BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman yang modern ini, pembelajaran pada umumnya menitikberatkan pada cara belajar siswa aktif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang telah berusaha

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NURHASANAH 1), Eka WARNA 1), dan HARIZON 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas salah satunya dalam bidang dasar dan pengukuran listrik.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini. Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam sebuah Negara. dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Karena itu negara harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. yang lain. Kedua kegiatan tersebut merupakan proses pembelajaran. Dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa dituntut untuk lebih aktif

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mengatasi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang memuat standar nasional pendidikan yang terdiri dari delapan standar nasional pendidikan yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan delapan standar pendidikan nasional dilakukan secara berencana dan berkala. Penetapan Standar Proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan (Sanjaya, 2006). Dengan ditetapkannya standar proses menjadi standar nasional pendidik maka guru menjadi kompenen yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan, karena guru berhubungan lansung dengan siswa. Oleh karena itu setiap guru seharusnya dapat merencanakan dan menentukan bagaimana proses pembelajaran yang akan berlansung sehingga proses pembelajaran tersebut dapat membantu siswa dalam menguasai konsep yang diberikan secara benar. Dari hasil wawancara dengan siswa X IPA di SMA Budi Murni 1 Medan didapatkan bahwa kesulitan siswa terletak pada banyaknya rumus fisika yang harus dihafal. Tetapi ada juga yang sulit dalam pemahaman materi dan soal, sehingga jika soal diubah dalam bentuk lain maka siswa tidak akan mampu mengerjakannya. Guru menjelaskan fisika hanya sebatas produk dan sedikit proses. Salah satu penyebabnya adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas fisika tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Pencapaian ketuntasan hasil belajar harus mengalami pembelajaran remedial dan bahkan ada sampai tiga kali proses remedial dan hal ini berlangsung

2 di tiap semester. Media pembelajaran yang jarang digunakan, tergantung topik pembelajaran sehingga siswa kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran, masalah perhitungan juga menjadi kendala bagi siswa sehingga saat siswa tahu akan ada pelajaran fisika, siswa terlebih dahulu kehilangan minat dan motivasinya untuk belajar Fisika sehingga mereka merasa bosan saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini disebabkan dalam prosesnya, pembelajaran fisika berpusat pada guru dan bersifat transfer pengetahuan dari guru ke siswa saja sehingga pembelajaran pun hanya diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi (Karim et al, 2007). Siswa dipaksa untuk mengingat berbagai informasi tanpa memaknai informasi yang didapatkannya, akibatnya ketika siswa lulus dari sekolah, mereka tidak mengetahui makna dari teori yang dihafanya tersebut. Hal ini mengakibatkan rendahnya berfikir kritis siswa untuk memahami konsep fisika. Dalam merencanakan proses pembelajaran yang akan berlangsung, guru terlebih dahulu melakukan kajian materi yang akan disampaikan. Kemudian menentukan model pembelajaran dan pendekatan yang akan digunakan sesuai dengan karekteristik materi yang akan disampaikan tersebut. Dengan demikian guru dituntut untuk menguasai tidak hanya satu model dan pendekatan pembelajaran, karena setiap materi mempunyai karakteristik yang berbeda maka model dan pendekatan pembelajaran yang digunakan juga berbeda. Selain itu penggunaan model dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini penting dilakukan karena minat siswa dalam mengikuti pembelajaran akan mempengaruhi keinginan siswa dalam mempelajari dan memahami konsepkonsep yang diberikan. Dengan semakin tinggi minat siswa terhadap pelajaran fisika diharapkan semakin baik penguasaan konsep fisika siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap bekerja diantara sesama dalam bentuk kerja kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari 2 orang atau lebih yang keberhasilannya dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengetengahkan realita

3 kehidupan yang dirasakan dan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya dengan bentuk yang disederhanakan di dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran yang dikembangkan atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah dan lebih cepat memahami dan mengerti pelajaran melalui belajar dengan teman sebayanya dan di bawah bimbingan guru. Slavin (2009) menegaskan pembelajaran kooperatif menerapkan pentingnya kerja sama untuk mencapai hasil yang optimal. Selain itu, Isjoni (2010) mengatakan pembelajaran kooperatif juga membantu siswa dalam memahami konsep, berfikir kritis, bekerja sama dan saling membantu antar teman. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadap hubungan sosial yang yang berkualitas dan dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif ini merupakan model pembelajaran yang dikembangkan atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila siswa dapat mendiskusikan masalah itu dengan teman. Model pembelajaran STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Tipe ini dikembangkan oleh Slavin, tipe ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009) Berdasarkan KTSP materi listrik dinamis merupakan pokok bahasan yang diberikan pada siswa kelas X semester 2. Pembelajaran listrik dinamis pada umumnya dilakukan dengan metode ceramah dan penyelesaian soal baik dikerjakan secara bersama di papan tulis oleh guru atau siswa maupun dikerjakan sendiri oleh siswa sebagai latihan. Akibatnya siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal rutin sesuai dengan contoh yang diberikan. Jika soal yang diberikan berbeda dengan tipe soal yang diberikan dalam contoh maka siswa merasa

