepada rekan kerjanya (snowball sampling). Lainnya Mahasiswa Wirausaha BUMN Karyawan Swasta Pegawai Negeri Sipil Pria Wanita 1 6 Gambar 1. Histogram pekerjaan dan jenis kelamin responden. 7 4 4 30 88 96 Dari hasil penyebaran kuesioner yang bisa dilihat pada gambar satu menunjukkan total 118 responden yang didominasi oleh jenis pekerjaan karyawan swasta sebanyak 94 responden atau 81% pengguna dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 88 responden atau 74% pengguna. Topik yang akan dibahas pada penelitian ini adalah tentang persepsi pengguna terhadap kualitas pencahayaan ideal di kantor. Pertanyaan yang diberikan merupakan hasil pengembangan dari penelitian sebelumnya terkait kualitas pencahayaan di meja kerja. Tabel 1. Jenis pertanyaan terkait kualitas pencahayaan kantor ideal Pertanyaan 1.Penggunaan sinar matahari untuk mendapatkan kualitas pencahayaan kantor yang memadai 2.Penggunaan sinar matahari dan lampu untuk mendapatkan kualitas pencahayaan kantor yang memadai 3.Penggunaan lampu untuk mendapatkan kualitas pencahayaan kantor yang memadai 4.Konsep pencahayaan keseluruhan ruang yang memadai 5.Konsep pencahayaan masing-masing meja kerja yang memadai 6.Tanpa sekat sehingga tidak terdapat pembayangan 7.Penggunaan sekat meja kerja yang dapat meneruskan cahaya (seperti kaca) 8.Tidak terdapat efek silau 9.Tidak mengganggu kesehatan mata 10.Dapat mendukung aktifitas kerja dengan baik 11.Terdapat kontrol individu terhadap pemakaian sinar matahari dan lampu 12.Terdapat kontrol otomatis terhadap pemakaian sinar matahari dan lampu (contoh:penggunaan sensor cahaya untuk menyalakan lampu) 13.Adanya pengawasan berkala terkait kualitas jendela dan lampu Pertanyaan tersebut dibuat dengan menggunakan semantic differential method dengan skala 1 sampai dengan 5 dan menggunakan kata sifat berlawanan pada kutub jawaban berupa sangat tidak penting sampai dengan sangat penting. Jawaban responden akan menunjukkan seberapa penting faktor-faktor tersebut untuk mencapai kualitas pencahayaan kantor yang ideal. H 162 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Tabel 2. Pertanyaan berskala semantic differential method Sangat Tidak Penting 1 2 3 4 5 Metode Analisis Data Sangat Penting Metode yang digunakan adalah analisis distribusi dengan melihat frekuensi rata-rata dari berbagai macam data terkait jenis dan pola penggunaan pencahayaan serta faktor kualitas pencahayaan ideal. Analisis dan Interpretasi Rizky Amalia Achsani Banyaknya penggunaan bersama pencahayaan alami dan buatan menunjukkan bahwa pengguna masih membutuhkan kehadiran pen-cahayaan alami walaupun sudah adanya pencahayaan buatan. Hal tersebut juga dapat terlihat pada gambar tiga dimana 42 orang atau 57% responden memilih pola penggunaan pencahayaan buatan sepanjang hari. Alami : Pagi-Siang, Buatan : Sore-Malam 22 Analisis akan dilakukan dalam tiga tahap, yakni: 1. Analisis ditribusi terkait jenis penggunaan pencahayaan 2. Analisis distribusi terkait kualitas pencahayaan ideal di kantor 3. Analisis distribusi terkait kualitas pencahayaan ideal di kantor berdasarkan jenis penggunaan pencahayaan Alami : Pagi-Sore, Buatan : Malam Buatan : Sepanjang Hari 9 42 Analisis Jenis Penggunaan Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan kecenderungan jenis penggunaan pencahayaan pada kantor. Dari hasil kuesioner pada gambar dua menunjukkan bahwa penggunaan pencahayaan alami dan buatan dipilih oleh 73 orang atau 62% respoden untuk dijadikan pencahayaan di kantornya. Buatan saja (lampu) Alami saja (sinar matahari) Alami dan Buatan 16 29 73 Gambar 2. Histogram jenis penggunaan pencahayaan pada kantor. Gambar 3. Histogram pola jenis penggunaan pencahayaan alami dan buatan. Dominasi penggunaan pencahayaan buatan dikarenakan pencahayaan buatan dapat memberikan tingkat penerangan yang konstan dan tidak berubah-ubah sehingga dapat mendukung aktifitas pengguna. Pernyataan diatas senada dengan pendapat oleh Lam (1977) bahwa mata tidak secara objektif melihat perbedaan penggunaan sumber pencahayaan. Namun, hanya pada ketidakkonsistenan dan kemampuan berubah-ubah dari sumber pencahayaan tersebut. Walaupun menggunakan pencahayaan buatan sepanjang hari, responden tetap menggunakan pencahayaan alami secara bersamaan. Hal itu dapat dijelaskan dengan pendapat Lam (1977) bahwa pengguna membutuhkan sinar matahari untuk memuaskan dasar kebutuhan biologisnya, memberikan petunjuk penting tentang bentuk benda tiga dimensi dan orientasi yakni dalam memberi petunjuk tentang keadaan cuaca di luar. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 163

