Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk mempelajari karakteristik panas bumi di sepanjang lintasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Koordinat Titik Pengukuran Audio Magnetotellurik (AMT)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakasanakn pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015 dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PEMODELAN RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN METODE MAGNETOTELLURIK (STUDI DAERAH GUNUNGMERAKSA-TASIM, SUMATERA SELATAN)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK DAERAH SEKITAR BOGOR JAWA BARAT SEBAGAI POTENSI SISTEM HIDROKARBON

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

INVERSI 1-D PADA DATA MAGNETOTELLURIK DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE OCCAM DAN SIMULATED ANNEALING

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

STUDI EFEK STATIK PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) MENGGUNAKAN PEMODELAN INVERSI 2-D

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

ANALISIS DERET WAKTU UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DATA MAGNETOTELURIK (STUDI KASUS LAPANGAN GEOTHERMAL)

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

PEMROSESAN DATA MAGNETOTELLURIK DENGAN MEMPERHITUNGKAN CROSSPOWER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

Noise Elimination Technique in Magnetotelluric Data Using Digital Filter and Time Series Data Selection

IV. METODOLOGI PENELITIAN

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

UNIVERSITAS INDONESIA PEMROSESAN DATA MAGNETOTELLURIK DENGAN MEMPERHITUNGKAN FAKTOR KALIBRASI MENGGUNAKAN MATLAB SKRIPSI RATNA DEWI

PROGRESS v 3.0. dalam proses pengolahan data Geofisika metode Geolistrik, dalam hal ini dibahas

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III METODE PENELITIAN. geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB IV HASIL PENGUKURAN LAPANGAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA SEISMOELEKTRIK

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Exploration Geophysics Laboratory, Departement of Physics, The University of Indonesia. PT. NewQuest Geotechnology, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Identifikasi geological strike dan dimensionalitas berdasarkan analisis phase tensor untuk pemodelan 2D magnetotelurik di lapangan panas bumi GYF

BAB III METODE PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA SEISMOELEKTRIK. palu. Dari referensi pengukuran seismoelektrik di antaranya yang dilakukan oleh

DATA TIME SERIES PADA METODE MAGNETOTELLURIK (MT) MENJADI DATA RESISTIVITAS FASE MENGGUNAKAN MATLAB SKRIPSI DZIL MULKI HEDITAMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

MODUL METODE MAGNETOTELLURIK

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Inversi 3D Data Magnetotellurik Menggunakan Data Inversi 1D Magnetotellurik Sebagai Model Awal

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

PENERAPAN KOREKSI STATIK TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) UNTUK PEMODELAN RESISTIVITAS LAPANGAN PANAS BUMI SS.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE EKSPERIMEN Tujuan

BAB IV PEMODELAN 4.1 Skema Pemodelan ke Depan dan Pemodelan ke Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

PEMODELAN 2D SEBARAN TAHANAN JENIS TERHADAP KEDALAMAN DAERAH PANASBUMI GARUT BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Pemodelan 2D sistem pana bumi daerah Garut Bagian Timur menggunakan metode magnetotelurik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

PEMODELAN 2-DIMENSI DATA MAGNETOTELLURIK DI DAERAH PROSPEK PANASBUMI GUNUNG ENDUT, BANTEN SKRIPSI

BAB III TEORI DASAR. Magnetotellurik (MT) adalah metode pasif yang mengukur arus listrik alami

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Divisi Geoscience Service PT. ELNUSA Tbk., Graha

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara,

BAB III METODE PENELITIAN

REDUKSI NOISE PADA PEMROSESAN DATA MAGNETOTELLURIK (MT) DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE REFERENCE SKRIPSI ANDY RUSBIYANTO

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Bulan April 2015 hingga Mei 2015 dan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2]

Skrip GNU Octave sederhana untuk menghitung respon Magnetotellurik dengan algoritma rekursif

