BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. prosedur akuntansi yang yang diterapkan pada PT. Dwi Putra Jasa Prima terkait dengan

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

BAGIAN IX ASET

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melisa Rahma Sari. Jl. Manyar No.3 D FLAT Komp. Krakatau Steel, Cilegon. ABSTRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

ANALISIS PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI PADA PT. GENDARIN INDONESIA CABANG PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Rajawali Perkasa melakukan usaha dagang bahan-bahan bangunan.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB 7 ASET TETAP. dilakukan agar bisa digunakan secara optimal selama umur ekonominya.

pengklasifikasian dan menetapkan aktiva tetap PT. Gratia Jaya sesuai dengan PSAK No.16. keuangan yang berlaku umum (PSAK No. 16).

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB VII PENYUSUTAN A. PENGERTIAN

FIXED ASSETS. Click to edit Master subtitle style 4/25/12

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Pt.XYZ Tanjungpinang Adelyana Agness Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

AKTIVA TETAP & PENYUSUTAN

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

BAB II LANDASAN TEORI. keharusan untuk berhubungan dengan pihak pihak lain yang terkait dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleksnya pengelolaan badan usaha atau perusahaan, hal ini. menuntut adanya kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA CV. KRUWING INDAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP BERWUJUD PT. GEMA KARYA ABADI

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kebijakan dan prosedur akuntansi yang diterapkan pada PT Bhineka Ciptabahana Pura terkait dengan aset tetap berwujud yang mana diadakan suatu penelitian. Kebijakan akuntansi pada PT Bhineka Ciptabahana Pura akan dibandingkan kesesuaiannya dengan PSAK No.16 (revisi 2011) Aset Tetap. Kesesuaiannya dengan standar akuntansi yang berlaku sangatlah penting karena hal ini berlaku umum untuk semua kegiatan usaha atau bisnis. Dengan adanya keseragaman maka akan menciptakan suatu nilai atau standar ukuran yang sama pula, baik dari pengakuan awal, pengukuran, penghentian, dan penyajian serta pengungkapannya. Pada skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT Bhineka Ciptabahana Pura terkait dengan aset tetap yang dimilikinya. Apabila pencatatan dan perlakuan yang sesuai dengan PSAK akan menjadikan aset yang dimiliki dinilai secara adil oleh seluruh pihak. Terlebih lagi untuk laporan keuangan. Dengan adanya revisi revisi standar akuntansi, perusahaan harus dengan segera menyesuaikan diri dan menerapkan standar standarnya karena laporan keuangan berkaitan erat dengan keandalan dari suatu informasi keuangan perusahaan yang akan dimanfaatkan oleh pihak internal dan eksternal. Laporan keuangan disusun berdasarkan basis akrual dengan menggunakan konsep biaya historis. 4.1 Penggolongan Aset Tetap PT. Bhineka Ciptabahana Pura menggolongkan dan mengklarifikasikan aset tetap berdasarkan definisi yang menyatakan bahwa suatu aset tetap memiliki criteria sebagai berikut : 1. Digunakan dan berfungsi dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan 2. Memiliki manfaat dimasa depan 41

42 3. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan 4. Memiliki nilai ekonomis lebih dari satu periode Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Bhineka Ciptabahana Pura, perusahaan memiliki aset tetap yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Tanah Merupakan aset berupa lahan yang dimiliki dan digunakan sebagai lahan berdirinya PT Bhineka Ciptabahana Pura. 2. Gedung Merupakan aset berupa bangunan yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan operasional PT Bhineka Ciptabahana Pura. 3. Inventaris Kantor Merupakan aset yang berupa barang barang yang dimiliki dan digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan sehari - hari. 4. Peralatan Proyek Merupakan aset yang berupa alat alat yang dimiliki dan digunakan oleh para karyawan dalam melaksanakan tugas proyek yang akan dikerjakan. 5. Kendaraan Merupakan aset atau fasilitas perusahaan yang dimiliki dan digunakan sebagai alat transportasi untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Berikut adalah daftar aset aset yang dimiliki oleh PT. Bhineka Ciptabahana Pura selama tahun 2012, antara lain: Tabel 3 Daftar Kepemilikan Aset Tetap Perusahaan No. Jenis Satuan Kondisi Lokasi 1 Tanah Tanah 1 Bidang Baik Kantor

