TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM

dokumen-dokumen yang mirip
menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

No.17/18/DKEM Jakarta, 30 Juni 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

No.16/24/DKEM Jakarta, 30 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

No. 17/ 3 /DSta Jakarta, 6 Maret 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

No.18/6/DKEM Jakarta, 22 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

SURVEILLANCE GRUP KORPORASI Seminar Sehari dan Executive Round Table Konglomerasi Jasa Keuangan di Indonesia. JAKARTA, 13 Januari 2016

No.18/ 5 /DSta Jakarta, 6 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA DEBITUR UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/7/PBI/2008 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.17/8/PBI/2015 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MONETER

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

Oleh: Desmiza Dosen tetap Universitas Nasional Pasim Bandung Dosen Luar Biasa PAAP Universitas Padjadjaran ABSTRAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan ketiga atas Pera

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 1 /PBI/ 2010 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PERUSAHAAN BUKAN BANK DI INDONESIA. Perihal : Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/17 /DInt Jakarta, 29 April 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PERUSAHAAN BUKAN BANK DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/11/PBI/2012

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

S e p t e m b e r

Box 2 : Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah melalui Arus masuk Devisa (Peraturan Bank Indonesia No 13/20/PBI/2011 ttg Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/8/PBI/2015 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

S e p t e m b e r

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

S e p t e m b e r

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 14/ 21 /DPNP Jakarta, 18 Juli 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN. Kepada BANK, BADAN USAHA BUKAN BANK, DAN PERORANGAN DI INDONESIA. Perihal : Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri

No. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN. Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 22 /PBI/2011 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 13/ 1 /DInt Jakarta, 20 Januari 2011 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

2 Pengaturan moneter oleh Bank Indonesia dimaksudkan untuk mencapai dan memelihara kestabilan moneter, memastikan efektivitas kebijakan moneter, serta

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 37 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 15/27/DPNP Jakarta, 19 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO. 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA

FAQ TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL (SBK)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia te

No. 18/11/DEKS Jakarta, 12 Mei Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/KMK.017/2000 TENTANG

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Transkripsi:

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM PERIHAL PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI ini? A: Jumlah ULN swasta cenderung terus meningkat, bahkan saat ini telah melebihi jumlah ULN Pemerintah. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, jumlah ULN sektor swasta meningkat hampir tiga kali lipat, yaitu dari USD54,3 miliar pada akhir 2005 menjadi USD159,3 miliar pada akhir September 2014 atau mencapai 54,5% dari total ULN Indonesia. Hasil kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa ULN swasta tersebut rentan terhadap sejumlah risiko, terutama risiko nilai tukar (currency risk), risiko likuditas (liquidity risk), dan risiko beban utang yang berlebihan (overleverage risk). Risiko nilai tukar cukup tinggi karena sebagian besar ULN swasta digunakan untuk membiayai kegiatan usaha berorientasi domestik yang menghasilkan pendapatan dalam Rupiah sedangkan pembayaran ULN dilakukan dalam valuta asing (valas). Kerentanan terhadap risiko nilai tukar semakin tinggi karena minimnya penggunaan instrumen lindung nilai (hedging) di kalangan korporasi nonbank yang memiliki ULN. Di samping itu, risiko likuiditas juga cukup tinggi karena jumlah dan pangsa ULN swasta berjangka pendek terus meningkat. Sementara itu, terjadi peningkatan risiko overleverage yang terlihat dari semakin meningkatnya rasio utang terhadap pendapatan. Risiko ULN swasta semakin tinggi karena prospek perekonomian masih diliputi oleh berbagai ketidakpastian. Likuiditas global diperkirakan akan mengetat dengan tingkat suku bunga yang meningkat seiring berakhirnya kebijakan moneter akomodatif di negara-negara maju, khususnya di Amerika Serikat. Pada saat yang bersamaan, ekonomi negara-negara emerging market yang menjadi mitra dagang utama Indonesia diperkirakan masih akan mengalami perlambatan disertai dengan harga komoditas ekspor di pasar internasional yang masih rendah. Kondisi ini menyebabkan beban pembayaran ULN berpotensi meningkat, sebaliknya kapasitas membayar ULN berpotensi menurun. 2. Q: Apa tujuan dari diterbitkannya PBI ini? A: PBI ini bertujuan untuk memitigasi berbagai risiko yang ditimbulkan oleh ULN swasta, khususnya korporasi nonbank, yang dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya meningkat sangat pesat. Risiko-risiko tersebut berupa risiko nilai tukar (currency risk), risiko likuditas (liquidity risk), dan risiko beban utang yang berlebihan (overleverage risk). Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut dilakukan dengan memperhatikan praktek umum pengelolaan usaha agar kontinuitas kegiatan usaha dan kegiatan investasi tetap terjaga. 1

