PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukum tetap ini merupakan upaya hukum luar biasa, dalam memperoleh kekuatan

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

Oleh I Dewa Ayu Inten Sri Damayanti Suatra Putrawan Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

Oleh Nama : Farhan Aziz Nim : Program Kekhususan : Hukum Pidana

EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA KAITANNYA DENGAN SPLITSING DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

JURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SIKAP KEJAKSAAN ATAS PELIMPAHAN BERKAS PERKARA OLEH PENYIDIK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

HAK UNTUK MELAKUKAN UPAYA HUKUM OLEH KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENJAMIN APABILA TERSANGKA ATAU TERDAKWA MELARIKAN DIRI DALAM MASA PENANGGUHAN PENAHANAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI

KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA OLEH PENUNTUT UMUM DALAM PRAPENUNTUTAN

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS MURNI OLEH JUDEX JURIST

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

TATA CARA PENGAJUAN UPAYA HUKUM BERDASARKAN KUHAP Atoy Yoga Prasetya, Asti Handini, Ita Sulistyawati

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

HAK JAKSA MENGAJUKAN PK DAN BATASANNYA. OLEH: Paustinus Siburian, SH., MH. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

TINJAUAN TENTANG ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

GANTI KERUGIAN DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN BAGI TERDUGA TERORIS YANG TERTEMBAK MATI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

I. PENDAHULUAN. seluruh bangsa di negeri ini. Sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara

ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA. (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta)

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

KEWENANGAN JAKSA MENGAJUKAN PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP PUTUSAN YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

Ajie Ramdan Pusat Studi Kebijakan Kriminal Fakultas Hukum UNPAD Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA 1 Oleh: Eunike Lumi 2

JURNAL IMPLEMENTASI HAK KORBAN UNTUK MENDAPATKAN RESTITUSI MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

BAB V KESIMPULAN. hanya dapat dilakukan satu kali saja. 1 Hal itu berarti putusan yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis diatas maka dapat ditarik kesimpulan

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

PEMBUBARAN PARTAI POLITIK (Kajian Yuridis Terhadap Kedudukan Hukum Pemohon dan Akibat Hukum Pembubaran Partai Politik) S K R I P S I.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

A. Latar Belakang Masalah

Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

1. Pendahuluan. Serat Acitya Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang ISSN : , Vol. 4 No. 3, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Kata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha

Kata kunci: mediasi penal, tindak pidana, penganiayaan ringan.

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGADILI PERMOHONAN KASASI PENGGELAPAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 373 K/Pid/2015)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

NASKAH PUBLIKASI KEKUTAN PEMBUKTIAN BUKTI ELEKTRONIK DALAM PERSIDANGAN PIDANA UMUM

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut, khususnya mengenai kepentingan anak tentunya hal ini perlu diatur oleh

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

Oleh SIGIT PRIAMBODO E1A Disusun untuk meraih gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. memutus perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

Transkripsi:

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM Oleh : Komang Agung Cri Brahmanda Ida Bagus Putra Atmadja, Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Peninjauan Kembali merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang diatur dalam KUHAP sebagai upaya hukum luar biasa yang dimiliki oleh terpidana atau ahli warisnya untuk dimintakan peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Perkembangan terkini dalam praktik hukum acara pidana adalah hak koreksi melalui upaya hukum luar biasa tersebut tidak saja diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya akan tetapi dapat pula diajukan oleh pihak Jaksa Penuntut Umum. Permasalahan yang akan dibahas adalah apa yang menjadi sebab dari terjadinya pergeseran konseptual mengenai makna dan tujuan dari diaturnya upaya hukum peninjauan kembali, dan bagaimanakah urgensi pengaturan dari hak pengajuan upaya hukum peninjauan kembali bagi Jaksa Penuntut Umum berkaitan dengan pergeseran konseptual tersebut. Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan. Kesimpulan yang diperoleh adalah terjadinya pergeseran konseptual pengajuan upaya hukum peninjauan kembali yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi yang berkaitan dengan penegakan HAM. Kata Kunci : Hak, Upaya Hukum, Peninjauan Kembali, Jaksa Penuntut Umum ABSTRACT Judicial Review is one of the extraordinary legal remedies that has been set out in the Criminal Code as an extraordinary legal remedy which is entitled to the defendant or his/her heirs to request a review of court decisions that already had a binding force. The recent developments in the practice of criminal procedural law have been the right of correction through an extraordinary legal remedy which may not only be filed by the convicts or their heirs but may also be filed by the prosecutors. The issues to be discussed are as follows: what is the cause of the conceptual shift of the significance and purpose of the regulation of the legal remedy of judicial review, and how the setting of the right of filing the legal remedy of judicial review for the public prosecutor with regard to the conceptual shift. The research method used was a normative legal research which was analyzed through the statutory approach. The conclusion of the discussion of the above problems was that the existence of a conceptual shift of filing the legal remedy of judicial review was due to the impact of globalization with regard to human rights. Keywords: Legal Remedy, Judicial Review, the Public Prosecutor 1