43 Tanah 1 Bidang Baik Lapangan 2 Bangunan Bangunan Kantor 1 Unit Baik Kantor Bangunan Workshop 1 Unit Baik Lapangan 3 Peralatan Kantor Komputer 3 Unit Baik Kantor Laptop 14 Unit Baik Kantor Notebook 1 Unit Baik Kantor Printer 10 Unit Baik Kantor Scanner 3 Unit Baik Kantor Proyektor LCD 1 Unit Baik Kantor UPS 4 Unit Baik Kantor 4 Peralatan Proyek Hammer Hitachi Buah Baik Lapangan Theodolite Buah Baik Lapangan Yanmar Diesel Buah Baik Lapangan 5 Kendaraan Mobil 7 Unit Baik Lapangan Mobil Bak 1 Unit Baik Lapangan Motor 5 Unit Baik Lapangan Berdasarkan pengklasifikasian aset tetap yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura, maka dapat diambil kesimpulan bahwa PT Bhineka Ciptabahana Pura telah mengelompokkan aset aset sesuai dengan PSAK No.16 (revisi 2011). Perusahaan mengakui aset sebagai aset yang dimiliki dengan ketentuan bahwa aset yang dimiliki atau yang diperoleh adalah aset yang memiliki masa manfaat dan memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan lebih dari satu periode. Aset tetap yang dimiliki PT Bhineka Ciptabahana Pura digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa yang perusahaan tawarkan atau jual kepada klien maupun untuk kebutuhan administratif perusahaan.

44 4.2 Pengakuan Aset Tetap Suatu aset yang diakui sebagai aset tetap pada PT Bhineka Ciptabahana Pura apabila aset tersebut diperoleh berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan memiliki masa manfaat yang lebih dari satu tahun. Pengakuan awal atas aset yang dimiliki dengan mencatat nilai aset tetap yang sudah diakui sebagai kepemilikan oleh perusahaan. PT Bhineka Ciptabahana Pura telah melakukan pengakuan aset tetap sesuai dengan syarat syarat PSAK dalam hal hal apa saja yang menjadikan suatu benda atau aset dinyatakan sebagai suatu aset tetap. Pengakuan pengakuan tersebut harus dapat diukur dengan nilai ekonomi yang andal. Yang jelas aset tetap diakui saat terjadi pengalihan kepemilikan dengan didukung bukti bukti yang sah dan jelas. Dan umumnya aset yang diakui oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura berdasarkan suatu transaksi pembelian dari pihak lain. Dalam memperoleh aset, PT Bhineka Ciptabahana Pura membelinya dari pihak lain, bukan dengan cara memproduksinya. Adapun barang barang yang diproduksi oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura adalah barang barang pesanan klien terkait dengan posisi perusahaan sebagai equipment supplier. Perolehan suatu aset dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara tunai dan kredit. PT Bhineka Ciptabahana Pura melakukan pembelian aset keseluruhannya secara tunai. Perusahaan menempuh cara dengan pembelian tunai atas aset tetapnya dengan pertimbangan bahwa dengan pembelian tunai dapat memberikan keuntungan antara lain: a. Biaya pengeluaran lebih ringan sehingga harga perolehan aset tetap menjadi lebih ringan. b. Perusahaan dapat memperoleh potongan harga dari penjualan sehingga dapat memperkecil biaya perolehan aset tetap tersebut. c. Mengurangi kewajiban kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang.

45 Berikut adalah aset aset yang diperoleh PT. Bhineka Ciptabahana Pura dengan cara pembelian tunai selama tahun 2012: Tabel 4 Pembelian Tunai Tahun 2012 Tanggal Akun Debit Kredit 1 Jan 2012 Komputer, Printer, UPS 9,920,000 - Kas - 9,920,000 5 Jan 2012 Printer Canon 3,100,000 - Kas - 3,100,000 13 Jan 2012 UPS 1,596,000 - Kas - 1,596,000 22 Jan 2012 Kursi Lipat + Meja ½ Biro 1,520,000 - Kas - 1,520,000 1 Feb 2012 Komputer, Scanner & LCD 17,110,000 - Kas - 17,110,000 3 Feb 2012 Scanner + Printer 945,000 - Kas - 945,000 7 Feb 2012 Laptop 12,745,454 - Kas - 12,745,454 17 Feb 2012 Printer Brother 3,490,000 - Kas - 3,490,000 20 Feb 2012 Printer Brother 3,040,000 - Kas - 3,040,000 25 Feb 2012 UPS ICA 3,192,000 - Kas - 3,192,000 1 Maret 2012 Komputer 6,135,000 - Kas - 6,135,000 2 April 2012 Laptop 5,770,000 - Kas - 5,770,000 6 April 2012 Laptop HP 6,325,000 - Kas - 6,325,000

