PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

dokumen-dokumen yang mirip
Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PERENCANAAN UNIT PRE-TREATMENT AIR LIMBAH INDUSTRI SPARE PART KENDARAAN BERMOTOR

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 4 PAKET INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT KAPASITAS 30 M 3 PER HARI. 4.1 Lokasi dan Kapasitas IPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

UJI COBA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI AIR BAKU UNTUK PDAM DANAU TELOKO DAN TELUK GELAM DI KAYU AGUNG KABUPATEN OKI PROPINSI SUMATERA SELATAN

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB 11 CONTOH PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN IPAL DOMESTIK KAPASITAS 150 M 3 PER HARI

Sewage Treatment Plant

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENJERNIHAN AIR DENGAN METODE SEDIMENTASI

BAB III BAHAN DAN METODE

PERBANDINGAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DAN ALUM (TAWAS) DALAM MEMPERTAHANKAN ph PADA AIR SUNGAI BELAWAN DI PDAM HAMPARAN PERAK TUGAS AKHIR

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB IV METODE PENELITIAN

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PROSES RECOVERY LOGAM Chrom DARI LIMBAH ELEKTROPLATING

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN EFLUEN REAKTOR FIXED BED SECARA KOAGULASI

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

Pedoman Operasi & Pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal di Kabupaten Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB IV PILOT PLANT PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN JEAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES PENGENDAPAN KIMIA DENGAN PROSES BIOFILTER TERCELUP ANAEROB-AEROB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F193

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-272

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN KOAGULAN PADA UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH BATUBARA

Kelompok 3. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RSUP dr.sardjito

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGOLAHAN AIR SUNGAI/GAMBUT SEDERHANA

Transkripsi:

BAB IV PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK 4.1. Penentuan Dosis Bahan Kimia (Untuk Proses Koagulasi Flokulasi) 4.1.1. Jar Test Proses pengolahan limbah secara Koagulasi Flokulasi didasari dengan suatu penetian yang disebut jar test. Jar Test adalah suatu metode untuk menentukan bahan kimia (coagulant dan flocculant) yang paling sesuai untuk aplikasi limbah tertentu sekaligus menentukan dosis yang optimal. Aplikasi flocculant dan coagulant yang tepat dapat membantu mengurangi kekeruhan air buangan. Prinsip koagulasi yang dikombinasikan dengan flokulasi yang tepat dapat mengurangi suspended solid secara siknifikan. Dengan test ini akan diperoleh hasil terbaik dengan biaya minimal. Perbedaan geografis menghasilkan sumber air yang tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lain. Demikian pula produk yang dihasilkan oleh suatu pabrik berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan limbah yang dihasilkan juga berbeda-beda antara pabrik satu dengan pabrik yang lain. Jar Test sangat diperlukan untuk mengetahui jenis bahan kimia (flocculant dan coagulant) yang paling sesuai dengan cost yang paling efisien dan hasil yang optimal. 103

Pelaksanaan jar test untuk penentuan dosis bahan kimia (coagulant dan flocculant) limbah PT. United Tractors Tbk ini telah dilakukan dua kali. Jar test pertama dilaksanakan pada saat melakukan disain IPAL, dan digunakan sebagai dasar pemilihan teknologi pengolahannya. Jar test kedua dilaksanakan di IPAL secara langsung saat melakukan start-up IPAL. Secara detil hasil jar test dan foto-foto pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut: 4.1.2. Prosedur Jar Test Jar test dipergunakan untuk mengetahui dosis dan chemical (flocculant/coagulant) yang paling sesuai untuk diaplikasikan di sistem. 1. Siapkan larutan/solution dari chemical (flocculant dan coagulant) yang akan diseleksi. 2. Ukur 500 ml (atau 1000 ml) sampel, masukkan ke dalam masing-masing beaker glass. 3. Hidupkan agitator/pengaduk dengan kecepatan rendah (20 rpm) 4. Tambahkan asam untuk menurunkan ph sampai nilai tertentu. 5. Siapkan coagulant yang akan diseleksi. 6. Masukkan coagulant ke dalam beaker glass no. 2,3 dan 4 dengan dosis tertentu dengan menggunakan syringe. Beaker glass no 1 sebagai blank. 7. Naikkan putaran agitator menjadi 100 rpm, tunggu 1 3 menit sambil diamati terjadinya pembentukan floc. 104