3. Q: Mengapa BI perlu mengatur prinsip kehati-hatian hatian atas ULN korporasi nonbank padahal saat ini jumlah korporasi nonbank peminjam ULN yang mengalami default sangat sedikit? A: Memang saat ini jumlah perusahaan yang default masih sangat sedikit. Namun demikian, shock negatif baik yang bersumber dari internal maupun eksternal, dapat meningkatkan risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang terjadi pada krisis 1997/1998 mengingat sebagian besar korporasi yang memiliki ULN belum melakukan upaya mitigasi risiko yang baik. 4. Q: Mengapa BI perlu mengatur kegiatan lindung nilai padahal beberapa korporasi non-bank saat ini sudah secara aktif melakukan kegiatan lindung nilai? A: Jumlah korporasi nonbank yang melakukan lindung nilai dan volume transaksi lindung nilai yang dilakukan masih terbatas. Berdasarkan data, sebagian besar korporasi nonbank tidak melakukan lindung nilai meskipun memiliki exposure risiko nilai tukar. Selain itu, PBI ini juga merupakan upaya standarisasi dari praktik lindung nilai yang harus dilaksanakan oleh seluruh korporasi nonbank yang memiliki ULN. 5. Q: Apa yang dimaksud dengan ULN dalam PBI ini? A: Yang dimaksud ULN dalam PBI ini adalah adalah utang Penduduk kepada bukan Penduduk dalam Valuta Asing (valas) dan/atau Rupiah, termasuk di dalamnya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 6. Q: Siapa saja yang diatur dalam PBI ini? A: Seluruh korporasi nonbank yang memiliki ULN dalam valas. Namun, penghitungan kewajiban valas korporasi yang diatur dalam PBI juga mencakup kewajiban valas kepada residen. 7. Q: Apakah PBI ini merupakan pembatasan ULN? A: PBI ini tidak dimaksudkan untuk membatasi ULN tetapi lebih ke arah memperkuat manajemen risiko korporasi nonbank dalam menghadapi berbagai ketidakpastian perekonomian global dan domestik ke depan. 8. Q: Prinsip kehati-hatian hatian dalam peraturan ini mencakup apa saja? A: Prinsip kehati-hatian dalam peraturan ini mencakup pemenuhan Rasio Lindung Nilai minimum, Rasio Likuiditas minimum, dan minimum Peringkat Utang (Credit Rating). 9. Q: Apa yang dimaksud dengan Rasio Lindung Nilai? A: Rasio Lindung Nilai adalah rasio jumlah nilai yang dilindungnilaikan terhadap selisih negatif antara: - Aset Valas terhadap Kewajiban Valas yang jatuh waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak akhir triwulan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio Lindung Nilai = [Aset Valas - Kewajiban Valas s.d 3 Bln] X (25%) - Aset Valas terhadap Kewajiban Valas yang jatuh waktu lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan ke depan sejak akhir triwulan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio Lindung Nilai = [Aset Valas - Kewajiban Valas 3 Bln s.d 6 Bln] X (25%) 2