46 1 Mei 2012 Printer Canon IP 2770 930,000 - Kas - 930,000 7 Mei 2012 2 buah laptop HP 11,236,364 - Kas - 11,236,364 14 Mei 2012 Laptop Toshiba 7,885,000 - Kas - 7,885,000 19 Mei 2012 Laptop Acer, Printer, Scanner 10,600,000 - Kas - 10,600,000 3 Juli 2012 HP Pavilion, Laptop, Printer, 42,525,000 - Dll. Kas - 42,525,000 7 Juli 2012 Laptop Acer 5,260,000 - Kas - 5,260,000 8 Juli 2012 Laptop 7,635,000 - Kas - 7,635,000 8 Agust 2012 UPS 3,192,000 - Kas - 3,192,000 10 Sept 2012 Laptop Samsung 2,040,910 - Kas - 2,040,910 1 Nov 2012 Laptop Toshiba Satelite 7,400,000 - Kas - 7,400,000 2 Nov 2012 Notebook 10,590,000 - Kas - 10,590,000 9 Nov 2012 Printer Canon 2,875,000 - Kas - 2,875,000 1 Des 2012 Laptop 5,115,000 - Kas - 5,115,000 1 Juni 2012 Hammer Hitachi 3,100,000 - Kas - 3,100,000 5 Juni 2012 Theodolite 23,463,000 - Kas - 23,463,000 1 Agust 2012 Yanmar Diesel 79,500,000 - Kas - 79,000,000

47 1 Jan 2012 Mobil Bak 52,000,000 - Kas - 52,000,000 4 Feb 2012 Isuzu PU Turbo B 9543 BAE 124,454,545 - Kas - 124,454,545 11 Feb 2012 ( Panther ) B 8117 LJ 95,000,000 Kas 95,000,000 1 April 2012 Yamaha Byson B 3952 BMI 20,600,000 - Kas - 20,600,000 8 Mei 2012 Sepeda Motor Yamaha Jupiter 16,300,000 - B 3132 BMU Kas - 16,300,000 18 Mei 2012 Suzuki Karimun Estilo B 1192 97,000,000 - KFT Kas - 97,000,000 1 Juni 2012 Motor B 3401 BNM 15,700,000 - Kas - 15,700,000 5 Juli 2012 Motor Yamaha Byson B 3579 20,700,000 - BNS Kas - 20,700,000 11 Juli 2012 Motor TH. 2012 B 3136 BNY 13,550,000 - Kas - 13,550,000 2 Sept 2012 Alphard Th.2012 B 1858 BZT 800,000,000 - Kas - 800,000,000 21 Sept 2012 Suzuki Carry B 9844 WJ 62,000,000 - Kas - 62,000,000 2 Okt 2012 Mercy Th. 2009 B 1162 550,000,000 - Kas - 550,000,000 5 Nov 2012 Daihatsu Grand Max PU B 82,979,000-9597 BAG Kas - 82,979,000 Sumber: PT Bhineka Ciptabahana Pura

48 Karena semua transaksi pembelian peralatan dan perlengkapan dilakukan secara tunai maka perusahaan tidak melakukan transaksi secara kredit. 4.3 Pengukuran Aset Tetap Berdasarkan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, perusahaan menggunakan metode biaya (cost model) dalam melakukan pengukuran aset yang diperolehnya. Dimana perhitungannya sebagai berikut : Biaya perolehan Akumulasi penyusutan. Biasanya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aset tersebut adalah harga beli, pajak, biaya pemasangan, ongkos angkut, biaya-biaya ini dimasukan sebagai harga perolehan aset tetap perusahaan. Sebagai contoh pembelian Komputer seharga Rp. 6,135,000 yang termasuk biaya-biaya sebagai berikut: 1. Biay a ongkos angkut 2. Biay a instalasi 3. Pajak Dalam PSAK No.16 biaya perolehan meliputi bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain, biaya - biaya yang dapat diatribusikan secara langsung yang termasuk (biaya imbalan kerja, biaya penyiapan lahan, biaya penyerahan, biaya perakitan, biaya pengujian aset, komisi profesional). Sedangkan biaya yang bukan merupakan biaya perolehan seperti biaya pembukaan fasilitas baru, biaya pengenalan produk, biaya pengenalan bisnis dan administrasi serta biaya overhead umum. Dalam hal ini PT Bhineka Ciptabahana Pura telah sesuai dalam menerapkan harga perolehan yang sudah dibebankan langsung kepada harga barang yang dibeli sehingga telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di PSAK No. 16, tetapi perusahaan tidak menggunakan akumulasi penurunan nilai aset jadi hanya menggunakan perhitungan biaya perolehan akumulasi penyusutan.

