BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB V PENUTUP. 1. Model Pengelolaan Wakaf Produktif dengan kerangka kerja yang professional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI TANAH WAKAF MUSHALLA AKIBAT LUAPAN LUMPUR LAPINDO

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pendapat Imam Al-Sarkhasi (mazhab Hanafiyyah) tentang Istibdal harta

Oleh Mulya E. Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima iyah (ibadah sosial). kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-nya.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

BAB V PENUTUP. dan pelaksanaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa. Jakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

MANAJEMEN BADAN PENGELOLA WAKAF MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI HARTA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

WAKAF SEBAGAI ALTERNATIF PENDANAAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA

BAB V PENUTUP. penelitian, paparan data hasil penelitian di Bank Syariah Mandiri Lamongan. maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

SEWA TANAH PERTANIAN MENURUT YÛSUF AL-QARDÂWÎ

PENGARUH MODERNITAS TERHADAP HUKUM ISLAM DI INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP WAKAF ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYALURAN ZAKAT FITRAH UNTUK KEPENTINGAN MASJID DI DESA SOLOKURO KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF. Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. bertentangan dengan ketentuan Syariah Islam.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. pesantren yang sudah memakai sistem syariah dalam mengembangkan bisnisnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara besar dengan mayoritas penduduknya beragama

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGELOLA DANA ABADI UMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang sulit dihindari. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi

MANAJEMEN WAKAF DI KOTA MALANG PASCA PENETAPAN BADAN WAKAF INDONESIA KOTA MALANG. Abdur Rozzaq ABSTRAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA UNAH CIREBON. A. Profil Pondok Pesantren al-ma unah Cirebon

BAB III PROSES (TUKARGULING) TANAH DAN RUMAH WAKAF DI DUSUN UJUNG SARI DESA RANDUBOTO KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK

Sasaran yang ingin dicapai oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan adalah :

TINJAUAN PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WAKAF SKRIPSI

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV. mensyaratkan kekekalan di dalamnya dengan membeli sesuatu harta yang lain

BAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB VI P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara manusia dengan Allah (h}abl min Alla>h) dan hubungan. ketentuan yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 112 :

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Strategi Pengeloalan Wakaf Produktif di Masjid Riyadusolikhin

BAB III METODE PENELITIAN. ini termasuk dalam kategori penelitian hukum empiris atau penelitian lapangan (field

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya, dapat dipahami bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik dasar pemikiran fiqh, termasuk dalam hal ini adalah pemikiran fiqh wakaf. Dinamika pemikiran wakaf tuan guru di Lombok ini ternyata berlangsung secara pelan (ber-evolusi) dan tidak begitu saja terjadi tetapi melalui proses dan latar belakang yang cukup panjang. Di antara mereka, ada persamaan, pertentangan, bahkan perselisihan atau konflik yang terjadi selama proses itu berlangsung. Secara lebih rinci, kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam menjawab rumusan masalah penelitian disertasi ini adalah: 1. Pergeseran dan perubahan pemahaman wakaf tuan guru di Lombok terjadi karena memiliki latar belakang sangat beragam, yakni: Pertama, para tuan guru di Lombok memiliki kapasitas yang tinggi di tengah-tengah masyarakatnya, hal ini dapat dilihat dari (a) tuan guru merupakan ulama yang hidup di pulau Lombok yang umatnya memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan umat Islam di tempat lain, misalnya sangat tunduk pada tuan guru; (b) dari tuan guru sendiri dapat dipahami bahwa seorang tuan guru harus memiliki kemampuan dari sisi keilmuan dan kedekatan dengan umatnya terutama dalam memberikan pengajian atau dakwah; (c) para tuan guru di Lombok merupakan tokoh sentral masyarakat sekaligus sebagai pemimpin agama. Kedua, para tuan guru menggunakan beberapa argumentasi pemahaman wakaf, yang meliputi: (a) argumen teologis, (b) argumen sosiologis, (c) argumen 293

