PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

BUDIDAYA COKLAT. A. Budidaya Tanaman Coklat / Cacao

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 90/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi Kakao Berkelanjutan. Panduan pelatihan untuk petani dan penyuluh

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENETAPAN KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH DAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

REKAPITULASI PENGAMATAN OPT PENTING TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERKABUPATEN SE KALIMANTAN TIMUR

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae;

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Budidaya Kakao PENDAHULUAN II. PERSIAPAN LAHAN III. PEMBIBITAN

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

Cocoa. Kingdom of the Netherlands. Schweizerische Eidgenossenschaft Confederation suisse Confederazione Svizzera Confederaziun svizra

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

Transkripsi:

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama) A. PENDAHULUAN Tanaman kakao/coklat termasuk dalam genus Theobroma, dengan nama latin Theobroma cacao. Dalam bahasa Yunani Theos berarti Dewa, sedangkan Broma berarti makanan atau santapan. Sehingga, Theobroma berarti makanan para dewa. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Andy Latif W (2010) dapat dikemukakan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan kakao di Indonesia sampai tahun 2011 sudah mencapai areal seluas 1.732.641 ha yang sebagian besar 94,5 % dikelola oleh perkebunan rakyat. Areal penyebaran pengembangan kakao di wilayah Indonesia terbanyak di Sulawesi mencapai 55,3 %, Sumatra 24,7 %, Maluku & Papua 6,8 %, Jawa 6,0 %, NTT, NTB & Bali 4,6 % dan Kalimantan 2,6 %. Total produksi kakao nasional baru mencapai 712.231 ton. Sehingga rata rata produktifitasnya hanya 0,411 ton/ha (< dari 0,5 ton/ha). Padahal, kalau dilakukan teknik budidaya secara benar, produktifitasnya dapat mencapai 0,8-0,9 ton/ha. Pengusahaan kakao tersebut akan menggerakkan perekonomian berbasis masyarakat pedesaan dengan beberapa keunggulan komparatif dibandingkan komoditas perkebunan

lainnya sehingga dinilai akan sangat strategis untuk meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya di kawasan yang tertinggal (Statistik Perkebunan Ditjen Perkebunan, 2013). Kebun induk/kebun sumber benih adalah kebun yang dibangun dengan kaidah kaidah pembangunan kebun induk/kebun sumber benih dengan tujuan untuk menghasilkan benih. Persyaratan kebun sumber benih kakao sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 90/Permentan/OT.140/9/2013 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Persyaratan Kebun Sumber Benih Kakao No Tolok Ukur Persyaratan 1. Lokasi Letak terisoler dari pertanaman lain yang sejenis dan bukan daerah endemik organisme pengganggu (OPT) utama 2. ph tanah 5,6 7,5 3. Kedalaman efektif 100 150 cm 4. Drainase Sedang 5. Kelerengan 0 15 % 6. Luas Min 1,0 Ha 7. Ketinggian tempat 0 700 m dpl 8. Suhu 18 33 0 C 9. Curah hujan 1250 3000 mm/th 10. Bahan tanaman Klonal 11. Populasi 1000 1250 pohon/ha 12. Komposisi tanaman Poliklonal 13. Isolasi/barier Minimal 50 m 14. Naungan Ada dan berfungsi baik 15. Populasi naungan 250 600* 16. Kemurnian klon 100 % 17. Pemangkasan Bentuk Min 1 kali setahun Pemeliharaan Min 4 kali setahun 18. Pemupukan Dilakukan sesuai rekomendasi berdasarkan analisa tanah dan daun 19. Pengairan Min 1 kali setahun Penyiangan/pengen 20. dalian tanaman Min 2 tahun sekali pengganggu 21. Pengendalian hama penyakit Harus dilakukan sesuai obyek (OPT) Ket : *naungan menggunakan glirisidae/lamtoro tipe iklim A dan B populasi 250 300 pohon/ha, tipe iklim C dan D populasi 500 600 pohon/ha. Naungan menggunakan kelapa pada semua tipe iklim populasi 50 80 pohon/ha.