49 4.4 Penyusutan Aset Tetap Dalam PSAK No. 16 tidak menentukan metode penyusutan yang harus digunakan oleh perusahaan. Sehingga setiap perusahaan bebas menentukan metode penyusutan aset tetap dan digunakan bila dapat dianggap baik bagi perusahaan. Metode tersebut antara lain: metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun ganda (double declining balance method), dan metode jumlah unit (sum of the year digit method). Metode penyusutan aset tetap harus ditetapkan secara konsisten dan berkelanjutan. Rata rata perusahaan menerapkan metode garis lurus dikarenakan mudah pengimplementasiannya. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan cara mengalokasikan nilai perolehan aset tetap dalam ukuran yang sama setiap periode akuntansi keperkiraan biaya selama taksiran umur aset tetap yang bersangkutan. Biaya perolehan dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang terjadi dicatat dalam operasi tahun berjalan. PT Bhineka Ciptabahana Pura menyatakan bahwa mereka menerapkan metode garis lurus untuk semua perhitungan aset tetapnya kecuali untuk kendaraan. Perusahaan menggunakan metode double declining balance method untuk perhitungan kendaraannya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tidak konsisten dengan metode yang dipakainya. Suatu aset dapat disusutkan berdasarkan besarnya harga perolehan, estimasi nilai sisa, dan masa manfaat. Masa manfaat suatu aset sangat berpengaruh terhadap perhitungan penyusutan. Perusahaan harus secara tepat menentukan estimasi masa manfaat aset yang dimiliki. PT Bhineka Ciptabahana Pura menentukan masa manfaat aset aset yang dimiliki sebagai berikut:

50 Tabel 5 Masa Manfaat Aset Tetap Perusahaan Jenis Aset Masa Manfaat % per tahun Bangunan 20 Tahun 5 Peralatan kantor 4 8 Tahun 25-50 Peralatan Proyek 4 Tahun 50 Kendaraan 4 8 Tahun 25-50 Sumber: PT Bhineka Ciptabahana Pura Masa Manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh perusahaan. Kebijakan manajemen aset suatu perusahaan mempengaruhi jumlah penyusutan aset tetap setelah suatu waktu yang ditentukan atau setelah konsumsi dari proporsi tertentu atas manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam aset. Maka masa manfaat suatu aset tetap dapat lebih pendek daripada usia keekonomiannya. Estimasi masa manfaat suatu aset tetap merupakan masalah pertimbangan pribadi oleh pihak manajemen yang berdasarkan pada pengalaman perusahaan dengan aset serupa. Dengan adanya penyusutan terhadap aset tetap oleh perusahaan sudah benar karena dengan adanya penyusutan perusahaan telah mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke periode akuntansi dimana aset tetap tersebut telah memberikan manfaat bagi kegiatan perusahaan sehingga perusahaan dapat memberikan keterangan yang benar mengenai aset tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan dapat disajikan secara wajar. PT Bhineka Ciptabahana Pura menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan sebagian besar aset tetap yang dimilikinya. Prosedurnya lebih sederhana dan cara perhitungannya lebih mudah. Dengan adanya penyusutan terhadap aset tetap oleh perusahaan sudah benar, karena dengan adanya penyusutan perusahaan telah mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke periode akuntansi dimana aset tetap tersebut telah memberikan manfaat bagi kegiatan perusahaan. Sehingga perusahaan dapat memberikan keterangan