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Ideal Kantor Analisis Kualitas Ideal Kantor Analisis ini bertujuan untuk mengetahui garis besar kecenderungan faktor-faktor yang dianggap penting oleh responden untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang ideal. Pengawasan Berkala Kontrol Otomatis 3.5 4.1 Lima faktor tertinggi yakni Tidak mengganggu Kesehatan Mata dan Aktifitas Terlaksana dengan Baik dengan poin 4.7. Disusul dengan Tidak Silau dengan poin 4.5; Kualitas Ruang Memadai dengan poin 4.4; dan Kualitas Meja Kerja Memadai dengan poin 4.2. Dapat terlihat bahwa faktor Tidak Mengganggu Kesehatan Mata dan Tidak Silau merupakan salah satu kebutuhan biologis manusia untuk mendapatkan kenyamanan visual. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan biologis dan aktivitas manusia merupakan faktor penting dan utama sebelum memperhatikan kualitas pencahayaan ruang dan meja kerja di kantor untuk mendapatkan kualitas pencahayaan kantor yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Lam (1977) yang menyatakan bahwa, Konsep pencahayaan haruslah berasal dari informasi kumpulan aktifitas dan kebutuhan biologis, sehingga definisi dari lingkungan pencahayaan akan saling melengkapi dan menguatkan keseluruhan konsep arsitektural; lalu dan hanya setelahnya dapat dipilih detail dan alat untuk mengeksekusinya Ketiga faktor yang mendapatkan nilai terkecil adalah Kontrol Otomatis dan Tanpa Sekat Meja dengan poin 3.5 dan Penggunaan Sekat Meja Tembus Cahaya dengan poin 3.3. Penelitian tentang kontrol otomatis bangunan yakni motorized exterior blind di gedung-gedung perkantoran di Belanda oleh Meerbeek et al (2014) juga menunjukkan bahwa kebanyakan orang segan untuk menerima perubahan otomatis blind dan mematikan sen-sor perilaku otomatis bila memungkinkan. Kontrol Individu Aktifitas Terlaksana dengan Baik Tidak Mengganggu Kesehatan Mata Tidak Silau Penggunaan Sekat Meja Tembus Cahaya Tanpa Sekat Meja Kualitas Meja Kerja Memadai Kualitas Ruang Memadai Lampu untuk Sinar Matahari dan Lampu untuk Sinar Matahari untuk 3.3 3.9 3.5 3.8 3.6 4.5 4.2 4.4 4.1 4.7 4.7 Gambar 4. Histogram pencahayaan ideal kantor seluruh responden. Penggunaan peralatan dan metode perlu dipertimbangkan secara baik untuk mendapatkan persayaratan minimal kualitas pencahayaan. Terutama apabila menggunakan kontrol otomatis yang saat ini hanya berfokus terhadap aspek kuantitatif. H 164 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Rizky Amalia Achsani 6.0 Alami dan Buatan 5.0 4.0 Alami saja (sinar matahari) 3.0 2.0 Buatan saja (lampu) 1.0 0.0 Gambar 5. Analisis distribusi kualitas pencahayaan ideal sesuai jenis penggunaan pencahayaan. Analisis Kualitas Ideal di Kantor berdasarkan jenis penggunaan pencahayaan Analisis ini akan mencari kecenderungan persepsi pengguna terhadap kualitas pencahayaan ideal dilihat dari jenis penggunaan yang mereka gunakan di kantor. Faktor yang dianggap penting untuk mendapatkan pencahayaan ideal di kantor menunjukkan adanya dua kecenderungan yang memiliki persepsi berbeda Kecenderungan pertama oleh pengguna pencahayaan alami serta pengguna pencahayaan alami dan buatan mengungkapkan bahwa faktor terpenting untuk mendapatkan pencahayaan alami yang ideal adalah dengan memperhatikan Tidak Mengganggu Kesehatan Mata > Aktifitas Terlaksana dengan Baik > Tidak Silau. Kecenderungan ini masih mementingkan terlaksananya aktifitas dan kebutuhan biologisnya untuk mendapatkan kualitas pencahayaan ideal. Kecenderungan kedua yakni oleh pengguna pencahayaan buatan memiliki persepsi berbeda dimana urutan faktor terpenting adalah Tidak Mengganggu Kesehatan Mata > Aktifitas Terlaksana dengan Baik > Lampu untuk. Hal ini menunjukkan bahwa bagi pengguna jenis pencahayaan ini, lampu sebagai sumber penerangan merupakan sebuah faktor penting yang turut diperhitungkan selain aktivitas dan kebutuhan biologis yakni kesehatan mata. Sedangkan untuk faktor yang dianggap tidak penting untuk mendapatkan pencahayaan ideal di kantor terdapat berbagai macam kecenderungan faktor. Kecenderungan pertama dengan nilai tertinggi dan disepakati oleh seluruh pengguna dengan berbagai macam jenis penggunaan cahaya Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 H 165