8. Tambahkan kapur untuk menaikkan ph sampai nilai tertentu. 9. Hentikan agitator, amati flok yang terbentuk terutama mengenai ukuran, keseragaman, dan kecepatan terbentuknya floc pada step 6. Bandingkan dengan blank pada beaker glass no. 1. 10. Pilih yang paling sesuai dan paling optimal. 11. Langkah 1-8 diulang- ulang sampai diperoleh coagulant yang paling sesuai. 12. Hidupkan kembali agitator dengan kecepatan 30 rpm. 13. Masukkan ke dalam masing-masing beaker glass flocculant yang akan diseleksi dengan dosis tertentu dengan menggunakan syringe. 14. Setelah 3 menit dan floc-floc dengan ukuran lebih besar sudah terbentuk, matikan agitator. 15. Keluarkan beaker glass, dan diamkan selama 5-10 menit. 16. Amati kecepatan pengendapan dan ukuran flok yang terbentuk serta kejernihan dari air yang diperoleh. 17. Pilih yang paling sesuai dan paling optimum. 18. Ulangi sampai diperoleh hasil yang optimum. 19. Dosis yang digunakan divariasikan antara coagulant dan flocculant. 4.1.3. Pelaksanaan Jar Test /Sampling Limbah Sampel jar test ke I diambil tgl. : 10 Mei 2007. Pengambil sampel : Tim UPJTL, PT. United Tractors Tbk, dan PT. Kurita Sumber limbah : PT. United Tractors Tbk, Komponen limbah : TSS, Oli, pelarut kimia. 105

Warna : limbah coklat tua kemerahan. Gambar 4.1 : Sampel Air Limbah Segar Di Unit Equalisasi Yang Akan Di Jar Test 4.1.4. Hasil Jar Test : Tahap awal pelaksanaan jar test adalah untuk seleksi jenis chemical (coagulant dan flocculant) yang paling sesuai untuk limbah PT. United Tractors Tbk. Bahan kimia yang telah dipakai/uji cobakan untuk proses koagulasi dan flokulasi adalah : poly aluminium chloride (PAC), tawas (alum), zeta ace C-502, zeta ace C-504, kuriflok PA- 322 dan bahan pengatur ph (larutan NaOH). Gambar-gambar 106

berikut menunjukkan perbedaan hasil dari masing-masing bahan yang digunakan dalam jar test tersebut. Gambar 4.2 : Foto Hasil Jar Tes Keterangan: 1. Zeta ace 502, 750 ppm + kuriflok 5 ppm, 2. Zeta ace 502, 500 ppm + kuriflok 5 ppm, 3. Zeta ace 502, 500 ppm + kuriflok 10 ppm, Gambar 4.3 : Foto Hasil Jar Tes Keterangan : 1. Zeta ace 502, 250 ppm + kuriflok 10 ppm + NaOH 80 ppm, 2. Zeta ace 502, 400 ppm + kuriflok 10 ppm + NaOH 80 ppm. 4. Zeta ace 502, 1.000 ppm + kuriflok 10 ppm. 107

Gambar 4.4 :Foto Hasil Jar Tes Keterangan: 1. Tawas 500 ppm + kuriflok 10 ppm + NaOH 80 ppm, 2. Tawas 1.000 ppm + kuriflok 10 ppm + NaOH 80 ppm. Gambar 4.5 : Foto Hasil Jar Tes Keterangan: 1. Zeta ace 504, 100 ppm + kuriflok 10 ppm, 2. Zeta ace 504, 250 ppm + kuriflok 10 ppm, 108

Gambar 4.6 : Foto Hasil Jar Tes Keterangan: 1. Zeta ace 504, 400 ppm + kuriflok 10 ppm, 2. Zeta ace 504, 500 ppm + kuriflok 10 ppm, 109