51 yang benar mengenai aset tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan dapat disajikan secara wajar. Hal hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam memutuskan penggunaan metode garis lurus untuk menyusutkan aset tetap yang dimilikinya adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan fisik suatu aset tetap akan menurun secara proporsional pada setiap periode. 2. Biaya reparasi dan biaya pemeliharaan pada setiap periode jumlahnya relatif tetap atau sama besar. 3. Kegunaan ekonomi berkurang karena lewatnya waktu bukan karena penggunaan. 4. Penggunaan di setiap periode relatif tetap. Jika dilihat secara mendalam, maka metode penyusutan garis lurus lebih cocok untuk perusahaan yang frekuensi produksinya relatif stabil dari periode ke periode. Sehingga yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah melihat produksi yang dihasilkan tiap periodenya agar dapat memilih metode penyusutan yang lebih tepat, apabila produksi relatif stabil, maka perusahaan lebih baik menggunakan metode garis lurus, apabila produksi atau kontribusi jasa yang diberikan aset relatif mengalami penurunan, maka perusahaan lebih baik menggunakan metode saldo menurun, dan apabila produksi dipengaruhi faktor frekuensi pengunaan relatif berfluktuasi, maka perusahaan sebaiknya menerapkan metode jumlah unit. Berdasarkan data yang diperoleh, perusahaan belum menerapkan metode garis lurus secara benar, karena perusahaan tidak menggunakan taksiran nilai sisa (Residu) di dalam perhitungan penyusutan aset tetapnya. Perusahaan hanya menghitung harga perolehan dibagi dengan masa manfaat tanpa mengestimasi nilai residunya.

52 4.4.1 Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intense manajemen. Untuk taksiran nilai sisa dari aset tetap yang dimiliki, perusahaan tersebut mnentukan berapa besarnya atau dengan kata lain nilai sisa aset tetap sama dengan nol. Tetapi PT Bhineka Ciptabahana Pura tidak menggunakan nilai sisa pada beberapa jenis aset tetap yang dimilikinya, namun lebih baik apabila perusahaan menentukan nilai sisa suatu aset y ang sudah habis masa manfaatnya agar dapat dijual atau ditukar dengan aset lain baik y ang sejenis maup un y ang tidak sejenis. Jurnal p encatatan y ang dilakukan yaitu: Biay a p eny usutan Akumulasi p eny usutan xxx xxx Aset tetap pada suatu perusahaan mulai dilakukan dan diakui penyusutannya pada saat aset tetap tersebut telah digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Hal ini harus dilakukan karena pada saat kegiatan operasional berlangsung maka akan timbul biaya penyusutan sebagai akibat dari manfaat yang didapat dari penggunaan aset tetap perusahaan tersebut.

53 Tabel 8 Tabel Penyusutan Aset Tetap Inventaris Kantor Pura : Berikut ini perhitungan metode penyusutan pada tiap tiap aset tetap yang dimiliki oleh PT Bhineka Ciptabahana Tanggal Jenis Aset Per Desember Penambahan Per Desember 2012 Tarif Penambahan Perolehan 2011 Inventaris Kantor 702,596,522.00 702,596,522.00 Jan 1 Komputer, printer & UPS 9,920,000.00 25% 2,480,000.00 5 Printer Canon 3,100,000.00 25% 775,000.00 13 UPS 1,596,000.00 25% 399,000.00 Feb 1 Komputer, Scanner & LCD 25% 3,921,041.67 17,110,000.00 3 Scanner + Printer 945,000.00 25% 216,562.50 7 Laptop 12,745,454.00 25% 2,920,833.21 17 Printer Brother 3,490,000.00 25% 727,083.33

54 20 Printer Brother 3,040,000.00 25% 633,333.33 25 UPS ICA 3,192,000.00 25% 665,000.00 Mart 1 Komputer 6,135,000.00 25% 1,278,125.00 April 2 Labtop 5,770,000.00 25% 1,081,875.00 6 Labtop HP 6,325,000.00 25% 1,185,937.50 Mei 1 Printer canon IP 2770 930,000.00 25% 155,000.00 7 2 bh Labtop HP 11,236,364.00 25% 1,872,727.33 14 Laptop Toshiba 7,885,000.00 25% 1,314,166.67 19 Laptop Acer, printer, 25% 10,600,000.00 scanner 1,545,833.33 Jul 3 HP Pavillion, Labtop, 25% 42,525,000.00 Printer dll 5,315,625.00 7 Acer 5,260,000.00 25% 657,500.00 8 Laptop 7,635,000.00 25% 954,375.00 Agust 8 UPS 3,192,000.00 25% 332,500.00 Sept 10 Samsung 2,040,910.00 25% 170,075.83 Nov 1 Toshiba Satelite 7,400,000.00 25% 308,333.33 2 Notebook 10,590,000.00 25% 441,250.00 9 Printer Canon 2,875,000.00 25% 119,791.67 Des 1 Laptop 5,115,000.00 25% 106,562.50

55 Keterangan: Total Aset 208,676,728.00 208,676,728.00 32,563,323.88 Warna hijau : Perhitungan perusahaan yang tidak sesuai dengan tanggal perolehannya karena perusahaan menyamaratakan tanggal 1 sampai tanggal 30 pada perhitungan di bulan yang sama. Warna merah : Perhitungan yang salah dari perusahaan akibat ketidaktelitian perusahaan dalam menghitung penyusutannya.