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data

Abstrak

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 6, No. 3, Juli 2017, Hal

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode mengumpulkan data tanpa melakukan akuisisi data secara langsung dan menganalisis data yang diperoleh dengan ditunjang beberapa kajian ilmiah dan menggunakan metode pendekatan kualitatif, karena hasil yang disajikan bukan berupa angka. Pada penelitian ini dilakukan proses pengolahan data Magnetotellurik dari data lapangan yaitu time series sampai inversi sehingga diperoleh penampang dua dimensi resistivitas terhadap kedalaman, dengan menggunakan software Phoenix Geophysics SSMT 2000, MTeditor, dan software WinGlink. Hasil penampang dua dimensi tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan informasi geologi daerah penelitian dan diidentifikasi sebagai potensi sistem Hidrokarbon.. 3.2 Waktu dan Tempat Pengolahan Data Pengolahan data dilaksanakan pada bulan Agustus Oktober 2014 di Laboratory For Earth Hazards Pusat Penelitian Geoteknologi Gedung 70 LIPI Bandung. 3.3 Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan di sekitar daerah Bogor terdiri dari tujuh titik pengukuran dalam satu lintasan. Titik tertinggi berada pada ketinggian sekitar 123 m diatas permukaan laut sedangkan titik terendah pada ketinggian sekitar 68 m. Gambar 3.1 menunjukkan lintasan pengukuran di sekitar daerah Bogor. Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran 28

3.4 Data Penelitian Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat/dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada dalam artian penulis sebagai tangan kedua atau penulis tidak melakukan akuisisi data secara langsung. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari LIPI Bandung dan merupakan hasil pengukuran magnetotellurik pada satu lintasan yang berjumlah tujuh titik stasiun pengukuran di daerah Bogor oleh tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 3.5 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan untuk mencapai tujuan penelitian. Tahapan tersebut ditunjukkan melalui diagram alir pada gambar 3.2. 28

30 Raw Data Time Series Domain Frekuensi (Transformasi Fourier) Software SSMT 2000 Filtering Robust Processing Impedansi Kurva resistivitas semu dan fase vs frekuensi Di-eksport dalam format.edi file Smoothing Software MTeditor Kurva Resistivitas semu dan fase terhadap frekuensi Smoothing Software WinGlink Inversi Model Satu Dimensi Model Dua Dimensi Informasi Geologi Analisis Data dan Kesimpulan Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

33 3.6 Pengolahan Data Secara umum tahapan yang dilakukan pada pengolahan data ini yaitu diawali dengan memasukkan data hasil pengukuran berupa deret waktu (time series) yaitu variasi nilai medan listrik (E) dan medan magnet (H) terhadap waktu dirubah kedalam domain frekuensi menggunakan transformasi fourier, melakukan robust processing, dan merubahnya ke dalam bentuk.mth dan.mtl dengan menggunakan software SSMT 2000. Kemudian data.mth dan.mtl, dibaca menggunakan software MTeditor sehingga didapatkan kurva apparent resistivity dan phase yang nantinya dilakukan proses seleksi crosspower (smoothing) untuk mendapatkan kurva yang lebih baik. Setelah itu, barulah masuk kedalam tahapan inversi dua dimensi dimana pada tahapan ini dibuat pemodelan dua dimensi dengan menggunakan software WinGlink. Berikut ini tahapan yang dilakukan beserta software yang digunakan: a) Mengubah data time series menjadi frekuensi domain dengan Fourier Transform menggunakan program SSMT 2000. b) Melakukan robust processing dengan program SSMT 2000. c) Proses seleksi crosspower menggunakan program MTeditor. d) Melakukan inversi dua dimensi menggunakan program WinGlink. Untuk proses pengolahan data MT lebih jelasnya ditunjukkan pada lampiran 2. 3.6.1 Raw Data Time Series Data yang terekam dalam alat MT yaitu berupa data mentah dalam format time series. Salah satu contoh data mentah (row data) bisa dilihat pada gambar 3.3. Sumbu y (vertikal) merupakan amplitude yaitu nilai magnitude dari Ex, Ey, Hx, Hy, dan Hz hasil dari perekaman komponen medan listrik dan medan magnet di lapangan. Sedangkan sumbu x (horizontal) merupakan waktu sampling perekman. Time series tersebut dapat dikatakan sebagai suatu sinyal yang kontinyu apriodik, dimana bisa dilihat dari amplitudo dan banyaknya getaran. 28