10. Q: Apa yang dimaksud dengan Rasio Likuiditas? A: Rasio Likuiditas adalah rasio antara total Aset Valas yang memadai terhadap Kewajiban Valas yang akan jatuh tempo sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak akhir triwulan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: x 100% 11. Q: Apa yang dimaksud dengan Aset Valuta Asing? A: Aset Valuta Asing adalah aset dalam Valuta Asing yang digunakan dalam perhitungan Rasio Lindung Nilai dan Rasio Likuiditas. Aset Valas terdiri atas kas, giro, tabungan, deposito, piutang, persediaan, surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan (marketable securities), dan tagihan yang berasal dari transaksi forward, swap dan/atau option dalam valas yang dihitung berdasarkan posisi pada akhir triwulan. 12. Q: Apakah deposito valas yang akan jatuh waktu lebih dari 6 bulan ke depan dapat diperhitungkan sebagai Aset Valas? A: Ya. Seluruh deposito valas yang dimiliki Korporasi pada akhir triwulan laporan diperhitungkan sebagai aset tanpa melihat tanggal jatuh waktu dari deposito tersebut. 13. Q: Apakah seluruh piutang dapat diperhitungkan sebagai Aset Valas? A: Piutang yang diperhitungkan sebagai Aset Valas terdiri atas piutang usaha kepada Penduduk dan bukan Penduduk yang akan jatuh waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan ke depan sejak akhir triwulan dan atau lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan ke depan sejak akhir triwulan, bersifat jual putus atau tidak dapat dikembalikan. Tidak semua piutang usaha kepada Penduduk dapat diperhitungkan sebagai aset valas. Piutang usaha kepada Penduduk yang diperhitungkan sebagai Aset Valas harus memiliki kontrak atau perjanjian yang ditandatangani sebelum 1 Juli 2015. Piutang usaha kepada penduduk yang ditandatangani sejak 1 Juli 2015 dapat dihitung sebagai komponen Aset Valas sepanjang berkaitan dengan proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan Bank Indonesia. 14. Q: Apa persyaratan agar persediaan dapat diperhitungkan sebagai Aset Valas? A: Persediaan dapat diperhitungkan sebagai Aset Valas bila korporasi merupakan eksportir, yaitu korporasi yang memiliki rasio pendapatan ekspor terhadap pendapatan usaha lebih besar dari 50% pada 1 (satu) tahun kalender sebelumnya. 15. Q: Bagaimana cara pengakuan nilai persediaan dalam komponen Aset Valas yang dimiliki oleh korporasi eksportir? A: 1. untuk barang jadi/siap jual diperhitungkan 100% (seratus persen); 2. untuk barang setengah jadi/dalam proses diperhitungkan 50% (lima puluh persen); dan 3. untuk bahan baku diperhitungkan 25% (dua puluh lima persen); Nilai persediaan yang dapat diakui tersebut tidak termasuk perlengkapan dan peralatan 3