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Upaya hukum merupakan sarana untuk melaksanakan hukum, yaitu hak terpidana atau jaksa penutut umum untuk tidak menerima penetapan atau putusan tersebut. Pasal 1 butir 12 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menentukan Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta cara yang diatur dalam undang-undang ini. Upaya hukum tersebut dapat berupa upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa 1. Selanjutnya salah satu wujud untuk melindungi hak-hak asasi dari tiap-tiap individu termasuk si pelanggar hukum (terpidana) yang telah dijatuhi putusan huyang telah berkekuatan hukum tetap, diberikan suatu jalur berupa upaya hukum luar biasa.putusan pengadilan yang telah dijatuhi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang mana seharusnya tidak dibuka kembali mendapat perkecualian melalui upaya hukum luar biasa Peninjauan Kembali (PK). Suatu lembaga peradilan disebut baik, bukan saja jika prosesnya berlangsung secara jujur, bersih, dan tidak memihak, namun disamping itu ada lagi kriteria yang harus dipenuhi, yakni prinsip-prinsip yang sifatnya terbuka, korektif, dan rekorektif. Berpijak pada kriteria ini, salah satu sisi yang patut menjadi perhatian manajemen peradilan adalah adanya sistem upaya hukum yang baik sebagai bagian dari prinsip keadilan dan pengadilan independen yang menjadi prinsip-prinsip yang diakui secara universal. 2 Pengaruh reformasi dan globalisasi, terutama yang berkaitan dengan perlindungan HAM dan demokrasi, membuat penegakan hukum bukan hanya untuk menciptakan kepastian hukum tetapi juga rasa keadilan. Tuntutan keadilan inilah yang mendorong penggunaan upaya hukum PK yang diharapkan dapat memperbaiki akibat kekhilafan yang nyata telah terjadi peran atau posisi jaksa penuntut umum di dalam praktik hukum acara pidana masih memungkinkan untuk dapat mengajukan upaya hukum PK, sehingga pengaturan di dalam hukum positifnya juga dapat dipertimbangan untuk diatur. 1 Andy Hamzah dan Irdan Dahlan, 1987, Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, Bina Aksara, Jakarta, h.3 2 H. Parman Soeparman, 2007, Pengaturan Hak Mengajukan Upaya Hukum Pennjauan Kembali Dalam Perkara Pidana Bagi Korban Kejahatan, Refika Aditama, Bandung, h.1 2

1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Faktor apa yang menjadi penyebab dari bergesernya pemahaman konseptual mengenai makna dan tujuan dari diaturnya upaya hukum peninjauan kembali? 2. Bagaimanakah urgensi pengaturan dari hak pengajuan upaya hukum Peninjauan Kembali bagi Jaksa Penuntut Umum? 1.3 TUJUAN PENULISAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami penyebab dari terjadinya pergeseran konseptual mengenai upaya hukum peninjauan kembali sebagaimana telah diatur dalam KUHAP dan urgensi pengaturan dari hak pengajuan upaya hukum Peninjauan Kembali bagi jaksa Penuntut Umum. 1.4 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis normatif dan dikaji dengan pendekatan perundang-undangan (the statute approach) artinya suatu masalah akan dilihat dari aspek hukumnya dan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang dibahas. II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Faktor penyebab bergesernya pemahaman mengenai makna dan tujuan dari diaturnya upaya hukum Peninjauan Kembali Upaya hukum luar biasa dicantumkan dalam Bab XVIII KUHAP. Upaya hukum luar biasa merupakan pengecualian dan penyimpangan dari upaya hukum pada umumnya yakni upaya hukum biasa, upaya hukum banding maupun kasasi. Putusan pengadilan yang dimohonkan banding atau kasasi belum merupakan putusan yang berkuatan hukum tetap dan dapat diajukan kembali baik dari pihak terdakwa maupun melalui penuntut umum, sedangkan dengan upaya hukum luar biasa pengajuan dilakukan terhadap putusan pengadian yang telah berkekuatan hukum tetap dengan beberapa syarat tertentu yang diperiksa dan diputus pada tingkat kasasi yakni 3