4 kesulitan untuk menyelesaikannya. Siswa kurang terampil dalam mentransfer pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ketika menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Listrik dinamis merupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pembelajaran fisika. Konsep ini diperkenalkan kepada siswa sejak duduk di bangku sekolah dasar. Namun demikian, pada kenyataannya tidak sedikit siswa mengalami kesulitan terutama dalam mengaplikasikan konsep listrik dalam berbagai permasalahan. Hal ini dikarenakan di sekolah, siswa menerima konsep listrik dengan mendengarkan atau mencatat hukum-hukum yang berlaku yang diberikan oleh guru tanpa keterlibatan siswa secara langsung dalam menemukan hukum-hukum tersebut, sehingga pada saat siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membutuhkan analisis keadaan nyata pada kehidupan seharihari, siswa mengalami kesulitan untuk mememecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan penguasaan konsep listrik dinamis melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung penyelesaian masalah. Konsep-konsep listrik dinamis sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyalakan lampu, memanaskan air, memasak nasi dan lain sebagainya. Kenyataannya siswa tidak dapat menerapkan konsep-konsep listrik dinamis tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika lampu kamar mati maka mereka lakukan adalah mengganti lampu tersebut. Jika tetap tidak menyala, mereka mengatakan lampunya rusak. Padahal ini merupakan konsep yang sederhana yaitu, aliran arus terjadi pada loop tertutup, jika lampu tidak menyala ini berarti ada rangkaian lampu tersebut terbuka hal ini dapat disebabkan oleh kabel penghubung putus atau ada komponen yang lepas. Hal ini bisa ditelusuri dengan memeriksa atau mengukur kuat arus pada rangkaian tersebut. Oleh karena itu diperlukan model pengajaran fisika konsep-konsep listrik dinamis yang dapat menjembatani siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran yang melatih siswa

5 untuk memprediksi penyelesaian suatu masalah yang dihadapi, menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah, melakukan pengukuran kemudian membuat kesimpulan terhadap penyelesaian masalah melalui analisis hasil pengukuran. Melatih siswa untuk mengukur besaran-besar pada konsep listrik dinamis dengan menggunakan peralatan sederhana seperti multimeter yang biasa mereka lihat digunakan oleh tukang radio atau TV akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Merangkai peralatan praktikum dengan alat-alat yang mereka sering gunakan seperti baterei, kabel, dan lampu senter akan lebih menarik siswa untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan kajian literatur, kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut sesuai dengan model kegiatan laboratorium problem solving. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Efek Model Kooperatif Learning Tipe STAD Berbasis Metode Laboratorium Problem Solving Terhadap Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Konsep Listrik Dinamis Siswa Kelas X SMA Budi Murni 1 Medan 1.2. Identifikasi Masalah Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Kurangnya penggunaan model-model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar 2. Proses pembelajaran fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus. 3. Kurang optimalnya hasil belajar yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika. 4. Masih rendahnya aktivitas dan penguasaan konsep fisika siswa 5. Kurangnya usaha pengembangan aktivitas siswa yang menuntun siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep. 6. Jarangnya kegiatan laboratorium yang menitikberatkan problem solving

6 1.3. Batasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis metode laboratorium problem solving dan kooperatif tipe STAD 2. Belum maksimalnya aktivitas belajar siswa di dalam kelas dalam mengikuti proses belajar mengajar. Instrumen non tes aktivitas belajar siswa berupa lembar observasi 3. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep listrik dinamis secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest dengan butir soal essay. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1,C2, C3, dan C4 yaitu mengingat, memahami, menerapkan,dan menganalisis. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep listrik dinamis berbasis metode laboratorium problem solving terhadap aktivitas belajar dan peningkatan penguasaan konsep fisika siswa. Secara rinci rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep listrik dinamis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis metode laboratorium problem solving dan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD? 2. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang memiliki aktivitas siswa yang tinggi dan rendah?

7 3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis metode laboratorium problem solving dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas terhadap penguasaan konsep siswa 1.5 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis metode laboratorium problem solving terhadap aktivitas dan penguasaan konsep siswa. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk menelaah: 1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa yang memperoleh pembelajarannya kooperatif tipe STAD berbasis metode laboratorium problem solving dengan siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD 2. Untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep siswa yang memiliki aktivitas siswa yang tinggi dan rendah 3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis metode laboratorium problem solving dan pembelajaran tipe STAD dengan aktivitas siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis bagi dunia pendidikan, yaitu : Secara teoretis, hasil penelitian dapat memberi masukan positif mengenai pengaruh model pembelajaran dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji secara lebih mendalam tentang hasil penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

8 (1) bagi peneliti, hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menambah wawasan kependidikan khususnya pendidikan fisika sehingga ke depan dapat meningkatkan pelayanan dan akses pendidikan yang lebih baik kepada para peserta didik. (2) Memberikan gambaran bagi guru tentang efektifitas dan efisiensi penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui metode laboratorium problem solving terhadap aktivitas dan penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan listrik dinamis, yang nantinya dapat digunakan oleh guru.