BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibatnya sering terjadi komplikasi yang berakhir dengan kematian. Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN. pertama sebagai penyebab kematian maternal. 2. Pendarahan obstetri secara umum dibagi menjadi perdarahan antepartum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

Mei Vita Cahya Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan di negara-negara sedang berkembang (Unicef-WHO, 2004). BBLR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dilahirkan dengan berat badan normal. (Depkes RI, 2005)

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. PBB termasuk Indonesia sepakat untuk menghadapi Deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

*Armi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang penting di seluruh dunia khususnya pada negara berkembang terutama di Afrika dan Asia Selatan serta di Amerika Utara. Peningkatan akses keperawatan obstetrik dan neonatal yang efektif sebagai salah satu satu cara untuk menurunkan kelahiran prematur (Beck, et al. 2010). Pada tingkat dunia rerata tingkat kelahiran prematur di 65 negara meningkat dari 7,5 % dengan jumlah kelahiran prematur sebesar 2 juta kasus menjadi 8,6 % dengan total 2,2 juta kasus kelahiran prematur. Pada negara berkembang angka kejadian kelahiran prematur masih jauh lebih tinggi, di india 30%, Afrika Selatan 15%, Sudan 31% dan Malaysia 10%. Di Indonesia tercatat pada tahun 2009 bahwa angka kelahiran prematur berkisar antara 10-20 % termasuk dalam peringkat kelima negara terbesar dari kelahiran prematur, juga merupakan penyebab utama kematian dibidang perinatologi (Wijayanegara, 2009). Negara di dunia mempunyai komitmen untuk target Millennium Development Goals (MDGs) tercapai pada tahun 2015, sedangkan di Indonesia dalam mencapai targetnya dapat menurunkan angka kematian bayi menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim, 2012). Angka kematian bayi hasil SDKI dari tahun 1991-2012 mengalami penurunan, pada tahun 1991 bahwa sebanyak 1

2 68 per 1.000 kelahiran hidup sampai tahun 2012 sebanyak 30 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan karena bayi berat lahir rendah (BBLR) mencapai 38,03 % dan dibedakan dalam 2 kategori: BBLR karena prematur (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang dimana BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang memperberat kehamilan. Penyebab kematian neonatal selanjutnya adalah karena asfiksia, trauma lahir, infeksi, tetanus neonatorum, kelainan bawaan dan lain lain (Dinkes Jatim, 2012). Bayi yang dilahirkan prematur merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi indikasi dari terjadinya selama kehamilan, yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor. Faktor defisiensi nutrient dan stress kehamilan yang merupakan faktor risiko penting yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung dihasilkannya cathecolamine (adrenalin dan noradrenalin) yang dapat memicu terjadinya kontraksi rahim yang berpotensi menyebabkan kelahiran prematur (Koniyo, dkk. 2012). Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan pada awal kehidupannya berhubungan dengan immaturitas organnya. sering pada bayi prematur adalah ketidakstabilan suhu Masalah yang (hipotermi), ketidakstabilan berat badan, sindrom aspirasi, hipoglikemi, hiperbilirubin dan lain-lain (Bobak, et al. 2005). Kelangsungan hidup bayi prematur telah

3 meningkat karena adanya kemajuan dalam perawatannya, semakin banyak bayi yang kurang usia kehamilan dan berat badannya membutuhkan rawat inap yang panjang dan biaya yang tinggi. Selain peningkatan biaya, sebuah rumah sakit memiliki beberapa konsekuensi yang dapat merugikan seperti bayi tidak mendapatkan rangsangan karena lingkungannya, membebani kapasitas tempat tidur rumah sakit dan menghambat hubungan antara orangtua dan bayi untuk berkembang (Korvenranta, et al. 2007). Lama menginap di Rumah Sakit pada semua usia kehamilan, bayi dirawat di unit perawatan khusus memiliki rentang waktu lama menginap mulai dari 4,9 hari antara bayi yang lahir pada 39-41 minggu untuk 46,2 hari antara bayi <32 minggu. Rerata di rumah sakit pada bayi dirawat dengan perawatan khusus yang 20% lebih lama untuk bayi yang lahir hanya beberapa minggu lebih awal (37-38 minggu) dan dua kali lebih lama untuk bayi prematur dibandingkan dengan bayi yang lahir pada 39-41 minggu (Perinatal data center, 2011). Bayi baru lahir yang prematur atau memiliki berat badan lahir rendah dan mengalami sindrom gangguan pernapasan memiliki rerata yang lebih panjang tinggal di rumah sakit dibandingkan dengan semua bayi yang baru lahir normal. Bayi yang baru lahir prematur mempunyai rentang waktu tinggal di rumah sakit rerata 14,3 hari. Di antara bayi yang baru lahir dengan berat lahir rendah, bayi yang beratnya kurang dari 1500 gram memiliki rentang waktu rerata tinggal di rumah sakit 42,6 hari dibandingkan dengan 1 dengan berat 1500 gram dengan rerata 10,9 hari. Bayi baru lahir dengan