Peranan sumber benih dalam upaya peningkatan produktifitas dan mutu hasil perkebunan tersebut sangat signifikan, karena sumber benih merupakan penghasil benih/bahan tanam yang dapat mempengaruhi hasil dari usaha perkebunannya. Sumber benih adalah tempat dimana suatu kelompok benih diproduksi. Untuk menjamin ketersediaan benih bermutu, kebun sumber benih kakao sebagai kebun yang memproduksi benih harus dilakukan pengelolaan yang baik dan benar sesuai teknik budidaya tanaman. Pengelolaan kebun sumber benih kakao meliputi teknik pemangkasan, pengendalian gulma, kegiatan sanitasi, pemupukan dan pengelolaan tanaman penaung. Dalam teknik pemangkasan, ada empat komponen kunci dalam pemangkasan tanaman kakao, antara lain pemangkasan bentuk (pemangkasan pucuk dan bentuk tajuk), pemangkasan tunas air/vertikal, pemangkasan sanitasi dan pemangkasan struktural (ACIAR, 2009). Tulisan ini membahas tentang pengelolaan kebun sumber benih kakao khususnya teknik pemangkasan, sehingga dapat meningkatkan produksi kebun sumber benih kakao. Peningkatan produksi kebun sumber benih akan menjaga ketersediaan benih kakao yang bermutu dan berkualitas dalam jumlah yang mencukupi dan tepat waktu serta harga yang terjangkau oleh masyarakat. B. DAUR PERTANAMAN KAKAO Kakao (Theobroma cacao L) adalah tanaman bawah hutan yang berasal dari hutan hujan tropika Amerika Selatan. Pembungaan terpicu sebagai tanggapan terhadap perubahan musim. Umumnya, kakao hibrida mulai berbunga sekitar 30 bulan setelah tanam, sedangkan tanaman klonal hanya 15 24 bulan. Produksi puncak tercapai pada saat pohon mencapai umur 4 5 tahun, dan dapat bertahan selama 20 tahun atau lebih jika pengelolaannya baik. Pada akhir musim hujan (bulan Maret), tanaman memproduksi tunas daun baru (flush). Segera sesudahnya (bulan April-Juli), terbentuklah bunga. Jika terjadi penyerbukan, bunga-bunga tersebut

akan berkembang menjadi buah dewasa setelah 5 6 bulan. Oleh karena itu, panen utama terjadi selama bulan Oktober-Januari, dan 60% dari panen dalam setahun dihasilkan pada periode ini. Pertumbuhan flush kedua (daun diikuti oleh bunga) terjadi pada saat awal musim hujan (bulan November), dan hasil periode pertengahan ini dipanen dari bulan April sampai Juli. C. TEKNIK PEMANGKASAN DALAM BUDIDAYA KAKAO Pemangkasan dalam budidaya tanaman kakao bertujuan untuk mencapai efisiensi pemanfaatan sinar matahari sebanyak-banyaknya (Gambar 1), sehingga tanaman mampu mencapai produktivitas yang tinggi, yaitu mendekati potensi yang dimiliki (Abdoellah dan Soedarsono, 1996) dalam Ika Wulan Ermayasari (2010). Pemangkasan ini baik dilakukan untuk tanaman pokok maupun naungan, bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup, membentuk tajuk sehingga akan meningkatkan pembungaan dan produksi benih. Di samping itu pemangkasan juga untuk membersihkan genotif yang tidak diinginkan/off type. Gambar 1. Tujuan & Teknik Pemangkasan Kakao. I. Pemangkasan Tanaman Pokok (Kakao) Dalam teknik pemangkasan tanaman kakao, ada empat komponen kunci antara lain pemangkasan bentuk (pemangkasan pucuk dan bentuk tajuk), pemangkasan tunas air/vertikal,

pemangkasan sanitasi dan pemangkasan struktural (ACIAR, 2009). Berikut penjelasan teknik pemangkasan untuk tanaman kakao : 1. Pemangkasan bentuk, yaitu dilakukan melalui pemangkasan pucuk dan pemangkasan bentuk tajuk. Tujuan dari pemangkasan bentuk adalah membentuk tanaman dan tajuk kakao sehingga memacu perkembangan cabang sekunder yang menghasilkan banyak buah. Pemangkasan bentuk dilakukan melalui dua tahap yaitu ; a. Pemangkasan pucuk Dilakukan pada waktu 3 6 bulan setelah tanam, dengan metode sebagai berikut : - Potong ujung titik tumbuh yang dominan untuk memacu pertumbuhan cabang samping ke atas lebih banyak. - Pangkas cabang-cabang yang menggantung untuk memacu pertumbuhan cabang-cabang yang kuat pada umur-umur awal. b. Pemangkasan bentuk tajuk Dilakukan pada waktu 6 9 bulan setelah tanam, dengan metode sebagai berikut : - Potong cabang-cabang lateral 40 60 cm di atas tanah (cabang-cabang setinggi di bawah lutut) untuk merangsang cabang utama dengan jarak yang cukup. - Pangkas cabang yang merendah dan menggantung untuk membentuk tajuk yang melingkar/sirkuler. - Tinggalkan empat atau lima cabang utama dengan jarak yang sama dari jorket (titik tempat keluarnya cabang kipas pada batang utama) untuk memacu penutupan tajuk 2. Pemangkasan tunas air atau wiwilan Pada tanaman muda, pemangkasan tunas vertikal dilakukan untuk memperoleh kekuatan struktur dan menghindari cabang yang berlebihan. Pada tanaman dewasa, pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan cadangan nutrisi untuk

