Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 9 Standard Kriteria Kebutuhan Air

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO SULAWESI UTARA.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indikator Konten Kuesioner

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUISIONER PENELITIAN PENENTUAN FAKTOR PENGENDALI dan RATING FAKTOR PENGENDALI. Judul penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

III. METODOLOGI PENELITIAN. pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

VI. PERUMUSAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

Lapas Kelas I A Kedungpane

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

Peran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB III METODA PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF

Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck

FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

III. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di empat desa yaitu Desa Muara Gading Mas, Bandar

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

Transkripsi:

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah 150,78 km 2 dengan jumlah penduduk 1.303.569 jiwa (BPS, 2010) yang terdiri dari pria sekitar 658.701 jiwa dan wanita 644.868 jiwa. Kota Tangerang Selatan sebelah utara berbatasan dengan kota Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta, di sebelah selatan berbatasan dengan kota Depok dan kabupaten Bogor dan di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tangerang. Penelitian dilaksanakan bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011. Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan Bahan dan Alat Data yang digunakan terdiri dari (1) data primer, data penggunaan lahan hasil intepretasi citra dan data hasil survey cek di lapangan, (2) data sekunder berupa peta administrasi kota Tangerang Selatan, peta-peta tematik sarana

30 prasarana dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan, data atribut seperti data kependudukan, jumlah sarana prasarana wilayah kota. Alat yang digunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software Arc GIS 9.3, Microsoft Office serta alat penunjang lainnya yaitu kamera digital, GPS dan alat tulis. Metode Pengumpulan Data Sumber data primer diambil dari pengambilan titik lokasi sarana prasarana dengan GPS (Global Positioning System), hasil survey/cek di lapangan terkait jumlah sebaran, jarak sarana prasarana dan wilayah pelayanan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari lembaga pemerintahan (kantor Pemerintah Kota, Kecamatan), Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pendidikan Nasional Kota Tengerang, RTRW Kota Tangerang Selatan, data dari bahan bacaan, internet dan peta. Hubungan antara tujuan kegiatan penelitian, jenis data, metode analisis dan keluaran/hasil dari penelitian disajikan pada Tabel 1. Penggunaan lahan dapat dipantau dengan menggunakan intepretasi citra Diharapkan dari karakteristik penggunaan lahan dapat membantu proses identifikasi sebaran sarana prasarana wilayah di Kota Tangerang Selatan. Proses identifikasi sarana prasarana didukung data sekunder dari peta-peta tematik sebaran sarana prasarana. Hasil identifikasi sarana prasarana dievaluasi ketersediaannya dengan analisis deskriptif, kemudian dilakukan analisis spasial berkaitan dengan akses pencapaian dari permukiman menuju sarana prasarana. Hasil identifikasi, ketersediaan dan akses pencapaian di formulasikan dengan metode analisis SWOT sehingga didapatkan strategi pengembangan sarana prasarana wilayah sebagai arahan Kota Tangerang Selatan. Kerangaka bagan alir penelitian disajikan Gambar 6.

31 Tabel 1 Jenis data dan Metode Analisis Tujuan Kegiatan Jenis Data Metode Analisis Keluaran 1. Identifikasi sebaran sarana prasarana Penggunaan Lahan Lahan Intepretasi Citra Digital Peta Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan Peta Tematik Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan Primer Sebaran Sarana Prasarana Analisis Deskriptif Peta Sebaran Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan 2. Evaluasi ketersediaan sarana prasarana Kota Tangerang Selatan dalam Angka 2010 (BPS) Jumlah Sebaran Sarana Prasarana RTRW Kota Tangerang Selatan BAPPEDA, 2010 Analisis Deskriptif Ketersediaan Sarana Prasarana Kota Tangerang Selatan 3. Menganalisis akses pencapaian menuju sarana prasarana Peta Penggunaan Lahan/Tangerang Selatan Peta Jaringan Jalan Analisis Spasial Perhitungan Manual Jarak Pencapaian ke Sarana Prasarana 4. Strategi pengembangan sarana prasarana Hasil Wawancara dengan responden Hasil Analisis Sebelumnya Analisis SWOT Strategi Pengembangan Sarana Prasarana wilayah

32 Interpretasi citra Studi Pustaka Data BPS Peta Penutupan/ Penggunaan Lahan Wawancara Responden Identifikasi Sebaran Sarana Prasarana Akses Pencapaian Analisis SWOT Analisis Spasial Evaluasi Sebaran dan Ketersediaan Sarana Prasarana Arahan Pengembangan Sarana Prasarana Permukiman Gambar 6 Bagan Alir Penelitian Metode Analisis Data Metode Analisis data diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan, dan kendala yang terjadi berdasarkan data dan hasil survey di lapang. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Intepretasi Penutupan/Penggunaan Lahan Data peta penutupan dan penggunaan lahan diperoleh dari intepretasi citra satelit dengan menggunakan citra Geo Eye (Maret 2010) yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan.