56 Pada aset tetap perusahaan bagian inventaris kantor, perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yang memiliki masa manfaat 4-8 tahun. Perusahaan sudah benar melakukan perhitungan harga perolehan yang dibebankan pada setiap barang yang dibeli di tanggal perolehan yang sama. Akan tetapi, perusahaan tidak menerapkan aturan akuntansi yang mana diharuskan lebih dari tanggal 15 seharusnya masuk ke perhitungan bulan depannya. Tetapi disini perusahaan menyamaratakan dari tangal 1 hingga tanggal 30 masuk di perhitungan bulan tersebut. Sebagai contoh : Nama Aset : Printer Brother Tanggal Perolehan : 17 Februari 2012 Cost : Rp. 3,490,000 Masa manfaat : 4 Tahun atau 25% 799,791.667 Metode Penyusutan Perhitungan : Straight Line : 11/12 x Rp. 3,490,000 x 25% = Rp. Perhitungan tersebut yang dihitung oleh perusahaan untuk aset tetap inventaris kantornya, tetapi perhitungan tersebut salah karena yang benar menurut aturan akuntansi seharusnya adalah : Printer Brother : 10/12 x Rp. 2,908,333 x 25% = Rp. 727, 083,333 Jadi besarnya biaya penyusutan untuk tahun 2012 yaitu Rp. 727, 083,333 dan jurnal yang harus dibuat yaitu: Biaya Penyusutan Printer Brother Rp. 727, 083,333

57 Akumulasi Penyusutan Rp. 727, 083,333 Perhitungan yang dilakukan perusahaan : Rp. 799,791.667 Perhitungan yang benar : Rp. 727, 083,333 - Selisih : Rp. 72,708,334 Jelas terlihat bahwa hasil selisih dari depresiasi perhitungan perusahaan dengan perhitungan yang sebenarnya sebesar 72,708,334. Hal ini cukup fatal karena perusahaan selama ini telah salah dalam perhitungan depresiasinya.

58 Tabel 7 Tabel Penyusutan Aset Tetap Peralatan Proyek Berikut ini terlampir tabel penyusutan dari aset tetap perusahaan berupa peralatan proyek : Tanggal Perolehan Jenis Aset Per Desember 2011 Penambahan Per Desember 2012 Tarif Penambahan Peralatan Proyek 1,597,735,627.00 1,597,735,627.00 Juni 1 Hammer Hitachi 3,100,000.00 25% 452,083.33 5 Theodolite 23,463,000.00 25% 3,421,687.50 Agust 1 Yanmar Diesel 79,500,000.00 25% 8,281,250.00 Total Aset 106,063,000.00 106,063,000.00 12,155,020.83 Disini terlihat bahwa tidak ada kesalahan perhitungan oleh perusahaan karena tanggal perolehan aset tetap perusahaan tidak ada yang diatas tanggal 15 jadi tidak ada kesalahan dalam perhitungan penyusutan aset tetap untuk peralatan proyek perusahaan.

59 Tabel 8 Tabel Penyusutan Aset Tetap Kendaraan Tanggal Jenis Aset Per Desember Penambahan Per Desember Tarif Penambahan Perolehan 2011 2012 Kendaraan 4,326,225,230.99 4,326,225,230.99 Jan 1 Mobil Bak 52,000,000.00 50% 26,000,000.00 Feb 4 Isuzu PU Turbo B 50% 124,454,545.00 9543 BAE 57,041,666.46 11 ( Panther ) B 8117 LJ 95,000,000.00 50% 43,541,666.67 April 1 Yamaha Byson B 3952 50% 20,600,000.00 BMI 7,725,000.00 Mei 8 Sepeda motor Yamaha 50% 16,300,000.00 Jupiter B 3132 BMU 5,433,333.33 18 Suzuki Karimun Estilo 50% 97,000,000.00 B 1192 KFT 28,291,666.67 Juni 1 Motor B 3401 BNM 15,700,000.00 50% 4,579,166.67 Juli 5 Motor Yamaha Byson 50% 20,700,000.00 B 3579 BNS 5,175,000.00