16. Q: Mengapa perlengkapan dan peralatan tidak diperhitungkan sebagai Aset Valas? A: Karena perlengkapan dan peralatan hanya merupakan faktor penunjang kegiatan produksi, dan tidak menjadi sumber pendapatan dalam kegiatan usaha biasa yang dapat menghasilkan Aset Valas. 17. Q: Apa yang dimaksud dengan marketable securities? A: Marketable securities adalah SSB yang dapat dengan mudah dijual/diubah menjadi kas sewaktu-waktu, memiliki harga pasar (market price) yang dapat diamati secara mudah (observable) dan termasuk dalam kategori yang diukur pada nilai wajar melalui labarugi, tersedia untuk dijual, dan dimiliki hingga jatuh tempo dengan sisa jatuh tempo < 6 bulan. Marketable securities mencakup debt instrument dan equity instrument. 18. Q Apa cakupan aset off balance sheet yang dihitung sebagai aset yang digunakan sebagai komponen dalam menghitung selisih negatif antara Aset Valas dan Kewajiban Valas? A: Aset off balance sheet yang diperhitungkan hanya mencakup transaksi forward, swap dan/atau option yang transaksinya dilakukan sebelum periode triwulan laporan. Dengan kata lain, transaksi forward, swap dan/atau option yang transaksinya dilakukan pada periode triwulan laporan tidak diperhitungkan sebagai komponen Aset Valas karena transaksi tersebut dilakukan untuk memenuhi Rasio Lindung Nilai minimum pada periode tersebut. 19. Q: Bagaimana cara perhitungan tagihan yang berasal dari transaksi forward, swap dan/atau option sebagai komponen Aset Valas? A: Tagihan yang berasal dari transaksi forward, swap dan/atau option dihitung sebagai Aset Valas sebesar nilai yang jatuh waktu sampai dengan 3 bulan ke depan dan/atau lebih dari 3 bulan sampai dengan 6 bulan ke depan sejak akhir triwulan. 20. Q: Apakah Cross Currency Swap (CCS) dapat diakui sebagai kegiatan lindung nilai dalam peraturan ini? A: Ya, dalam peraturan ini transaksi swap juga dapat berupa transaksi CCS, yaitu kontrak atau perjanjian antara dua pihak untuk mempertukarkan pembayaran bunga dan pokok yang memiliki denominasi mata uang yang berbeda 21. Q: Apa yang dimaksud dengan Kewajiban Valuta Asing? A: Kewajiban Valuta Asing adalah kewajiban dalam Valuta Asing yang digunakan dalam perhitungan Rasio Lindung Nilai dan Rasio Likuiditas. Adapun rincian Kewajiban Valuta Asing diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank. Kewajiban Valas merupakan seluruh kewajiban valas kepada penduduk maupun bukan penduduk termasuk kewajiban yang berasal dari transaksi forward, swap, dan/atau option yang akan jatuh waktu sampai dengan 3 bulan ke depan dan/atau lebih dari 3 bulan sampai dengan 6 bulan ke depan sejak akhir triwulan. 4

22. Q: Bagaimana jika tidak terdapat selisih negatif antara Aset Valas dengan Kewajiban Valas? A: Jika tidak terdapat selisih negatif, maka korporasi nonbank tidak memiliki kewajiban memenuhi Rasio Lindung Nilai minimum. 23. Q: Bagaimana jika selisih negatif antara Aset Valuta Asing dengan Kewajiban Valuta Asing lebih rendah dari threshold? A: Korporasi nonbank yang memiliki selisih negatif antara Aset Valuta Asing dengan Kewajiban Valuta Asing lebih rendah dari threshold, yaitu USD100.000,- atau ekuivalen, tidak diwajibkan memenuhi Rasio Lindung Nilai minimum. 24. Q: Bagaimana jika transaksi lindung nilai dalam rangka pemenuhan Rasio Lindung Nilai minimum dilakukan bukan dengan perbankan di Indonesia? A: Transaksi lindung nilai yang dilakukan bukan dengan perbankan di Indonesia setelah tanggal 1 Januari 2017 tidak dihitung sebagai pemenuhan atas kewajiban Rasio Lindung Nilai minimum maupun Rasio Likuiditas minimum. Tagihan yang timbul dari transaksi tersebut juga tidak dihitung sebagai Aset Valuta Asing. 25. Q: Apakah korporasi nonbank yang melakukan pencatatan laporan keuangan dalam mata uang Dolar AS (functional currency dalam Dolar AS) dikecualikan dari kewajiban Rasio Lindung Nilai? A: Korporasi nonbank dapat dikecualikan dari ketentuan Rasio Lindung Nilai bila korporasi tersebut memiliki: a. izin dari Kementerian Keuangan RI untuk melakukan pembukuan dalam mata uang Dolar AS; dan b. rasio ekspor terhadap pendapatan usaha pada 1 (satu) tahun kalender sebelumnya lebih besar dari 50% Namun demikian korporasi tersebut tetap harus memenuhi kewajiban Rasio Likuiditas minimum. 26. Q: Korporasi yang berorientansi ekspor telah memiliki natural hedge terhadap exposure valasnya. Dengan demikian,, bukankah kewajiban lindung nilai sebagai mana diatur dalam PBI ini justru dapat menyebabkan tambahan biaya yang tidak perlu bagi korporasi karena double/over-hedge? A: Dalam peraturan ini, persediaan yang dimiliki oleh korporasi eksportir, yaitu korporasi yang lebih dari 50% pendapatannya berasal dari ekspor, diperhitungkan sebagai Aset Valas. Piutang usaha juga diperhitungkan sebagai Aset Valas. Persediaan dan piutang usaha memiliki peran sangat besar dalam memberikan natural hedge kepada korporasi eksportir. Dengan dimasukkannya persediaan dan piutang usaha sebagai Aset Valas dalam ketentuan ini maka korporasi eksportir akan terhindar dari double/over-hedge. Selain itu, korporasi eksportir juga dapat dikecualikan dari kewajiban pemenuhan Rasio Lindung Nilai minimum bila korporasi tersebut memiliki izin untuk melakukan pembukuan dalam mata uang Dolar AS. 5