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Ideal Kantor menyatakan bahwa Kontrol Otomatis dan Penggunaan Sekat Meja Tembus Cahaya dianggap sebagai faktor yang sedikit mempengaruhi kualitas pencahayaan ideal. Kecenderungan kedua oleh pengguna pencahayaan alami dan buatan saja menyatakan bahwa faktor Tanpa Sekat Meja merupakan faktor yang dianggap tidak penting Sedangkan kecenderungan ketiga menunjukkan adanya ketidakpentingan sumber cahaya lain dari pengguna yang menggunakan satu jenis pencahayaan saja. Contohnya, pengguna pencahayaan alami mengungkapkan bahwa faktor Lampu untuk tidak berpengaruh untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang ideal. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pengguna pencahayaan buatan saja, mereka mengungkapkan bahwa faktor Sinar Matahari untuk dianggap sebagai faktor tidak penting dalam memberikan kualitas pencahayaan ideal di kantor. Dari berbagai kecenderungan yang ada menunjukkan persepsi pengguna terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas pencahayaan ideal di kantor dipengaruhi oleh jenis pencahayaan yang digunakannya. Kesimpulan Jenis penggunaan pencahayaan yang banyak digunakan di kantor adalah penggunaan pencahayaan alami dan buatan secara bersama dimana pencahayaan buatan dipilih oleh banyak responden untuk dinyalakan sepanjang hari. Pemilihan jenis ini didasarkan karena pencahayaan buatan dapat memberikan tingkat penerangan yang konstan dan tidak berubahubah sehingga dapat mendukung aktifitas pengguna dan penggunaan pencahayaan alami untuk memuaskan kebutuhan dasar biologisnya. Persepsi pengguna menunjukkan bahwa kebutuhan biologis dan aktivitas manusia merupakan faktor penting dan utama sebelum memperhatikan kualitas pencahayaan ruang dan meja kerja di kantor untuk mendapatkan kualitas pencahayaan kantor yang ideal. Faktor yang dianggap mempengaruhi untuk mencapai kualitas pencahayaan ideal di kantor menunjukkan berbagai macam kecenderungan sesuai dengan jenis pencahayaan yang digunakan. Dimana faktor yang dianggap berpengaruh untuk mencapai kualitas pencahayaan ideal di kantor menunjukkan dua kecenderungan berbeda, dimana kecenderungan pertama masih mementingkan terlaksananya aktifitas dan kebutuhan biologisnya untuk mendapatkan kualitas pencahayaan ideal. Sedangkan kecenderungan kedua menyatakan lampu sebagai sumber penerangan merupakan sebuah faktor penting yang turut diperhitungkan selain aktivitas dan kebutuhan biologis yakni kesehatan mata. Faktor yang dianggap tidak berpengaruh untuk mencapai kualitas pencahayaan ideal di kantor menunjukkan tiga kecenderungan berbeda dimana seluruh responden sepakat Kontrol Otomatis dan Penggunaan Sekat Meja Tembus Cahaya dianggap sebagai faktor yang sedikit mempengaruhi kualitas pencahayaan ideal. Namun ada pula kecenderungan faktor Tanpa Sekat Meja dan kecenderungan ketidakpentingan sumber cahaya lain dari pengguna yang menggunakan satu jenis pencahayaan saja Daftar Pustaka Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (A. Fawaid, Trans.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Original work published 2009) Kumar, Ranjit. (2005). Research Methodology. California: Sage Publications, Inc. Lam, William M.C. (1977). Perception and lighting as formgivers for architecture. New York : McGraw-Hill, Inc. Meerbeek, Bernt, et al. (2014). Building automation and perceived control : A field study on motorized exterior blinds in Dutch offices. Building and Environment, 79, 66-77. H 166 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016