33 Citra Satelit Intepretasi citra Peta Administrasi Peta Penggunaan Lahan Gambar 7 Bagan Alir Peta Identifikasi Sarana Prasarana Identifikasi dan Evaluasi Ketersediaan Sarana Prasarana Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menggambarkan dan memperlihatkan fakta-fakta data yang di analisa, digunakan untuk melihat data atribut. Kesimpulan analisis deskriptif dilakukan dengan mengestimasi melalui penjumlahan, perkalian atau pembagian secara matematis (Healey, 1999). Identifikasi dan evaluasi ketersediaan sarana prasarana dengan analisis deskriptif melalui tabulasi, mengacu kepada SNI-03-1733-2004. Jumlah penduduk digunakan sebagai dasar perhitungan ratio jumlah sebaran sarana prasarana di tiap kecamatan. Sarana prasarana yang menjadi obyek penelitian adalah: 1. Sarana prasarana air bersih 2. Sarana prasarana listrik Peta Sebaran Sarana Prasarana 3. Sarana prasarana jaringan jalan 4. Sarana prasarana pendidikan dasar 5. Sarana prasarana kesehatan masyarakat 6. Sarana prasarana persampahan 7. Sarana prasarana niaga dan perdagangan

34 Sarana Prasarana Air Bersih Data sebaran sumber air bersih Kota Tangerang diambil dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS), wawancara dengan pengelola kantor IPA Serpong. Penggunaan analisis deskriptif untuk melihat jumlah sebaran sarana prasarana air bersih, ketersediaan dan wilayah pelayanan instalasi air bersih Kota Tangerang Selatan. Hasil analisis dibandingkan dengan SNI-03-1733-2004 sebagai bahan acuan. Sarana Prasarana Listrik Ketersediaan sarana prasarana listrik di hitung secara tabulasi berdasarkan jumlah penduduk dan kegiatan rumah tangga yang memerlukan listrik (penerangan, alat-alat rumah tangga, hiburan dan informasi). Perhitungan kegiatan rumah tangga di asumsikan per 1 Kepala Keluarga (1 KK) terdiri dari 4 orang. Kebutuhan listrik per 1 KK adalah 5 Ampere, dan persamaan yang digunakan untuk menghitung daya listrik adalah sebagai berikut: P = V. I dimana P = Daya listrik (Volt Ampere) V = Tegangan (Volt) I = Arus Listrik (Ampere) Distribusi daya listrik disebarkan melalui gardu listrik yaitu: gardu tiang/portal, gardu tembok/beton, gardu cantol dan gardu kios. Pada penelitian ini yang dihitung hanya jumlah gardu listrik beton berdasarkan Peta Sebaran Gardu Listrik Kota Tangerang Selatan tahun 2010. Analisis deskriptif untuk menggambarkan jumlah sebaran gardu listrik dan jumlah kapasitas listrik. Kapasitas gardu listrik beton terdiri dari dua travo dengan besaran 630 kva (kilo Volt Ampere) atau 630.000 VA per travo. Sarana Prasarana Jaringan Jalan Identifikasi jaringan jalan mengacu ke Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan Sistem Jaringan dan Geometri Jalan (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1998). Jaringan jalan berfungsi pergerakan manusia dan kendaraan, sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.