4.1.5. Dosis Bahan Kimia Berdasarkan seleksi chemical di atas, dicoba untuk dilakukan optimasi dosis dengan hasil optimal sebagai berikut : Tabel 4.1 : Dosis Bahan Kimia Keterangan Baker 1 (ppm) Baker 2 (ppm) Zeta ace C-504, 400 500 Kuriflok PA-322 10 10 Pengatur ph -- -- Performance Flok besar-besar, Warna jernih, endapan bagus dan cepat mengendap, filtrat bersih. Flok besar-besar, Warna kurang jernih, endapan bagus dan cepat mengendap, filtrat kurang bersih. 4.1.6. Kesimpulan Jar Test Dari Jar Test yang sudah dilakukan dengan data-data di atas, diperoleh hasil sebagai berikut : Kombinasi antara koagulant zeta ece C-504 dengan dosis 400 ppm dan kuriflok PA-322 dengan dosis 10 ppm tanpa ada pengaturan ph lagi dapat memberikan hasil yang optimum. 110

4.1.7. Konsumsi Bahan Kimia dan Biayanya Dengan kondisi limbah yang seperti saat ini (saat dilakukannya jar test) biaya yang diperlukan untuk bahan kimia per meter kubik limbah adalah Rp. 2.765/m 3. Jika terjadi perubahan karakteristik dari limbah yang diolah, maka dapat merubah kebutuhan bahan kimia yang diperlukan. Chemical Tabel 4.2 : Konsumsi dan Biaya Bahan Kimia Dosis, ppm Konsumsi, Kg/m 3 Harga, Rp./Kg Cost, Rp./m 3 Zeta ace C-504 400,0 5.900 2.360 Kuriflok PA-322 10,0 32.000 320 Asam/ basa -- -- -- -- Kaporit 5,0 17.000 85 Total kebutuhan biaya bahan kimia 2.765 111

4.2. Persiapan Pembuatan Larutan 4.2.1. Pembuatan Larutan Koagulan (Tawas, PAC, Zeta ace) a. Timbang serbuk PAC sebanyak 2 kg, b. Masukkan serbuk PAC ke dalam ember. c. Larutkan serbuk PAC tersebut dalam air sampai habis (dengan air bersih). d. Masukkan larutan PAC ke dalam tangki kimia I, e. Bilas ember tempat melarutkan serbuk PAC dengan air bersih, f. Masukkan air bilasan ember tersebut ke dalam tangki kimia I, g. Tambahkan air ke dalam tangki kimia I tersebut hingga mencapai 100 lt. h. Aduk larutan hingga merata. i. Untuk bahan tawas/alum lakukan hal yang sama. j. Untuk larutan zeta ace tidak perlu dilarutkan/ masukkan secara langsung ke dalam tangki kimia. 4.2.2. Pembuatan Larutan Kaporit a. Timbang serbuk kaporit sebanyak 2 kg, b. Masukkan serbuk kaporit ke dalam ember. c. Larutkan serbuk kaporit tersebut dalam air sampai habis (dengan air bersih). d. Masukkan larutan kaporit ke dalam tangki kimia I, e. Bilas ember tempat melarutkan serbuk kaporit dengan air bersih, 112

f. Masukkan air bilasan ember tersebut ke dalam tangki kimia I, g. Tambahkan air ke dalam tangki kimia hingga mencapai 100 lt. h. Aduk larutan hingga merata. i. Larutan siap digunakan. 4.2.3. Pembuatan Larutan Kuriflok PA-322 a. Timbang serbuk kuriflok PA-322 sebanyak 100 gram, b. Masukkan serbuk kuriflok PA-322 ke dalam ember, c. Larutkan serbuk tersebut dalam air sampai habis (dengan air bersih), d. Masukkan larutan ke dalam tangki kimia II, e. Bilas ember tempat melarutkan serbuk kuriflok dengan air bersih, f. Masukkan air bilasan ember tersebut ke dalam tangki kimia II, g. Tambahkan air ke dalam tangki kimia II tersebut hingga mencapai 100 lt. h. Aduk larutan hingga merata. i. Larutan sudah siap digunakan. 4.3. Setting Pompa (Untuk Proses Koagulasi Flokulasi) 4.3.1. Pompa Feed Proses Fungsi untuk mengatur debit limbah yang akan diproses dengan menggunakan 2 kran pengatur aliran. 113