60 11 Sept 2 21 Okt 2 Nov 8 Des 10 Keterangan : Motor TH. 2012 B 3136 BNY Alphard Th 2012 B 1858 BZT Suzuki carry B 9844 WJ Mercy Th. 2009 B 1162 Daihatsu Grand Max PU B 9597 BAG Alphard Dijual B 8060 KV ( perolehan th. 2004 ) 13,550,000.00 50% 3,387,500.00 800,000,000.00 50% 133,333,333.33 62,000,000.00 50% 7,750,000.00 550,000,000.00 50% 68,750,000.00 82,979,182.00 50% 6,914,931.83 1,950,283,727.00 1,950,283,727.00 397,923,264.96 Warna hijau : Perhitungan perusahaan yang tidak sesuai dengan tanggal perolehannya karena perusahaan menyamaratakan tanggal 1 sampai tanggal 30 pada perhitungan di bulan yang sama.

61 Disini terlihat bahwa kesalahan perhitungan perusahaan terulang kembali pada perhitungan penyusutan kendaraan karena perusahaan tidak melakukan perhitungan sesuai aturan akuntansi yang berlaku. Sebagai contoh : Nama Aset : Suzuki Carry B 9844 WJ Tanggal Perolehan : 21 September 2012 Cost : Rp. 62,000,000 Masa manfaat : 4 Tahun atau 50% Metode Penyusutan : Double declining balance Perhitungan : 4/12 x Rp. 62,000,000 x 50% = Rp. 10,333,333.33 Untuk perhitungan aset tetap kendaraannya, perusahaan menggunakan double declining balance method atau metode saldo menurun berganda yang mana akan membuat biaya penyusutan besar di tahun tahun awal. Dan perusahaan menggunakan metode penyusutannya tidak secara konsisten pada 1 metode saja. Perhitungan yang benar menurut aturan akuntansi aset tetap yaitu sebagai berikut : Suzuki Carry B 9844 WJ = 3/12 x Rp. 62,000,000 x 50% = Rp. 7,750,000 Perhitungan yang dilakukan perusahaan : Rp. 10,333,333.33 Perhitungan yang benar : Rp. 7,750,000 - Selisih : Rp. 2,583,333.333 Terlihat perbedaannya dan selisihnya sebesar 2,583,333.333 jika perusahaan secara terus menerus mengunakan metode yang salah maka akan fatal untuk keberlangsungan perusahaan karena biaya penyusutan akan besar di tahun tahun awal.

62 4.4.2 Pengeluaran Selama Masa Manfaat Selama masa manfaat suatu aset, tentunya perusahaan membutuhkan biaya biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kelangsungan hidup aset tersebut, seperti reparasi, penambahan, dan/atau peningkatan kualitas aset. Reparasi biasanya dilakukan oleh perusahaan apabila suatu aset mengalami penurunan fungsi dari yang semestinya. Selain reparasi perusahaan juga melakukan perawatan/pemeliharaan (maintenance), yakni aktivitas rutin yang dilakukan perusahaan guna memelihara fungsi/kinerja yang diberikan oleh aset dalam membantu kegiatan operasional dan produksi perusahaan. Hal ini sudah biasa terjadi karena PT Bhineka Ciptabahana Pura adalah perusahaan jasa konstruksi yang mengandalkan banyak mesin sehingga perusahaan harus siap dalam mengatasi jika terjadi kerusakan pada peralatan/mesin tersebut. 4.5 Penurunan Nilai Aset Tetap Untuk melihat dan menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, perusahaan perlu menerapkan PSAK No.48: Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Tetapi PT Bhineka Ciptabahana Pura tidak menggunakan perhitungan untuk penurunan nilai tiap tiap aset tetap yang dimilikinya. 4.6 Pelepasan Aset Tetap Aset tetap yang telah disusutkan secara penuh dengan masa manfaat yang telah habis maka akan operasinya akan dihentikan dan diganti dengan aset baru yang sejenis maupun tidak sejenis selama aset baru tersebut mampu menunjang kegiatan usaha perusahaan. Suatu aset harus dihentikan penggunaannya apabila aset tersebut sudah tidak memberikan manfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang.