35 Jenis prasarana dan utilitas jaringan jalan yang harus disediakan ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kelas kawasan/lingkungan perumahan. Standar kriteria jalan di sajikan dalam Tabel 2 berdasarkan SNI- 03-1733-2004. Tabel 2 Kualifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan Hirarki Jalan Perumah an Lokal Sekunder I Lokal Sekunder II Lokal Sekunder III Lingkung an I Perkerasan (m) 3.0 7.0 (mobilmotor) 3.0 6.0 (mobilmotor) 3.0 (mobilmotor) 1.5 2.0 (pejalan kaki, penjual dorong) Dimensi dari Elemen-eleman Jalan Bahu Jalan (m) 1.5-2.0 (darurat parkir) 1.0-1.5 (darurat parkir) 0.5 (darurat parkir) Pedestrian (m) 1.5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1.5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1.2 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang Trotoar (m) Dimensi pada Daerah Jalan Damaja (m) 0.5 10.0 12.0 0.5 10.0 12.0 cacat roda) 0.5 --- 0.5 3.5 4.0 Damija (m) Dawasja Min. (m) GSB Min. (m) 13.0 4.0 10.5 --- 12.0 4.0 10.0 --- Ket. 0.5 8.0 8.0 3.0 7.0 Khusus pejalan kaki 4.0 2.0 4.0 Khusus pejalan kaki Lingkung an II 1.2 (pejalan kaki, penjual dorong) 0.5 --- 0.5 3.2 4.0 2.0 4.0 Khusus pejalan kaki Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah Evaluasi ketersediaan sarana prasarana jaringan jalan dilakukan melalui pengamatan. Pengamatan kondisi fisik jaringan jalan dan perhitungan panjang jalan dengan bantuan software Arc.GIS 9.3. Hasil data keduanya dianalisis dengan analisis deskriptif untuk memperlihatkan ketersediaan jaringan jalan. Sarana Pendidikan Dasar Ketersediaan sarana prasarana sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan).

36 Dasar penyediaan sarana pendidikan mempertimbangkan: 1. Pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. 2. Memperhatikan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. 3. Tercapainya tujuan pendidikan: mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Evaluasi ketersediaan sarana prasarana pendidikan dan pembelajaran mengacu pada SNI-03-1733-2004 yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Standard dan Kriteria Sarana Pendidikan dan Pembelajaran No. 1 2 Jenis Sarana Taman Kanak- Kanak Sekolah Dasar Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Sarana Kriteria Keterangan Luas Lantai (m 2 ) Luas Lahan 2 (m ) Radius (m) Lokasi 1250 216 500 500 di dlm lingkungan 1600 633 2000 1000 bergabung dengan taman 3 SLTP 4800 2282 9000 1000 dpt dicapai kendaraan 4 Taman Bacaan Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah 2500 72 150 1000 ada lapangan olahraga di tengah kelompok warga tidak menyeberang jalan lingkungan. /60 murid dpt disatukan dengan sarana lain dapat digabung dengan sarana pendidikan lain SD, SMP Data sebaran sarana prasarana pendidikan dasar di tingkat kecamatan di analisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka. Sarana Kesehatan Masyarakat Identifikasi sarana prasarana kesehatan dianalisis berdasarkan data sebaran sarana prasarana kesehatan masyarakat per kecamatan dan peta tematik sarana prasarana kesehatan masyarakat tahun 2010 dari BAPPEDA Kota Tangerang Selatan. Standar perhitungan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu kepada SNI-03-1733-2004. Standard kebutuhan dan pelayanan kesehatan masyarakat disajikan dalam Tabel 4.

37 No. Tabel 4 Standard Kebutuhan dan Pelayanan Sarana Kesehatan Masyarakat Jenis Sarana Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) Kebutuhan Per Satuan Sarana Luas Luas Lantai Lahan Min. Min. Standard (m 2 /jiwa) Radius pencapaian Kriteria Lokasi dan Penyelesaian (m 2 ) 2 (m ) 1. Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. 2. Balai Pengobatan Warga 3. BKIA / Klinik Bersalin 4. Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan 5. Puskesmas dan Balai Pengobatan 6. Tempat Praktek Dokter 7. Apotik / Rumah Obat 2.500 150 300 0,12 1.000 m Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya. 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m Dapat dijangkau dengan kendaraan umum Keterangan Dapat bergabung dengan balai warga atau sarana hunian/rumah Dapat bergabung dalam lokasi balai warga 30.000 150 300 0,006 1.500 m -idem- Dapat bergabung dalam lokasi kantor kelurahan 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m -idem- Dapat bergabung dalam lokasi kantor kecamatan 5.000 18 - - 1.500 m -idem- Dapat bersatu dengan rumah 30.000 120 250 0,025 1.500 m -idem- Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah tinggal/tempat usaha/apotik Data sarana prasarana kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan dianalisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka untuk evaluasi ketersediaan sarana prasarana kesehatan masyarakat. Sarana Prasarana Persampahan Pengertian sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri bahan organik dan anorganik yang tidak berguna harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi lingkungan mengacu kepada (SNI-19-2454-2002). Data sebaran Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) per kecamatan, peta tematik sebaran sarana prasarana

