DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

KAJIAN PEMBATALAN MEREK PUTUSAN NOMOR 08/HAKI/M/2007/ PN.NIAGA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan. pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN ATAS PELANGGARAN MEREK TERDAFTAR

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran yang ada, termasuk dalam bidang hak atas kekayaan intelektual.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka dapat ditarik. kesimpulan:

BAB I Pendahuluan. suatu barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan diperlukan tanda

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS MEREK TERKENAL YANG MEREKNYA DIDAFTARKAN OLEH PIHAK LAIN PADA KELAS BARANG DAN/ ATAU JASA TIDAK SEJENIS

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SETTLEMENT OF TRADEMARK DISPUTE. (Case Study Commersial Court Decision Nomor 82/Merek/203/PN.Niaga. Jkt.Pst)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB I PENDAHULUAN. Hak merek merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang timbul

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab III, maka dapat

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN MEREK YANG TELAH TERDAFTAR OLEH PEMEGANG MEREK MENURUT UNDANG UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK ABSTRACT

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELANGGARAN MEREK TERKENAL MELALUI JUAL-BELI BARANG DI MEDIA JEJARING SOSIAL FACEBOOK

ANALISIS YURIDIS KONSISTENSI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG DALAM KASUS MEREK YANG MENGANDUNG UNSUR PERSAMAAN PADA POKOKNYA (Putusan Pengadilan )

BAB I PENDAHULUAN. Merk merupakan bagian dari Hak Milik Intelektual. yang dalam dunia perdagangan di negara berkembang, seperti

ANALISA YURIDIS TERHADAP PEMBONCENGAN KETENARAN MEREK ASING TERKENAL UNTUK BARANG YANG TIDAK SEJENIS (KASUS MEREK INTEL CORPORATION LAWAN INTEL JEANS)

BAB I PENDAHULUAN. pelaku usaha atau produsen untuk menggunakan unsur-unsur seperti nama, logo

ABSTRAK STUDI KASUS TERHADAP PENOLAKAN MEREK TERKENAL IKEA DI INDONESIA BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG MEREK TERHADAP PELANGGARAN MEREK MENURUT UU MEREK INDONESIA. R. Eddy Haryadi ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, suatu produk barang atau jasa yang dibuat pelaku usaha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlindungan Dan Pengaturan Tentang Hak Merek Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. produk barang/jasa satu dengan yang lainnya. Dengan merek konsumen lebih mudah

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PENYELESAIAN SENGKETA MEREK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK. Abstract

I. PENDAHULUAN. yang hari ini diproduksi di suatu negara, di saat berikutnya telah dapat dihadirkan

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan teori dan analisis terhadap Putusan Pengadilan Dalam Perkara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 PENJELASAN ATAS TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 MEREK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) merupakan langkah maju bagi bangsa Indonesia yang akan memasuki era

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG INDIKASI-GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG INDIKASI-GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN SENGKETA MEREK ANTARA PHILIP MORRIS PRODUCTS S.A DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Hukum, Pengertian, Jenis dan Bentuk Merek. sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang kehidupan lainnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III KASUS KEMIRIPAN MEREK PADA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

BAB I PENDAHULUAN. produk barang maupun jasa yang ditemukan di pasaran. Barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN MEREK TERKENAL ASING

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. penemuan-penemuan di bidang teknologi. Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

Perlindungan Hukum terhadap Merek Terkenal di Indonesia: Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 264 K/PDT.SUS- HKI/2015

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5541) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pem

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

IMPLEMENTASI PENILAIAN KEBARUAN DAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI

BAB V IZIN PENDAFTARAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

b. Merk jasa Merk jasa yaitu merk yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB V PENUTUP. menganalisa bahwa sebenarnya kebaruan atau Novelty jelaslah dalam. Penerapannya tidak dilakukan dengan maksimal, sehingga putusan

BAB I PENDAHULUAN. dengan persaingan bisnis antar para pelaku usaha, tentu saja tiap-tiap pihak

"BRAND REGISTRATION OF TOUR AND TRAVEL SERVICES PT. JAYA MAJOR TOUR IN SOLOK CITY " Abstract

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK MEREK (Studi Kasus Merek Spesial Sambal SS dalam Sengketa Passing Off)

Transkripsi:

AKIBAT HUKUM PELANGGARAN MEREK TERKENAL PRADA PADA PRODUK FASHION DI INDONESIA (Studi : Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.200/Pdt.G/1998/PN.Jkt.Pst. Putusan Peninjauan Kembali No. 274 PK/Pdt/2003) Bernadetta Ides Bidhari, Etty Susilowati*, Hendro Saptono ABSTRAK Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan 1

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa, sedangkan merek terkenal adalah merek dagang yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau badan, baik di wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Merek sangat erat kaitannya dengan persaingan usaha tidak sehat yang berupa pelanggaran merek terkenal yaitu peniruan merek terkenal itu sendiri. Penelitian hukum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana akibat hukum dari pelanggaran merek terkenal, khususnya Prada pada produk fashion di Indonesia, dimana pendaftaran merek disalahgunakan untuk meniru merek terkenal yang sudah ada. Penelitian ini dilakukan dengan menyesuaikan kasus yang terjadi dengan peraturan-peraturan yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, dengan merujuk pada putusan Peninjauan Kembali Sengketa Merek Prada. Berdasar hasil penelitian maka akibat hukum dari Pelanggaran Merek Terkenal Prada pada produk fashion di Indonesia (Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.200/Pdt.G/1998/PN.Jkt.Pst. Putusan Peninjauan Kembali No. 274 PK/Pdt/2003) yaitu 2

bahwa perlindungan hukum bagi produk fashion yang melakukan pelanggaran merek terhadap merek Prada telah berakhir setelah putusan Peninjauan Kembali ini dan kepemilikannya kembali pada pemilik asli merek Prada. Kata Kunci : Akibat Hukum, Pelanggaran, Merek Terkenal ABSTRACT Brand is the symbol in the form of pictures, names, words, letters, numbers, color composition, or the combination of those elements having distinguishing features and used in the commercial activities of goods and services. Then, famous brand is the trade mark commonly recognized and used to the traded goods by someone or institution, both in Indonesia and other countries. Brand is closely related to unfair business competition in the form of famous brand violation, which is the imitation of famous brand. 3

This legal research was conducted with the aims to recognize the legal causes of the violation against Prada famous brand in fashion products in Indonesia in which the brand registration is misused to imitate the existing famous brand. This research was conducted by adjusting the case occurred with the existing laws in the Act No. 15, 2001 on Brand referring to the decision of Judicial Review on the Dispute of Prada Brand. Based on the research results, it is found that the legal causes of the violation against Prada famous brand in fashion products in Indonesia (the Commercial Court Decision in Central Jakarta No. 200/Pdt.G/1998/PN.Jkt.Pst. and the Judicial Review Decision No. 274 PK/Pdt/2003) are that the legal protection for the fashion products committing brand violation against Prada brand is over after the Judicial Review Decision and the ownership returns to the original owner of Prada brand. Keywords: Legal Causes, Violation, Famous Brand 4

A. PENDAHULUAN Pelaku usaha menciptakan karya-karya yang terus diperbaharui sesuai dengan tingginya kebutuhan manusia yang tidak ada habisnya. Masyarakat saat ini justru lebih memilih untuk membeli barangbarang dengan merek luar negeri yang sudah terkenal fashion. khususnya Pengertian merek itu sendiri sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UU No.15 tahun 2001 tentang Merek yaitu: Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Merek itu sendiri memiliki persyaratan untuk didaftarkan, salah satunya, seperti yang 5

tercantum pada Pasal 4 Undang- Undang Merek yaitu: Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh yang beritikad tidak baik. Pemohon Merek juga tidak dapat didaftarkan apabila memiliki kemiripan yang jelas dilarang seperti yang terdapat pada Pasal 6 ayat 1 UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek yang menyatakan bahwa: Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut: a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis; c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal. Fungsi merek itu sendiri adalah sebagai fungsi pembeda, fungsi jaminan reputasi, fungsi promosi, fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri. 1 Merek sebagai fungsi pembeda inilah yang membedakan dalam kegiatan perdagangan antara barang yang satu dengan yang lain sekaligus untuk memberikan ciri khusus kepada pembeli untuk memudahkan dalam proses pembelian. Banyaknya merek dagang yang sudah terkenal di masyarakat membuat banyak pelaku usaha lain yang memanfaatkan peluang ini dengan membuat merek dagang yang sama yang tujuannya untuk membonceng popularitas merek terkenal tersebut demi keuntungan yang lebih besar. Praktek pelanggaran merek terkenal tersebut yang seringkali terjadi adalah : 1 Endang P, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, (Bogor: Ghalia Indonesia,2005) halaman 11 6