Cara mengukur debit : Dengan menampung limbah yang terpompa ke tangki reaktor Chemical Treatment (Q feed) per lima detik. Perhitungan : Rumus : Qfeed ol liter detik detik menit menit jam m liter Vol = Volume limbah yang terpompa ke tangki Chemical Treatment. (litert/5 detik) Q feed = Debit limbah yang diproses. (m 3 /jam) Setting Proses adalah 1,0 m 3 /jam = Konversi ke detik : 1.000 liter/jam. Q feed = 1,0 m 3 /jam = 1.000 liter/jam. Q detik. liter jam jam menit menit detik = 1,39 liter/ 5 detik 114

Jadi debit pompa feed proses (Q feed ) harus di atur menjadi 1,39 liter/ 5 detik. Pengaturan dapat dilakukan dengan mengatur kran yang ada pada kedua sisi pipa pompa. 4.3.2. Pompa Feed Larutan Zeta Ace C-504 (P zt) Konsentrasi Larutan Zeta Ace (C Zt ) = 100 %. Kebutuhan Zeta Ace untuk proses (B. Zt ) = 400 ppm (400 mg/liter) Q feed = 1,0 m 3 /jam = 1.000 liter / jam. Kebutuhan Zeta Ace untuk proses (B. Zt ) / jam = 400 mg/liter x 1.000 liter/jam = 400.000 mg/ jam. = 400 gram / jam. Menghitung debit pompa zeta ace (Q. P Zt ) : B. Zt = C Zt x Q. P Zt 400 g /jam = 1.000 gram x Q. P Zt liter Q. P Zt = 400 gram x 1 liter jam 1.000 gram 115

= 0,4 liter /jam = 0,4literx 1.000 ml x 1 jam jam liter 60 menit = 6,67 ml/ menit. 4.3.3. Pompa Feed Larutan Kuriflok PA-322 (P Kr ) Konsentrasi Larutan (C. Kr) = 0,1 %. (1 g/ lt) Kebutuhan kuriflock untuk proses (B. Kr ) = 10 ppm (10 mg/liter) Q feed = 1,0 m 3 /jam = 1.000 liter / jam. Kebutuhan kuriflock untuk proses (B. Kr ) / jam = 10 mg/liter x 1.000 liter/jam = 10.000 mg/ jam. = 10 g /jam. Menghitung debit pompa kuriflock (Q. P Kr ) : B. Kr = C Kr x Q. P Kr 10 g /jam = 1 g x Q. P Kr liter 116

Q. P Kr = 10 g x 1 liter jam 1 gram = 10 liter /jam = 10literx 1.000 ml x 1 jam jam liter 60 menit = 166,67 ml / menit. 4.4. Perawatan IPAL Agar IPAL ini dapat beroperasi dengan baik dan tidak banyak menemui kendala dalam operasionalnya, maka unit ini memerlukan beberapa perawatan dan beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : Hindari sampah padat (plastik, kain, batu, dll) yang masuk ke dalam bak pengumpul. Diusahakan sedapat mungkin untuk mencegah masuknya sampah padat ke dalam sistem IPAL. Bak kontrol harus dibersihkan secara rutin minimal satu minggu sekali atau segera jika terjadi penyumbatan oleh sampah padat. Angkat lumpur di bak pengendap lumpur di cuci unit minimal satu minggu sekali. Menghindari masuknya zat-zat kimia yang bersifat asam kuat atau basa kuat yang dapat menggaggu proses koagulasi 117

flokulasi, sebab di unit ini tidak dilengkapi dengan sistem kontrol ph. Perlu pengurasan lumpur di dalam Bak ekualisasi dan bak pengendapan awal secara periodik untuk menguras lumpur yang tidak dapat terurai secara biologis. Biasanya dilakukan 24 bulan sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan. Perlu perawatan rutin terhadap pompa pengumpul, pompa air limbah, pompa sirkulasi serta blower yang dilakukan sesuai dengan brosur setiap unit peralatan yang ada. Perlu perawatan rutin terhadap flow meter. Flow meter yang digunakan adalah type rotary dimana didalamnya ada balingbaling kipas yang akan berputar jika ada aliran air. Apabila flowmeter mengalami gangguan, maka putaran baling-baling kipas akan lambat sehingga pembacaan flow meter lebih rendah dari angka aslinya. Salah satu penyebabnya adalah tumbuhnya lumut atau lapisan film pada baling-baling flow meter. Untuk itu perlu dilakukan pembersihan setiap 6 bulan sekali. 4.5. Permasalahan Yang Mungkin Timbul dan Cara Penanganannya Berikut ini adalah tabel uraian penjelasan tentang bagaimana cara untuk menangani permasalahan yang mungkin timbul di IPAL. 118

