H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah Swt dengan jenis yang berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Menikah

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak bersentuhan dengan titah dan perintah agama atau kewajiban yang

Retna Gumanti 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 46/PUUVII/2010, anak tidak sah, hubungan keperdataan.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, yang dikaruniai akal dan pikiran, kesempurnaan untuk berjalan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 104

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP A. Ikhtisar

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA. Sukma Rochayat *, Akhmad Khisni **

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB IV. Analisis Terhadap Dalil Hukum Hakim dalam Penetapan Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Nganjuk Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

PEMBATALAN PERKAWINAN DAN PENCEGAHANNYA Oleh: Faisal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan keturunan dan keinginan manusia untuk memiliki pasangan hidup, yang secara fitrah telah ada dalam diri setiap orang yang diciptkan oleh Allah swt sejak zaman Nabi Adam as sampai sekarang ini. Islam sebagai agama rahmatan lil aalamiin telah mengatur semua persoalan di muka bumi ini, termasuk persoalan keturunan maupun keinginan untuk memiliki pasangan hidup. Dalam hal keturunan dan keinginan untuk memiliki pasangan hidup, Islam juga telah mengaturnya, yakni melalui sebuah pernikahan atau perkawinan yang menyatukan antara seorang pria dan

wanita dalam sebuah ikatan yang sah dan diakui oleh agama maupun negara. Pernikahan atau perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku bagi semua makhluk-nya, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt., sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya. 1 Pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya, karena pernikahan dapat mengurangi kemaksiatan dalam bentuk apapun serta pelaksanaannya merupakan ibadah. 2 Seperti terdapat dalam firman Allah Swt : Terjemahnya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak 1 H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 2 H.Zainuddin Ali, MA, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 7 2

(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-nya) lagi Maha mengetahui. (QS. An-Nuur [24]: 32) 3 Sehingga untuk menjaga keabsahan serta kemurnian pernikahan itu, setiap syarat dan rukun pernikahan yang telah ditetapkan dalam hukum Islam harus dipenuhi dan keberadaannya perlu dilindungi oleh negara. Dalam peraturan negara, perkawinan atau pernikahan dijelaskan melalui Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 sebagai berikut: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan terjemahnya (Surabaya: CV Karya Utama,2005), h. 494 3

(rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 juga dijelaskan bahwa : Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghalidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa perkawinan atau pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin yang sangat kuat dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal atas dasar ketaatan kepada Allah swt. Dalam AlQuran, Allah swt juga telah menjelaskan mengenai tujuan pernikahan itu sendiri yang tertuang dalam Surah Ar-Rum [30] ayat 21 Terjemahnya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari 4

jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar- Rum [30]: 21) 4 Dari semua penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa perkawinan merupakan suatu ikatan suci yang sangat kuat untuk membentuk sebuah keluarga yang kekal dan bahagia demi menciptakan perasaan tenteram, saling mengasihi dan menyayangi antara suami dan isteri dengan didasarkan atas ketaatan kepada Allah swt. Untuk mengadakan sebuah pernikahan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi demi keabsahan janji suci tersebut, antara lain: 1. Dipenuhinya semua rukun nikah, yaitu 4 Ibid, h.572 5

a. Adanya calon suami dan calon istri yang akan melakukan perkawinan. b. Ada wali bagi calon mempelai perempuan. Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya. c. Dua orang saksi yang adil yang menyaksikan secara langsung akad pernikahan tersebut. d. Sighat (Akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan yang dijawab oleh mempelai laki-laki dengan lafaz nikah, tazwij atau terjemahan dari keduanya yang saling berhubungan dan tidak bertentangan antara satu dengan yang lain. 5 Atau bisa diartikan sebagai ijab kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh pengantin laki-laki. 2. Dipenuhinya syarat-syarat nikah, antara lain a. Persetujuan kedua belah pihak. b. Mahar (mas kawin). 5 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo; Cetakan ke 42, 2009), h. 382 6

c. Tidak melanggar larangan perkawinan sebagai yang ditentukan oleh syari ah. 6 Secara garis besar, syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua : 1. Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang yang haram dinikahi, baik karena haram dinikah untuk sementara maupun untuk selama-lamanya. 2. Akad nikahnya dihadiri para saksi. 7 Aturan tambahan dalam pelaksanaan pernikahan yang sah di Indonesia yakni setiap perkawinan atau pernikahan harus dicatat, seperti yang tercantum dalam pasal 2 ayat (2) Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974. Hal ini dilakukan demi melindungi kesucian dan kemurnian dari pernikahan atau perkawinan itu sendiri, serta menjamin bahwa 6 Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan Edisi Kedua (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 139 7 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group; Cetakan ke 4, 2010), h. 49 7

setiap rukun dan syarat pernikahan telah terpenuhi dengan baik sesuai hukum Islam. Namun, di masa sekarang banyak pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang Islam yang hanya memenuhi persyaratan secara agama, namun tidak memenuhi persyaratan administrasi, yakni tidak dicatat oleh pejabat yang berwenang melakukannya. Pernikahan seperti ini disebut sebagai pernikahan siri. Hukum asal menikah adalah jaiz (diperbolehkan). 8 Namun, untuk nikah siri banyak menimbulkan kemudharatan bagi kaum wanita dan anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut. Karena, secara hukum yang berlaku di Indonesia, pernikahan mereka tidaklah sah dan anak-anak yang mereka hasilkan juga tidak sah. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hak-hak isteri dan anak-anak hasil pernikahan tersebut yang sangat banyak merugikan mereka. 8 H. Sulaiman Rasjid, Op.Cit, h.381 8

Pihak yang paling dirugikan dalam hal ini adalah anak hasil pernikahan tersebut, karena mereka tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada orang tua mereka, sehingga anak-anak yang harus memikul beban dari perbuatan orang tuanya. Hal ini dikarenakan anak hasil pernikahan siri tersebut masih dipertanyakan mengenai sah atau tidaknya anak tersebut dalam hukum yang berlaku di Indonesia, sehingga membuat hak-hak keperdataan mereka terhadap ayahnya menjadi terhalangi. Masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia mengenai kasus Machicha Mochtar yang memperjuangkan keabsahan anaknya M. Iqbal Ramadhan sebagai anak yang sah dari pasangan Machicha Mochtar dan Moerdiono yang menikah secara siri pada 20 Desember 1993 dan bercerai pada tahun 1998. Pada tahun 2008 keluarga besar Moerdiono mengadakan jumpa pers yang tidak mengakui Iqbal sebagai anak dari Moerdiono. Machicha Mochtar bahkan berjuang melalui Mahkamah Konstitusi agar aturan yang menyatakan 9

anaknya bukanlah anak yang sah dari Moerdiono dihapuskan atau dirubah. Hasilnya, Ia berhasil membuat para Hakim Konstitusi merubah pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan, Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya, Dirubah sehingga berbunyi: Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya 9 9 Republik Indonesia, Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 46/PUU-VIII/2010 10