1) Praktek peniruan merek dagang, 2) Praktek pemalsuan merek dagang, 3) Perbuatan-perbuatan yang dapat mengacaukan publik. 2 Merek dagang asing yang ditiru, membuat pengusaha lokal tersebut mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi atas produk yang dijualnya. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada pelaku usaha atau produsen pakaian, makanan dan merek dagang sejenis, banyak kasus kemiripan merek dagang yang mengarah pada persaingan usaha tidak sehat seperti yang dimaksud pada Pasal 1 ayat 6 UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat: Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang 2 O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: PT Raja Grafindo Perada), halaman 357-359 dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Sengketa merek yang terjadi seringkali penyebabnya adalah kesamaan merek antara merek yang dimiliki oleh pengusaha lokal dengan merek terkenal (asing), di Indonesia, sangat banyak dijumpai kesamaan merek dagang terkenal khususnya dalam bidang fashion merek Prada. Kasus yang pernah terjadi adalah kasus merek Prada yang telah diajukan gugatannya ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang amarnya menolak gugatan tersebut, dan emudian mengajukan upaya Kasasi yang juga ditolak gugatannya, sampai pada tahap terakhir yaitu Peninjauan Kembali yang akhirnya mengabulkan gugatan Penggugat dengan memenangkan merek Prada yang asli. Persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana akibat hukum setelah adanya putusan Pengadilan Niaga hingga 7

ke tahap Peninjauan Kembali serta kepemilikan merek Prada tersebut. A.1. PERUMUSAN MASALAH Beberapa permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan hukum ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana akibat hukum terhadap pelanggaran merek terkenal Prada berkaitan dengan putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003? 2. Bagaimana kepemilikan merek Prada setelah putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003? A.2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan hukum ini adalah : 1. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap pelanggaran merek terkenal Prada berkaitan dengan putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003. 2. Untuk mengetahui kepemilikan merek Prada setelah putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003. B. METODE PENELITIAN Metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang berusaha mensinkronisasikan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dalam perlindungan hukum terhadap norma-norma atau peraturan-peraturan hukum lainnya dengan kaitannya dalam penerapan peraturan-peraturan hukum itu pada praktek nyatanya di lapangan. 3 Penulisan hukum ini menggunakan perundang-undangan pendekatan dengan menganalisis kasus putusan Peninjauan Kembali sengketa merek Prada, serta menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Data yang telah 3 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta,2001), halaman 15. 8

dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kemudian hasil penelitian disajikan dalam bentuk penulisan hukum. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN C.1. Analisis Akibat Hukum terhadap Pelanggaran Merek Terkenal Prada berkaitan dengan Putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003 Pada kasus Prada, pemilik asli dari merek Prada yaitu Prada S.A. yang berkedudukan di Milan, Italy dan telah menggunakan merek tersebut sejak tahun 1913 sangat keberatan dengan didaftarkannya merek Prada oleh pengusaha Indonesia yaitu Fahmi Babra di Direktorat Jenderal HKI. Prada S.A. kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga, namun hakim memberikan putusan untuk menolak gugatan tersebut karena merek Prada yang didalilkan Penggugat sebagai merek terkenal tidak menjamin keterkenalannya pula di Indonesia, selain itu pendaftaran merek Prada atas nama Prada S.A. juga ditolak oleh Direktorat Jenderal HKI karena memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek Prada yang terdaftar atas nama Fahmi Babra. Pertimbangan hukum tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dan peraturan yang berlaku, dimana merek Prada telah memenuhi kriteria merek terkenal sebagaimana yang ditentukan oleh WIPO, yaitu : a) pemakaian merek yang begitu lama ; b) penampilan merek yang mempunyai ciri khas tersendiri yang melekat pada ingatan masyarakat banyak ; c) pendaftaran merek di beberapa Negara ; d) reputasi merek yang bagus karena produk-produk atau jasa yang dihasilkan mempunyai mutu yang 9