perkembangan buah dan memperbaiki penetrasi sinar serta aliran udara. Dilakukan tiap 3 bulan dengan metode sebagai berikut : - Pangkas semua tunas setinggi di bawah lutut pada batang (kurang dari 40 60 cm di atas permukaan tanah). - Pangkas sebagian besar tunas yang tumbuh kembali di dalam struktur yang terbentuk. - Biarkan tunas vertikal pada bagian paling bawah pohon yang roboh atau miring agar tumbuh guna mengganti pohon yang tua. Hilangkan tunas vertikal yang tidak tumbuh tegak. 3. Pemangkasan sanitasi Sanitasi atau kebersihan akan membantu meningkatkan masuknya sinar matahari atau aliran udara, dan mencegah serta mengurangi masalah hama, penyakit dan gulma. Hal ini akan memperbaiki kesehatan tanaman dan merangsang perkembangan buah. Pemangkasan sanitasi dilakukan pada waktu yang sama dengan pangkasan struktural (untuk membentuk kerangka tanaman), dan jika cabang-cabang sakit banyak terlihat. Pemangkasan sanitasi dilakukan pada tiap 5 6 bulan dengan metode : - Pangkas cabang-cabang yang menggantung dan merunduk di bawah ketinggian 1,2 m. - Pangkas tunas vertikal dan ranting-ranting kecil yang tidak produktif. - Pangkas semua cabang yang sakit dan rusak. - Pangkas cabang-cabang yang tumpang tindih, tinggalkan jarak 20 40 cm antar cabang. - Pelihara cabang-cabang untuk mempertahankan tinggi tanaman 3,5 m. - Pengirisan sentral: pangkas sedikit saja pada pusat tajuk - Pengirisan samping: pangkas sedikit cabang kecil pada samping tajuk untuk membentuk jarak - Buang semua buah yang mengering

4. Pemangkasan struktural Pemangkasan struktural bertujuan untuk memacu perkembangan empat sampai lima cabang utama secara kontinyu sebagai struktur/kerangka primer. Pemangkasan ini akan merangsang penggantian cabang tua dan sakit pada tanaman dewasa dengan pertumbuhan baru. Hal ini akan mempertahankan bagian produktif, sedangkan pembukaan tajuk dan terselenggaranya ventilasi di dalam dan antar tanaman bertujuan untuk mempertahankan tajuk agar tetap baik dan membulat. Pemangkasan ini dilakukan pada tiap 5 6 bulan dengan metode : - Pemangkasan dilakukan untuk mengendalikan/membatasi ketinggian tanaman, yaitu dengan cara pangkas cabang pada ketinggian 3,5 m agar tinggi tanaman dapat terjangkau pada waktu panen. Lakukan hanya pada pohon yang tingginya lebih dari 3,5 m (setinggi 2 orang). - Pembersihan permukaan tanah, yaitu dengan cara pangkas cabang-cabang yang rendah dan merunduk agar bersih sampai ketinggian 1,2 m di atas permukaan tanah. - Kembangkan/bentuk tajuk-tengah, yaitu dengan cara pangkas dengan bentuk v kecil pada tengah-tengah tajuk pada arah timur-barat, dan kemudian utara-selatan. II. Pemangkasan Tanaman Penaung Pada budidaya tanaman kakao diperlukan tanaman naungan, agar tanaman kakao dapat tumbuh berkembang dengan baik. Tanaman penaung harus dilakukan perawatan agar tidak menimbulkan masalah seperti adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas tanaman kakao. Pengelolaan penaung yang baik akan memacu pertumbuhan pohon kakao yang sehat dan memperbaiki hasilnya. Jumlah penaung yang terlalu sedikit akan berakibat pohon kakao tidak sehat dan munculnya masalah gulma. Jumlah penaung yang terlalu banyak akan