Mahkamah Agung. Berdasarkan Pasal 259 ayat (1) KUHAP, Jaksa Agung dapat mengajukan satu kali permohonan kasasi terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung, demi kepentingan hukum. Berdasarkan Pasal 259 ayat (1) KUHAP dapat diketahui bahwa Jaksa Agung hanya dapat mengajukan upaya hukum hingga tingkat Pengadilan Tinggi saja yaitu upaya banding. Upaya hukum luar biasa yakni khususnya PK diatur di dalam Pasal 263 ayat (1) KUHAP, dimana unsur-unsurnya yakni meninjau kembali putusan yang telah memiliki kekuatan pasti, tidak merupakan putusan bebas atau putusan lepas, diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya. Ketentuan Pasal tersebut berarti hak upaya hukum hanya dapat dilakukan oleh terpidana maupun ahli warisnya. 2.2 Urgensi pengaturan dari hak pengajuan upaya hukum Peninjauan Kembali bagi jaksa Penuntut Umum Pengajuan upaya hukum PK oleh Jaksa Penuntut Umum telah menjadi suatu yurisprudensi, disisi lain jika memperhatikan Pasal 263 KUHAP tersebut menunjukkan bahwa penuntut umum berada di luar sistem Peninjauan Kembali. Menurut M. Yahya H., Penuntut Umum cukup diberi dan diposisikan secara khusus dalam sistem upaya luar biasa kasasi demi hukum. Di sisi lain sebagian pakar berpendapat bahwa huruf c dari Pasal 263 ayat (2) KUHAP dapat diperlakuan untuk memungkinkan PK oleh Penuntut Umum. Secara tersirat Pasal 263 ayat (3) memberi kemungkinan terhadap Penutut Umum guna mengajukan Peninjauan Kembali, dan hal ini telah dianut oleh Mahkamah Agung RI. Berdasarkan hal tersebut, belakangan ini muncul kecenderungan untuk mempersoalkan hukum pidana dan penyelenggaraan peradilan pidana, karena apa yang dilakukan hukum pidana dan sistem peradilan pidana tidak memberikan keadilan yang langsung dirasakan bagi masyaraat yang menjadi korban kejahatan sebagai pencari keadilan. Disisi lain, jika dilihat dari segi sistem civil law, Jaksa Penuntut Umum mengajukan permohonan peninjauan kembali dipandang tidak relevan karena Indonesia tidak menganut asas the binding force of precedent. III. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan, sebab dari terjadinya pergeseran konseptual mengenai makna dan tujuan dari diaturnya upaya hukum peninjauan kembali karena adanya perbedaan persepsi 4

antara KUHAP dengan pendapat beberapa ahli hukum serta yurisprudensi terkait kewenangan Jaksa Penuntut Umum dalam permohonan pengajuan upaya hukum luar biasa, khususnya upaya hokum PK. Pengaturan dari hak mengajukan upaya hukum PK bagi Jaksa Penuntut Umum berkaitan dengan pergeseran konseptual tersebut mengacu pada Pasal 263 ayat (1) hanya memungkinkan pihak terpidana dan ahli warisnya saja yang dapat mengajukan permohonan pengajuan upaya hukum luar biasa yakni PK dan Pasal 263 ayat (3) KUHAP secara tersirat memungkinkan untuk Jaksa Agung mengajukan upaya hukum luar biasa tersebut. Berdasarkan yurisprudensi Jaksa Agung diberikan kewenangan mengajukan permohonan PK dengan beberapa persyaratan tertentu demi terciptanya keadilan, namun jika dilihat dari segi sistem civil law, Jaksa Penuntut Umum mengajukan permohonan PK dipandang tidak relevan karena Indonesia tidak menganut asas the binding force of precedent.. IV. DAFTAR PUSTAKA Buku Hamzah, Andy dan Irdan Dahlan, 1987, Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, Bina Aksara, Jakarta. Marpaung, Leden 2004, Permusan Perumusan Memori Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Pidana,Sinar Grafika,Jakarta. Soeparman, H. Parman, 2007, Pengaturan Hak Mengajukan Upaya Hukum Pennjauan Kembali Dalam Perkara Pidana Bagi Korban Kejahatan, Refika Aditama, Bandung. Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 5