prima dan nilai estetis serta nilai komersial yang tinggi e) pemasaran dan peredaran produk dengan jangkauan yang luas di hampir seluruh dunia. Prada S.A. merasa keberatan dengan putusan Pengadilan Niaga tersebut sehingga mengajukan upaya hukum Kasasi yang ternyata juga menolak gugatan Prada S.A. tersebut. Prada S.A. kemudian mencari dan akhirnya menemukan bukti-bukti baru (novum) yang membuktikan bahwa merek Prada miliknya adalah merek terkenal dan seharusnya mendapat perlindungan hukum sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No. 1272 K/Pdt/1984, tanggal 15 Januari 1986 yang menyatakan : "Secara hukum sesuai dengan moral perdagangan yang baik para pedagang wajib menjauhkan diri dari segala usaha untuk membonceng pada ketenaran merek dagang orang lain (nasional/asing), meskipun merek dagang tersebut belum terdaftar di Indonesia bahkan meskipun merek dagang tersebut asing belum masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut, majelis hakim pada tahap Peninjauan Kembali akhirnya mengabulkan gugatan Prada S.A., putusan Peninjauan Kembali No. 274 PK/Pdt/2003 dengan membatalkan merek Prada yang telah terdaftar atas nama Fahmi Babra karena pendaftaran merek tersebut memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal Prada, serta menyatakan Prada S.A. sebagai pemilik yang sebenarnya dari merek Prada. Akibat hukum dari putusan Peninjauan Kembali yang membatalkan merek Prada atas nama Fahmi Babra ini berarti perlindungan hukum yang diberikan kepada merek Prada milik Fahmi Babra telah 10

berakhir, hal ini sejalan dengan isi dari Pasal 71 ayat (4) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001, bahwa pembatalan dan pencoretan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum terhadap merek tersebut. Hal ini sekaligus menyatakan bahwa hak atas merek yang dimiliki Fahmi Babra sebagai pemilik merek terdaftar juga telah dibatalkan yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada Pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001. C.2. Analisis Kepemilikan Merek Prada setelah Putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003 Kepemilikan merek Prada ini setelah adanya putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003 dinyatakan adalah sah milik Prada S.A. sebagaimana yang terdapat pada salah satu amar Putusan Peninjauan Kembali, yaitu Menyatakan Penggugat (Prada S.A.) sebagai pemilik merek dan logo terkenal Prada di Indonesia. Putusan Peninjauan Kembali ini sekaligus menegaskan bahwa Fahmi Babra bukan lagi merupakan pemilik dari merek Prada baik di Indonesia bahkan di luar negeri, artinya bahwa Fahmi Babra tidak lagi berhak menggunakan merek Prada untuk produk-produk fashion yang diproduksinya, mengenai merek Prada yang sudah terlanjur melekat pada produk-produk fashion miliknya haruslah diganti setelah adanya putusan Peninjauan Kembali ini. Kepemilikan merek Prada kembali pada pemilik aslinya 11

yang telah sejak tahun 1913 menggunakan merek ini, yaitu Prada S.A. dahulu dikenal dengan nama PREFEL S.A., suatu perseroan menurut Undang-Undang Negara Luxembourg, berkedudukan di 3 Avenue Pasteur, 2311 Luxembourg dan berkedudukan di C.so Porta Romana 93, 20122 Milano, Italy. D. PENUTUP KESIMPULAN Analisis dan pembahasan dari rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Akibat hukum dari putusan Peninjauan Kembali yang membatalkan merek Prada No.328996 dan 329217 atas nama Fahmi Babra ini berarti perlindungan hukum yang diberikan kepada merek Prada milik Fahmi Babra telah berakhir, Hal ini sekaligus menyatakan bahwa hak atas merek yang dimiliki Fahmi Babra sebagai pemilik merek terdaftar juga telah dibatalkan. 2. Kepemilikan merek Prada setelah adanya putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003 dinyatakan adalah sah milik Prada S.A. sebagaimana yang terdapat pada salah satu amar Putusan Peninjauan Kembali No.274 PK/Pdt/2003. DAFTAR PUSTAKA Buku : Ashofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta,2001); Harahap, M.Yahya, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996); O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada); 12

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 13