terbukanya pintu ijtihad, (d) argumen elastisitas hukum Islam, dan (e) argumen maqāṣid asy-syarī ah; Ketiga, para tuan guru di pulau Lombok dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dalam proses pergeseran pemahman wakafnya. Aktivitas yang dapat kategorikan faktor internal adalah aktivitas tuan guru yang dilakukan di lingkungannya sendiri, di antaranya ketika tuan guru: (1) menggali pemahaman wakaf dari bacaan kitab kuning dan buku-buku yang disebarkan oleh Kementerian Agama RI; (2) menyadari besarnya kebutuhan dana (pembiayaan) bagi pondok pesantren dan masjid dalam rangka pengelolaannya; (3) menyadari pentingnya menyediakan pekerjaan bagi generasi muda dalam pengelolaan wakaf secara produktif. Sementara, faktor eksternal para tuan guru yang turut serta memberikan pengaruh terhadap pergeseran pemahaman wakafnya adalah: (1) para tuan guru telah melakukan studi banding ke beberapa pondok pesantren modern dan pengelola wakaf di pulau Jawa; (2) para tuan guru berusaha mengaitkan pola pemikiran wakafnya dengan arus perkembangan zaman, teknologi yang semakin meningkat; (3) pergeseran pemahaman wakafnya juga dikaitkan dengan peningkatan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terhadap kehidupan modern sekarang; (4) pengelolaan wakaf dianggap dapat dikelola dengan mengadopsi manajemen modern sebagaimana pengelolaan dalam berbagai bidang kehidupan yang ada; (5) para tuan guru juga melihat perlunya mendukung sosialisasi wakaf produktif dan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf oleh Kementerian Agama RI; Keempat, tuan guru mengalami proses panjang dan berlangsung lambat (evolusi) dalam pergeseran pemahaman wakafnya. Proses ini mulai dari yang paling sederhana menuju proses yang lebih maju, yakni berangkat dari wakaf sebagai ibadah mahḍah saja, kemudian beranjak kepada wakaf untuk kepentingan sosial 294

seperti wakaf mangan, lalu kepada wakaf produktif tradisional, wakaf produktif semi profesional, dan akhirnya menuju wakaf produktif profesional, meski yang terakhir ini masih dalam mindset para tuan guru. Selanjutnya, para tuan guru yang ada di Lombok juga ternyata memiliki perbedaan sudut pandang terhadap persoalan wakaf satu dengan lainnya. Oleh karena itu, para tuan guru memiliki tiga tipologi berkaitan dengan pemahamannya terhadap wakaf, yakni kontekstual pro-aktif, kontekstual-pasif, dan normatif-tekstual. 2. Implementasi pergeseran pemahaman wakaf para tuan guru dapat dilihat pada tiga hal. Pertama, pergeseran pemahaman wakaf para tuan guru di Lombok pada sisi pemahaman wakaf produktif telah berlangsung ditandai dengan pandangan hampir semua tuan guru yang menjadi informan. Umumnya mereka sepakat bahwa wakaf produktif itu merupakan keharusan sesuai dengan konteks zaman. Dalam perspektif teori perubahan sosial, pergeseran pemahaman wakaf para tuan guru pada aset wakaf (mauqūf bih) di Lombok berlangsung secara lamban (berevolusi). Dalam teori tindakan sosial dengan the degree of rationality-nya Weber, pergeseran wakaf ini memiliki rasionalitas yang tinggi, demikian juga memiliki idealisme keagamaan yang diramu dengan kharisma tuan guru sehingga melahirkan efektivitas peran tuan guru. Dalam beberapa kasus ada tuan guru yang mengalami konfliks dalam penerapan pemahaman wakafnya dan ini dianggap sebagai bagian yang harus dilewati dalam sebuah perubahan. Dalam hal ini, konflik juga telah membawa dampak fungsional bagi pengembangan wakaf. Sementara, dalam perspektif teori perubahan hukum Islam, pergeseran pemahaman para tuan guru ini dapat dilihat dari teori rasional Imam Ḥanafi, maṣlaḥah at-thufi, elastisitas hukum Imam Syāfi ī, dan kerangka maqāṣid assyarī ah as-syāṭibi, yang salah satu cara memahaminya adalah dengan melihat sukūt as-syāri fī al-mu āmalah. 295

Kedua, pergeseran pemahaman wakaf para tuan guru di Lombok pada sisi harta wakaf (mauqūf bih) juga telah berlangsung. Hal ini ditandai dengan pandangan kebanyakan tuan guru bahwa harta aset wakaf madrasah bisa diproduktifkan. Bahkan kebanyakan dari mereka juga membolehkan memproduktifkan aset wakaf masjid dengan syarat-syarat tertentu, misalnya hasilnya dikembalikan untuk kemaslahatan masjid, asalkan dibangun di halaman masjid dan tidak mengganggu aktivitas salat di dalam masjid, dan aset wakaf masjid yang diperuntukkan untuk kemakmuran masjid. Pergeseran pada sisi mauqūf bih ini juga terlihat dari pandangan sebagian tuan guru yang membolehkan penukaran wakaf (istibdāl al-waqf), meskipun tidak sedikit pula yang mengharamkannya. Ketiga, pergeseran pemahaman wakaf para tuan guru di Lombok pada sisi peruntukan harta wakaf (mauqūf alaihnya) juga telah terjadi di sebagian para tuan guru di Lombok. Hal ini dibuktikan dengan pandangan sebagian dari mereka bahwa peruntukan untuk aspek sosial merupakan esensi dari wakaf itu sendiri. Wakaf masjid, misalnya, menurut sebagian tuan guru juga esensinya akan kembali kepada kemaslahatan masjid. Kemaslahatan masjid artinya, kelanggengan bangunan dan kelanggengan masyarakat yang menggunakan masjid tersebut. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada di antara para tuan guru yang mengharamkan peruntukan untuk aspek sosial dengan berbagai alasan, seperti yang terjadi pada kasus wakaf mangan di masjid Jāmi Baiturraḥmān Kediri Lombok Barat. Menurut nā ir khaṣṣ-nya, penggunaan untuk aspek sosial yang lain selain untuk menyediakan suguhan makan orang yang datang Jum atan tidak bisa dilakukan karena menyalahi akad wakaf dari wakifnya. B. Saran-Saran 1. Bagi para tuan guru dan tokoh masyarakat lainnya yang ingin mengembangkan wakaf produktif di masjid, pondok pesantren, atau wakaf perorangan, hendaklah 296

dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat sekitar agar dapat menerima pengembangan dan pengelolaan wakaf secara produktif. Karena telah ditemukan bahwa esensi wakaf itu terletak pada upaya mengembangkan manfaat lebih tinggi dan harus mengembangkan paradigma yang tepat, yakni dalam bahasa finansial, ini dikenal sebagai asset management, sebagaimana diteladankan oleh Pondok Pesantren Gontor. Dana-dana wakaf tunai yang dimobilisasi para nā ir, pertamatama haruslah dijadikan aset, dikelola secara produktif, barulah surplusnya digunakan sebagai sedekah. Memanfaatkan dana wakaf untuk langsung membangun sebuah masjid, tentu tidak salah, tetapi kurang tepat. Asas-asas wakaf seperti keswadayaan, keberlanjutan, dan kemandirian, tidak dapat dipenuhi di sini. Dengan kata lain, ke-jariah-annya tidak diperoleh. Kemaslahatannya menjadi berkurang, bahkan sebaliknya, acap kali harta wakaf tersebut justru menjadi beban bagi umat Islam. Jangan sampai aset wakaf dikelola seperti mengelola sedekah biasa. Dana wakaf dipakai untuk kegiatan cost center. Sumberdaya yang disumbangkan langsung dibelanjakan, yang salam bahasa financial disebut sebagai liability management. Dengan kata lain, pengembangan ini dengan alasan kemaslahatan, demi menambah sebanyak-banyaknya manfaat wakaf bagi kepentingan umat. 2. Bagi para tuan guru, diharapkan pemahaman wakafnya yang telah bergeser ke paradigma wakaf produktif dapat diimplementasikan dalam praktek riil di lapangan sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Hal ini sangat dimungkinkan karena ternyata potensi aset wakaf di NTB tergolong sangat besar, yakni mencapai 24.891.799 M2. Bahkan dari sembilan Kabupaten/kota yang ada di NTB, tiga kabupaten yang menjadi sampel penelitian ini memiliki lahan wakaf yang paling besar, yakni Lombok Timur 5.847.677 M 2, Lombok Tengah: 5.077.776 M 2, dan Lombok Barat: 7.861.144 M 2. 297

3. Bagi pemerintah, diharapkan dalam memaksimalkan implementasi wakaf produktif agar memperhatikan secara cermat upaya sosialisasi UU No. 4 Tahun 2001 tentang Wakaf, yang di dalamnya memuat salah satunya tentang wakaf produktif. Sosialisasi hendaklah dilakukan dengan melibatkan secara intensif stakeholders di daerah, yang mencakup tokoh agama (tuan guru), tokoh adat (toga), serta pemerintah daerah. Sosilasisasi yang sering dilakukan oleh Kanwil Kementerian Agama NTB, yang mana peneliti sering terlibat menjadi narasumber terkesan hanya formalitas dan belum banyak menyentuh para tuan guru atau pimpinan ponpes serta pengurus maasjid yang nota bene mengelola wakaf. 4. Pemerintah juga diharapkan lebih pro-aktif dalam mendorong pengembangan wakaf, baik menyangkut penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM), penuntasan sertifikat tanah wakaf, mengefektifkan program percontohan wakaf produktif di setiap daerah, khususnya di Lombok. SDM yang memadai indikasinya adalah memiliki pemahamanan yang baik tentang manajerial pengelolaan wakaf produktif. Karena kendala utama dari wakaf adalah pada pengelolaannya, bukan tentang hukum wakaf. Dalam hal sertifikat wakaf, pemerintah diharapkan menerapkan program pemutihan sertifikat wakaf, yakni dengan menggratiskan biaya administrasi. Percontohan yang selama ini dilakukan Kementerian Agama Republik Indonesia terkesan kurang serius, karena belum dilakukan sosialisasi dan studi kelayakan yang memadai. 5. Diharapkan kepada pemerintah dan legislatif agar melakukan revisi terhadap UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf khususnya berkaitan dengan banyaknya praktik wakaf yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang merupakan kekhaṣṣan di masing-masing daerah di Indonesia, seperti adanya wakaf mangan, wakaf produktif tradisional, dan penomena wakaf dengan uang atau wakaf pengadaan tanah wakaf yang pembayarannya dilakukan oleh masyarakat dengan sejumlah uang. 298