63 Berikut adalah penghentian aset yang dilakukan oleh PT Bhineka Ciptabahana Pura atas Alphard B 8060 KV dengan harga perolehan Rp.504,900,000. Alphard tersebut memiliki harga jual sebesar Rp. 285,000,000, masa manfaat 4 tahun, harga perolehan tahun 2004 dan tidak memiliki nilai sisa. Apabila suatu aset tidak memiliki nilai sisa berarti akumulasi depresiasi adalah sebesar harga perolehan yaitu Rp.504,900,000. Dengan kata lain, Alphard tersebut telah disusutkan secara penuh hingga masa manfaat telah berakhir. Maka jurnal yang perlu dicatat oleh perusahaan terkait pengakuan penghentian aset tetap adalah sebagai berikut: Akumulasi depresiasi Kendaraan 504,900,000 Kendaraan Alphard 504,900,000 Untuk aset tetap yang sudah dihentikan penggunaannya tapi depresiasi belum habis (belum disusutkan secara penuh) maka aset tersebut tidak akan memberikan keuntungan bagi perusahaan pada saat aset tersebut dilepaskan kepemilikannya karena aset tersebut sudah tidak memberikan kontribusinya kepada perusahaan dan sudah tidak memberikan manfaat kepada perusahaan dan adanya biaya biaya depresiasi aset tersebut yang masih harus dikeluarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang serta semakin menurunnya nilai aset tersebut bahkan terdapat kemungkinan aset tersebut tidak memiliki nilai jual. 4.7 Penyajian Aset Tetap Aset tetap akan disajikan pada laporan keuangan / neraca (laporan posisi keuangan). Pada laporan posisi keuangan, aset yang dimiliki oleh perusahaan (aset lancar dan tidak lancar) disajikan secara terpisah. Perusahaan menyajikan terlebih dahulu aset aset yang memiliki sifat likuiditas cepat, selanjutnya perusahaan menyajikan aset tidak lancar (aset tetap).

64 Nilai aset tetap yang disajikan pada laporan posisi keuangan merupakan nilai bersih atas aset aset tetap tersebut pada tahun pelaporan yang disebut dengan nilai buku, yakni setelah harga perolehan dikurangi beban penyusutan. 4.8 Pengungkapan Aset Tetap Pembaca laporan keuangan pastinya membutuhkan data yang jelas terkait aktivitas aktivitas perusahaan. Setiap perusahaan dengan wajar mengungkapkan kebijakan kebijakan terkait aset tetap dalam laporan keuangannya dengan tujuan pembaca laporan keuangan dapat memahami bagaimana perusahaan melakukan pengakuan, pengukuran, penyusutan, penyajian, dan pengungkapan aset tetap. Berikut adalah catatan atas laporan keuangan PT. Bhineka Ciptabahana Pura dalam laporan keuangan perusahaan terkait dengan aset tetap: Berikut ini adalah kriteria pengungkapan aset tetap sesuai PSAK No. 16 terkait perusahaan: Tabel 9 Kriteria pengungkapan aset tetap sesuai PSAK No. 16 Kriteria pengungkapan sesuai PSAK No. 16 Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto Metode penyusutan yang digunakan Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode Kriteria yang sudah diterapkan perusahaan Perusahaan hanya menerapkan metode cost model (model biaya) Perusahaan menggunakan metode penyusutan straight line dan double declining method Perusahaan telah mengestimasi umur manfaat dengan benar Perusahaan belum melakukan uji penurunan nilai dan belum menerapkan penurunan nilai aset perusahaannya

65 Berikut ini adalah ketentuan ketentuan aset tetap yang tertera pada PSAK No. 16 terkait perusahaan : Tabel 10 Pernyataan PSAK No. 16 Terkait Perusahaan No. Ya Tidak 1. 06. Aset tetap adalah aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. 2. Pengakuan 07. Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika: (a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut; dan (b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. 3. Pengakuan Awal 15. Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. 4. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal 29. Entitas memilih model biaya dalam paragraf 30 atau model revaluasi dalam paragraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. 5. Model Biaya 30. Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

66 6. Penyusutan 44. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. 7. 49. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. 8. Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan 51. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. 9. 52. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. 10. Metode Penyusutan 61. Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset oleh entitas. 11. 62. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset direview minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan 12. Kompensasi untuk Penurunan Nilai 65. Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan dimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakui menjadi piutang. Tidak ada revaluasi Tidak ada

67 13. PENGHENTIAN PENGAKUAN 67. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: (a) dilepas; atau (b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. 14. 68. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK 30: Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik). Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. 15. 72. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut.

68