Jenis Permasalahan Bak penampung atau bak kontrol air limbah luber. Aliran air limbah ke dalam reaktor lambat atau pelan. Blower udara di bak aerobik bekerja namun tidak mengeluarkan hembusan udara. Blower udara di bak aerobik tidak bekerja. Terjadi pengapungan di bak aerobik Kualitas air limbah hasil olahan tidak memenuhi baku mutu lingkungan Air olahan yang keluar masih bau Penyebab Pompa pengumpul air limbah tidak berjalan atau saringan buntu. Pompa air limbah di dalam bak ekualisasi kurang lancar, tersumbat kotoran. Pipa saluran udara bocor Listrik tidak mengalir. Udara kurang. Proses peruraian limbah berkurang karena aktifitas mikroba melemah. Hembusan udara di unit aerobik kurang. debit air limbah melebihi kapasitas IPAL. Mikroba dalam IPAL belum tumbuh. Suplai udara kurang, debit air limbah melebihi kapasitas IPAL. 119 Cara mengatasi Cek aliran listrik pompa, cek posisi pelampung otomatis pompa, bersihkan saringan dari kotoran-kotoran Cek pompa air limbah, cek saringan air limbah, Jika tersumbat harus dibersihkan. Lepas pipa, dan kemudian sambung lagi sampai tidak bocor. Cek instalasi kelistrikan ke blower. Cek aliran distributor udara dari blower. Atur debit air limbah ratarata sesuai dengan kapasitas. Periksa blower dan pipa pengeluaran udara. Apabila terjadi kebocoran, perbaiki. Tunggu sampai dengan proses start-up selesai. Cek blower sudah bekerja dengan baik atau tidak.

Lanjutannya Level air saluran cuci unit naik Oli di bak pemekat oli terikut kembali ke oil trap Pompa oli tidak berfungsi dengan baik Ipal tidak dioperasikan. Pompa di bak pengumpul limbah cuci unit dalam posisi off. Bak pengendap sudah penuh lumpur, sehingga air tidak mengalir. Saringan air di bak pengumpul tersumbat sampah. Waktu tinggal di bak pemekat kurang, sehingga air dan oli belum terpisah. Setting level kontrol kurang pas (posisi off kurang tinggi). Jumlah oli sudah terlalu banyak di bak pemekat. Aliran listrik tidak ada. Motor berputar, tetapi impeler pompa tidak berputar (terjadi slip). Operasikan IPAL. Hidupkan pompa transfer limbah cuci unit ke IPAL Angkat lumpur yang ada di bak pengendap Bersihkan saringan limbah ke bak pengumpul dari kotoran. Tunggu beberapa saat lagi baru dilakukan pemompaan lagi. Setting kembali level kontrol agar lapisan atas yang berupa oli tidak terpompa kembali ke oil trap. Jika jumlah oli sudah banyak, segera pindahkan ke dalam drum oli. Cek kondisi kelistrikkan pompa. Cek / Setting level kontrol kembali. Ada kotoran didalam geer pompa oli sehingga motor tidak kuat untuk memutar. 120

Lanjutannya.. Tidak terjadi flok di reaktor Terbentuk busa di reaktor Jarum flow meter tidak berjalan Bahan kimia tidak terpompa Komposisi bahan kimia kurang tepat Sedang terjadi kegiatan cuci dengan deterjent Impeler flow meter terhambat benda keras. 121 Cek arus listrik. Cek lampu indicator pompa dosing Cek setting stroke dan setting frekvensi pompa dosing. Cek valve inlet di dalam larutan Cek injektor outlet pompa dosing. Keluarkan kandungan udara di dlm body pompa. Kuras saluran selang pompa dosing dengan air bersih. Atur kembali komposisi bahan kimia (koagulant dan flokulant) maupun debit limbahnya. Jika busa tidak banyak tidak mengganggu proses. Jika busa mengganggu proses, maka dapat ditambahkan anti form. (Selama ini belum muncul gangguan akibat busa). Cek aliran limbah. Buka fleng flow meter, cek kondisi impeler. Tes dengan memutar impeler.