38 persampahan tahun 2010 dari BAPPEDA Kota Tangerang Selatan digunakan untuk identifikasi sebaran sarana prasarana persampahan. Standard kebutuhan sarana prasarana persampahan berdasarkan (SNI-03-1733-2004) disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Standard Kebutuhan Sarana Persampahan Lingkup Prasarana Rumah (5 jiwa) RW (2500 jiwa) Kelurahan (30.000 jiwa) Kecamatan (120.000 jiwa) Kota (> 480.000 jiwa) Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah Prasarana Sarana pelengkap Status Dimensi Keterangan Tong sampah Pribadi - -- Gerobak sampah 2 m Gerobak TPS mengangkut Bak sampah kecil 6 m 3 Jarak bebas 3x seminggu 3 TPS dengan Gerobak sampah 2 m Gerobak lingkungan TPS mengangkut Bak sampah besar 12 m 3 hunian 3x seminggu minimal Mobil sampah - Mobil TPS/TPA 30m mengangkut Bak sampah besar lokal 25 m 3 3x seminggu Bak sampah akhir - Tempat daur ulang TPA -- - sampah Data sarana prasarana persampahan di tingkat kecamatan dianalisis menggunakan analisis deskriptif meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka untuk mengevaluasi ketersediaan sarana prasarana persampahan. Sarana Prasarana Niaga dan Perdagangan Dasar penyediaan sarana adalah jumlah penduduk terlayani, radius area layanan terkait dengan kebutuhan pelayanan yang harus dipenuhi. Identifikasi sebaran sarana prasarana niaga dan dianalisis berdasarkan data sebaran sarana prasarana niaga dan perdagangan per kecamatan dan peta tematik sarana prasarana niaga dan perdagangan. Standar kebutuhan dan pelayanan sarana prasarana niaga dan perdagangan mengacu kepada (SNI-03-1733-2004) disajikan dalam Tabel 6. Analisis deskriptif digunakan untuk evaluasi ketersediaan sarana prasarana niaga dan perdagangan meliputi tabulasi, perhitungan dan penyajian dalam bentuk angka. 3

39 No Tabel 6 Standard Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga Jenis Sarana 1. Toko / Warung Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) (m 2 ) 250 50 (termasu k gudang) Kebutuhan per Satuan Sarana Luas Luas Lantai Lahan Min. Min. 2 (m ) 100 (bila berdiri sendiri) Standard (m 2 /jiwa) Radius pencapaian Kriteria Lokasi dan Penyelesaian 0,4 300 m Di tengah kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian dari sarana lain 2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m Di pusat kegiatan sub lingkungan. KDB 40% Dapat berbentuk P&D 3. Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan 4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor) Sumber: SNI-03-1733-2004 diolah Analisis Akses Pencapaian 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan utama. Termasuk sarana parkir sesuai ketentuan setempat Skenario aksess pencapaian dengan metode analisis perhitungan jarak dan kerapatan jalan menggunakan software ArcGIS 9.3 sebagai alat bantu. Kerapatan jalan diukur dengan menghitung luas wilayah di banding dengan panjang jalan dengan persamaan sebagai berikut: R = L d dimana R : Kerapatan Jalan (km) L : Luas Wilayah (km 2 ) d : Panjang Jalan (km) Hasil kerapatan jalan menggambarkan akses pencapaian masing-masing sarana prasarana di tiap wilayah. Besaran kerapatan jalan menjadi standar jarak pencapaian menuju sarana prasarana

40 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis menggunakan kerangka kerja kekuatan (strength) dan meminimalkan kelemahan (weakness) mempergunakan kesempatan eksternal (opportunity) dan memperhatikan ancaman (threats). Instrumen ini merupakan metode sederhana memprediksi hasil terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi (Frieshner, 2010). Kerangka pemikiran SWOT berbentuk matriks dua kali dua melalui tahapan identifikasi faktor-faktor internal terkait dengan sarana prasarana wilayah yang menjadi kekuatan (S) dan kelemahan (W). Kemungkinan perluasan wilayah pelayanan menjadi salahsatu peluang (O) dan memprediksi ancaman (T) terkait pengembangan sarana dan prasarana wilayah menjadi faktor eksternal. Dalam setiap tahapan diberi penilaian dengan menggunakan matriks SWOT disajikan Tabel 7. Tabel 7 Matriks SWOT Eksternal Peluang (Opportunity) Internal Kekuatan (Strength) Strategi SO Kelemahan (Weakness) Strategi WO Ancaman (Threat) Strategi ST Strategi WT