meningkatkan masalah hama dan penyakit. Keduanya mengakibatkan produksi kakao rendah. Sinar yang ideal untuk tanaman kakao sekitar 75% (untuk pohon kakao sebaiknya menerima sekitar 50%, sedangkan 25% lainnya sampai ke tanah). Jenis tanaman penaung dapat bermacam-macam, akan tetapi biasanya tanaman penaung yang digunakan adalah kelapa atau glirisidia (Gliricidia sepium). Termasuk di dalam pengelolaan penaung kelapa adalah menghilangkan daun-daun kelapa yang jatuh ke pohon kakao secara rutin. Pengelolaan tanaman penaung Glirisidia diuraikan pada bagian berikut (ACIAR, 2009). a. Waktu pelaksanaan pada bulan Juli dan Desember (5 6 bulan sesudah pemangkasan struktural) dan selama putaran pemangkasan sanitasi normal. b. Metode yang digunakan : - Pengurangan tajuk, dengan cara pangkas cabang-cabang tajuk besar untuk mengurangi bobot tajuk glirisidia. - Pembuangan kulit batang, yaitu buang kulit keliling batang pada ketinggian bahu dan potong jaringan penghubung permukaan pada tempat yang kulit batangnya diambil. - Pemangkasan pertumbuhan kembali, tiga bulan setelah pembuangan kulit batang, tumbuhkan dua atau tiga tunas dan buang sisanya. Enam bulan setelah pembuangan kulit batang, tinggalkan satu tunas pertama dan buang kulit pada tunas sisanya. Tinggalkan dua tunas baru dari cabang utama (pilih setelah 6 bulan) dan buang sisanya. - Ulangi sebagai satu daur. D. AKIBAT TIDAK MELAKUKAN TEKNIK PEMANGKASAN Pertumbuhan tanaman kakao dipengaruhi oleh faktor genetis (bawaan tanamannya) dan lingkungannya. Lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan tumbuhnya hama dan penyakit (Gambar 2). Hama utama tanaman kakao terdiri dari penggerek buah kakao, PBK (

Conopormorpha cramerella snell), penghisap buah (Helopeltis spp), ulat kilan (Hyposidra talaca) dan ulat api (Darna trima). Sedangkan penyakit penyakit utama yang sering menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah penyakit busuk buah (phytophtora palmivora), penyakit kanker batang (phytophtora palmivora), penyakit VSD (oncobasidium theobromae), penyakit Colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides), penyakit jamur upas (corticium salmonicolor), penyakit akar (JAC (Fomes lamaoensis), JAP (Fomes Lignosus)). Gambar 2. Buah kakao terserang penyakit. Gambar 3. Kebun kakao yang belum dipangkas.

Banyaknya buah yang terserang penyakit dikarenakan kondisi kebun yang kurang terawat (Gambar 3). Teknik pemangkasan tidak dilakukan dengan baik atau tidak sesuai dengan teknik budidaya yang benar, sehingga kebun lembab dan menjadi sarang tumbuhnya penyakit. Pemangkasan terhadap tanaman kakao yang berlebihan (terlalu berat) menyebabkan cabang-cabang lemah dan mati, serta meningkatkan kepekaan tanaman terhadap hama dan penyakit. Akan tetapi, pemangkasan yang kurang (terlalu ringan) menyebabkan iklim mikro tidak sehat sehingga dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit, serta jumlah yang dihasilkan sedikit (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004) dalam Ika Wulan Ermayasari (2010). Kondisi tanaman penaung juga harus dilakukan perawatan agar tidak menimbulkan masalah seperti adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas tanaman kakao dalam memproduksi benih kakao. Jumlah penaung yang terlalu sedikit akan berakibat pohon kakao tidak sehat dan munculnya masalah gulma. Sedangkan, jumlah penaung yang terlalu banyak akan meningkatkan masalah hama dan penyakit. Keduanya mengakibatkan produksi benih kakao rendah. E. PENUTUP Kondisi kebun sumber benih mempengaruhi produktivitas benih. Kebun sumber benih yang terawat akan menghasilkan sumber benih yang bermutu dalam jumlah yang cukup. Untuk meningkatkan produktivitas kebun sumber benih kakao, maka perlu dilakukan pemangkasan baik untuk tanaman kakao dan tanaman penaung secara rutin. Ada empat komponen kunci dalam pemangkasan tanaman kakao, antara lain pemangkasan bentuk (pemangkasan pucuk dan bentuk tajuk), pemangkasan tunas air/vertikal, pemangkasan sanitasi dan pemangkasan struktural. Pemangkasan tanaman penaung dilakukan pada waktu dan menggunakan metode yang tepat.

F. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Kebijakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao dalam Mendukung Hilirisasi dan Peningkatan Pendapatan Petani. Makalah disampaikan pada Lokakarya Kakao Indonesia 2013 tanggal 18 September 2013 di Jakarta. Ermayasari, Ika W. 2010. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Konam J., Namaliu Y., Daniel R. dan Guest D.I. 2009. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi Kakao Berkelanjutan; Panduan Pelatihan untuk Petani dan Penyuluh. Monograf ACIAR No. 131a, 36 hal. Permentan Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, Dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Wijaya, Andi A. 2010. Laporan Identifikasi Morfologis Tanaman Kakao. Universitas Jember. Jember