27. Q: Apa yang dimaksud dengan peringkat utang (credit rating)? A: Peringkat Utang (Credit Rating) adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya secara tepat waktu (credit worthiness). Dalam PBI ini, korporasi nonbank yang bermaksud melakukan ULN wajib memenuhi Peringkat Utang (Credit Rating) paling kurang setara yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia. Kewajiban ini berlaku bagi ULN yang ditandatangani atau diterbitkan sejak tanggal 1 Januari 2016, tetapi tidak berlaku bagi ULN valas yang merupakan refinancing (jika penambahan outstanding di bawah threshold tertentu), ULN valas untuk pembiayaanproyek infrastruktur yang diperoleh dari kreditor lembaga internasional (bilateral/multilateral), ULN valas untuk proyek infrastruktur Pemerintah Pusat dan Daerah, ULN valas yang dijamin oleh lembaga internasional (bilateral/multilateral), serta ULN valas berupa utang dagang (trade credit) dan utang lainnya (other loans). 28. Q: Jenis peringkat utang apa yang digunakan,, dan kapan peringkat tersebut dikeluarkan? A: Peringkat utang berupa peringkat yang masih berlaku atas korporasi dan/atau surat utang sesuai dengan jenis dan jangka waktu ULN dalam valas. Dengan kata lain, jika korporasi akan melakukan ULN dengan menerbitkan surat utang berjangka panjang maka Peringkat Utang yang harus disampaikan adalah Peringkat Utang jangka panjang. Masa berlaku peringkat utang atas korporasi (issuer rating) dan/atau surat utang (issue rating) paling lama 2 (dua) tahun setelah peringkat tersebut diterbitkan dan/atau ditetapkan. 29. Q: Apakah korporasi nonbank diperbolehkan menggunakan Peringkat Utang perusahaan induk untuk melakukan ULN kepada pihak lain selain induknya? A: Korporasi nonbank diperbolehkan menggunakan Peringkat Utang induk untuk melakukan perjanjian ULN kepada pihak lain bila: a. ULN tersebut dijamin oleh perusahaan induk; atau b. Korporasi tersebut baru beroperasi secara komersial kurang dari 3 (tiga) tahun. 30. Q: Peringkat utang apa yang dapat digunakan bila korporasi melakukan ULN dengan perjanjian kredit (Loan Agreement)? A: Korporasi harus menggunakan peringkat utang atas korporasi (issuer rating) 31. Q: Apa saja yang termasuk kreditor lembaga internasional (bilateral/multilateral)? A: Contoh lembaga internasional (bilateral/multilateral) antara lain International Finance Corporation (IFC), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Japan International Cooperation Agency (JICA), Asian Development Bank (ADB), dan Islamic Development Bank (IDB). Daftar contoh lembaga internasional dapat dilihat dalam lampiran II Surat Edaran ini 6