4 sindrom gangguan pernapasan memiliki rentang waktu tinggal di rumah sakit rerata 31,3 hari. Bayi yang meninggal setelah lahir memiliki rentang waktu tinggal di rumah sakit rerata 7,4 hari (Kowlessar, et al. 2013). Berdasarkan perinatal data center (2011) lama rawat bayi prematur dengan usia gestasi 34 36 minggu yang ideal rerata 9,8 hari. Penatalaksanaan yang optimal terhadap bayi prematur terbukti efektif menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi prematur, namun prosedurnya cukup kompleks dan memakan biaya yang tidak sedikit. Berbagai intervensi terhadap bayi prematur mulai dikembangkan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangannya dan mempersingkat masa perawatan bayi prematur dan berat badan lahir rendah di NICU Amerika Serikat. Bayi prematur rerata membutuhkan waktu 3 minggu, dalam kepentingan ini para ahli mulai mengembangkan beberapa intervensi terhadap bayi prematur agar dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan sehingga dapat memperpendek lama rawatan dan mengurangi biaya perawatan di rumah sakit (Rahmi, 2012). Perawatan metode kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota, Columbia, Amerika Latin pada tahun 1979 dari penelitian tersebut diketahui dengan cara kontak kulit bayi langsung kepada Ibu dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi prematur. Penelitian Syamsu (2013) bahwa perawatan metode kanguru merupakan salah satu perawatan yang efektif bagi bayi prematur. Penelitian di Bogota menilai perbedaan antara rumah sakit yang dipraktekkan perawatan metode kanguru dan yang dipraktekkan perawatan tradisional mencatat bahwa bayi yang baru

5 lahir di rumah sakit perawatan kanguru memiliki jangka waktu rerata lebih pendek tinggal di rumah sakit, infeksi yang parah berkurang, dan tingkat menyusui lebih tinggi (Charpak, et al. 1994). Perawatan metode kanguru adalah strategi murah yang dapat digunakan pada bayi baru lahir prematur. Ibu harus didorong untuk melakukan metode ini, yang layak baik sebelum dan selama prosedur invasif unit neonatal sehingga berkontribusi terhadap pengurangan nyeri (Maia, et al. 2011). Pada penelitian Rao, et al. (2008) bahwa morbiditas lebih tinggi dari bayi dalam kelompok conventional menderita sepsis nosokomial sebanyak 14,8% dibandingkan dengan kelompok perawatan metode kanguru 3,9%. Berdasarkan penelitian dari Blomqvist (2012) menunjukkan bahwa orang tua ingin bersama dengan bayi mereka di NICU dan secara aktif terlibat dalam perawatan bayi, meskipun orang tua mungkin menggunakan perawatan metode kanguru dapat membuat tidak nyaman, tetapi mereka masih lebih suka perawatan metode kanguru daripada perawatan intensif neonatal konvensional. Teori perawatan metode kanguru didasarkan pada ilmu saraf, dan menunjukkan bahwa ibu dan bayi adalah angka dua yang tidak boleh dipisahkan. Perkembangan otak bayi membutuhkan stimulasi sensorik ibu berdasarkan kontak kulit ke kulit. Inkubator memisahkan ibu dan bayi, dan hasil dalam perkembangan saraf mengalami kekurangan. Percobaan Bergman N.J, et al. (2004) menunjukkan bahwa kulit ke kulit dari lahir lebih unggul daripada perawatan inkubator untuk bayi BBLR.