32. Q: Lembaga pemeringkat apa saja yang diakui oleh Bank Indonesia dalam pengaturan ini? A: Saat ini terdapat tiga lembaga pemeringkat dalam negeri dan lima lembaga pemeringkat luar negeri yang diakui oleh Bank Indonesia, yakni : Lembaga Pemeringkat Dalam Negeri Lembaga Pemeringkat Luar Negeri Nama Lembaga Pemeringkat PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) Fitch Ratings Indonesia Investment & Credit Rating Agency (ICRA) Indonesia Moody s Investors Service Standard & Poor s Fitch Ratings Japan Credit Rating Agency Rating and Investment Information Inc. Peringkat Setara id (idn) (Idr) Ba3 33. Q: Apakah korporasi dapat menggunakan peringkat utang selain dari lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia? A: Tidak. Korporasi Nonbank harus memiliki peringkat utang yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia. Adapun lembaga pemeringkat yang ingin dimasukkan dalam daftar tersebut dapat mengajukan permohonan kepada BI. 34. Q: Apabila korporasi memiliki peringkat utang dari lembaga pemeringkat dalam negeri dan luar negeri,, peringkat p utang manakah yang dapat kami gunakan? A: Korporasi dapat menggunakan peringkat utang dari lembaga pemeringkat dalam negeri maupun luar negeri, selama lembaga pemeringkat tersebut termasuk dalam lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia. Adapun peringkat utang dari lembaga pemeringkat dalam negeri dianggap setara dengan peringkat utang dari lembaga pemeringkat luar negeri. Jika korporasi memiliki peringkat utang yang berbeda (split rating) dari dua atau lebih lembaga pemeringkat, korporasi dapat menggunakan peringkat utang yang lebih tinggi. 35. Q: Apakah PBI dan SE ini juga mengatur mengenai kegiatan pelaporan? Dengan siapa korporasi dapat berhubungan terkait dengan kegiatan pelaporan? A: SE ini tidak mengatur mengenai kegiatan pelaporan. Pengaturan mengenai kegiatan pelaporan diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pelaporan kegiatan lalu lintas devisa dan pelaporan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan ULN Korporasi Nonbank. Adapun kegiatan korespondensi terkait dengan pelaporan dapat dilakukan dengan : Bank Indonesia cq. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan (DPKL) Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 5 Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350 7

36. Q: Apa sanksi atas pelanggaran ketentuan ini? A: Korporasi Nonbank yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban pemenuhan prinsip kehati-hatian dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. Selain itu, Bank Indonesia akan menyampaikan informasi mengenai pengenaan sanksi administratif tersebut kepada pihak-pihak terkait antara lain: a. Kreditor yang bersangkutan di luar negeri; b. Kementerian Negara BUMN, bagi Korporasi BUMN; c. Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Pajak; d. Otoritas Jasa Keuangan (OJK); e. Bursa Efek Indonesia (BEI), bagi Korporasi publik yang tercatat di BEI. 37. Q: Kapan sanksi tersebut mulai diberlakukan? A: Sanksi diberlakukan sejak laporan triwulan keempat tahun 2015. 38. Q: Kapan PBI ini mulai berlaku? A: Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2015 dengan pentahapan sebagai berikut: Pemberlakuan Kewajiban Pemenuhan: Rasio Lindung Nilai 1 Jan 2015 s.d 31 Des 2015 3 Bln: 20% > 3 s.d 6 Bln: 20% 1 Jan 2016 s.d 31 Des 2016 3 Bln: 25% > 3 s.d 6 Bln: 25% Sejak 1 Jan 2017 Rasio Likuiditas 3 Bln: 50% 3 Bln: 70% Peringkat Utang (Credit Rating) - Wajib mulai 1 Jan 2016 Transaksi Lindung Nilai dalam rangka pemenuhan Kewajiban Rasio Lindung Nilai Penerapan Sanksi Administratif Tidak harus dengan perbankan di Indonesia Diterapkan mulai triwulan keempat Sudah diterapkan Harus dengan perbankan di Indonesia 8