6 Kepedulian seorang ibu terfokus kepada keselamatan pada bayi. Keselamatan dan kemampuan dimasa depan dapat menimbulkan kecemasan, kecewa dan merasa bersalah, perasaan dan sikap ibu tersebut dapat menghambat ikatan kasih sayang dengan bayi, dalam merangsang perkembangan sehingga peran orang tua sangat penting dalam memberikan stimulus (Soedjatmiko, 2006). Perhatian dari orang tua pada bayi prematur dapat ditingkatkan dengan melakukan terapi sentuhan pada bayi dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan, meningkatkan suhu dan membuat bayi menjadi nyaman dan tenang saat tidur (Diego and Reif, 2008). Terapi sentuhan pada bayi prematur untuk perawatan dirumah sakit enam hari lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan terapi sentuhan (Field, et al. 2003). Berdasarkan data penelitian diatas bahwa semakin banyak komplikasi pada bayi prematur yang dapat membuat semakin lama rawat inap, sehingga diperlukan beberapa intervensi yang dapat meningkatkan kualitas bayi prematur dengan cara melakukan perawatan metode kanguru dan stimulasi taktil yang diberikan oleh ibunya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik dalam melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan lama rawat inap antara perawatan metode kanguru dengan atau tanpa stimulasi taktil pada bayi prematur di rumah sakit umum daerah Dr. Iskak Tulungagung.

7 1.2 Kajian Masalah Rerata lama rawat inap bayi prematur dengan gestasi 34 36 minggu ideal adalah 9,8 hari Faktor yang mempengaruhi : 1.Faktor Ibu yaitu penyakit,usia, sosial ekonomi 2.Faktor Janin Rerata lama rawat inap bayi prematur 14,3 hari Penatalaksanaan ; Perawatan metode kanguru dan stimulasi taktil. Komplikasi: Ketidakstabilan suhu,kesulitan menyusu,ikterik, RDS Gambar 1.1 Kajian Masalah Kelahiran prematur dapat disebabkan oleh faktor ibu yang berupa penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan yaitu Toksemia gravidarum dan pendarahan antepartum, Diabetes mellitus, infeksi akut. Ibu yang berusia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jaraknya dekat antar kelahirannya serta kondisi sosial ekonomi yang rendah sangat berpengaruh terhadap kelahiran prematur (Departemen ilmu kesehatan anak FKUI, 1985). Faktor janin yaitu kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini (KPD), cacat bawaan, infeksi (misalnya Rubella, sifilis, toksoplasma), inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus, golongan darah ABO). Dari faktor plasenta yaitu plasenta previa dan solutio plasenta (Berhman, et al. 2002). Masalah yang sering muncul pada kelahiran prematur meliputi adanya ketidakstabilan tubuh, kesulitan menyusu, ikterik, respiratory distress syndrome

8 (RDS), hampir semua bayi sangat prematur memiliki masalah komplikasi yang berat (Bobak, et al. 2004), sehingga menyebabkan bayi mengalami lama rawat inap nya selama 14,3 hari (Korvenranta, et al. 2007). Berdasarkan penelitian perinatal data center (2011) bahwa bayi prematur dengan usia gestasi 34 36 minggu yang ideal lama rawat inapnya 9,8 hari. Penatalaksanaan yang optimal terhadap bayi prematur yang dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan, dalam hal ini prosedurnya cukup kompleks dan biaya yang tidak sedikit. Berbagai intervensi terhadap bayi prematur mulai dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya dan mempersingkat masa rawat inap, beberapa diantaranya adalah perawatan metode kanguru dan stimulasi taktil yang dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi Depkes RI (2008) dan Diego, et al. (2008). 1.3 Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan lama rawat inap antara perawatan metode kanguru dengan atau tanpa stimulasi taktil pada bayi prematur di rumah sakit umum daerah Dr. Iskak Tulungagung?

9 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Menguji perbedaan lama rawat inap antara perawatan metode kanguru dengan atau tanpa stimulasi taktil pada bayi prematur di rumah sakit umum daerah Dr. Iskak Tulungagung. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui lama rawat inap dalam perawatan metode kanguru dengan stimulasi taktil pada bayi prematur di rumah sakit umum daerah Dr. Iskak Tulungagung. 2. Mengetahui lama rawat inap dalam perawatan metode kanguru pada bayi prematur di rumah sakit umum daerah Dr. Iskak Tulungagung. 3. Menganalisis perbedaan lama rawat inap perawatan metode kanguru dengan atau tanpa stimulasi taktil pada bayi prematur di rumah sakit umum daerah Dr. Iskak Tulungagung. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Pengembangan ilmu dalam penatalaksanaan bayi prematur saat dilakukan perawatan di rumah sakit. 1.5.2 Manfaat praktis Memberikan pemahaman kepada keluarga tentang tindakan PMK dan stimulasi taktil pada bayi prematur dapat diaplikasikan di rumah sakit serta dilanjutkan dalam perawatan dirumah.