34 Gambar 3.3 Contoh data time series hasil perekaman selama 16 detik 3.6.2 Transformasi Fourier Data yang terekam dalam alat MT yaitu dalam bentuk sinyal. Transformasi Fourier bertujuan untuk merubah suatu sinyal dari domain waktu menjadi doamain frekuensi agar didapat nilai impedansi, yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan nilai resistivitas (gambar 3.4). Transformasi Fourier dapat menangkap informasi dari suatu sinyal tersebut, apakah suatu sinyal tersebut mempunyai frekuensi atau tidak. Konsepsi yang dipakai untuk melihat fungsi-fungsi yang dikenakan transformasi Fourier adalah konsep fungsi analog, yakni fungsi-fungsi yang nilainya selalu ada disetiap waktu (continuous function). Dalam prakteknya seperti data time series data pengukuran MT, kita mempunyai fungsi hanya pada interval tertentu dan nilai-nilainya hanya diketahui pada saat-saat tertentu saja (tidak sembarang waktu), tetapi hanya pada setiap interval sampling dalam waktu. Dalam proses komputasi teknik yang dapat dilakukan dalam transformasi Fourier yaitu salah satunya dikenal dengan teknik Transformasi Fourier Diskrit (DFT). Transformasi Fourier Diskrit adalah transformasi Fourier yang dihitung secara langsung. Transformasi fungsi diskrit dapat ditulis sebagai berikut: F( w) N 1 i2 WT / N f ( T) e (3.1) T 0

34 dengan: N= Jumlah data deret waktu f(2),. T= Data indeks waktu, f(t)= f(1), W= indeks frekuensi Gambar 3.4 Proses Transformasi Fourier pada software SSMT 2000 Transformasi Fourier merupakan suatu fungsi yang bertujuan untuk merubah dari suatu sinyal menjadi spektra frekuensi dan dapat mempresentasikan suatu sinyal non periodik. Spektra frekuensi hasil transformasi Fourier dari time series pada gambar 3.3 ditampilkan pada gambar 3.5. Gambar 3.5 Spectra frekuensi hasil proses Transformasi Fourier

34 Pada gambar 3.5 terlihat bahwa untuk spektra E (kurva paling atas) merupakan tampilan sinyal medan listrik terhadap frekuensi. Sedangkan gambar spektra H (kurva paling bawah) adalah tampilan sinyal dari medan magnetik terhadap frekuensi. 3.6.3 Robust Processing Setelah melakukan proses transformasi Fourier langkah selanjutnya yaitu melakukan robust processing untuk menghilangkan biasing noise dan menghitung nilai impedansi, resistivitas dan fase. Langkah pertama yaitu melakukan edit parameter robust (edit PRM) pada software SSMT 2000. Pada menu ini diatur parameter-parameter yang diperlukan yaitu lokasi penyimpanan hasil pengolahan dan menentukan nilai maksimum crosspower. Crosspower adalah banyaknya data dalam satu frekuensi yang dapat dilihat saat menggunakan MTeditor. Maksimum crosspower dapat diatur untuk menentukan seberapa banyak data yang diinginkan untuk diseleksi pada proses seleksi crosspower. Hasilnya akan didapatkan data yang berformat.mth dan.mtl yang digunakan untuk proses selanjutnya pada software MTeditor. Proses Robust processing ditunjukkan pada gambar 3.6 pada saat sedang berjalan menggunakan software SSMT2000. Gambar 3.6 Menu Proses dan proses robust processing

Robust processing digunakan sebagai filter noise awal untuk data MT. Umumnya data dengan nilai yang menyimpang jauh dari nilai rata-rata dapat dianggap sebagai noise, dimana robust processing berfungsi untuk merendahkan nilai atau outliers yang menyimpang pada proses iterasi. Robust processing adalah teknik pemrosesan statistikal yang menggunakan bobot iterative dari residual untuk mengidentifikasi dan menghapus data yang menyimpang oleh noise (Simpson dan Bahr, 2005). 3.6.4 Seleksi Crosspower Hasil dari proses pengolahan data dalam software SSMT 2000, adalah data resistivitas dan frekuensi yang ditampilkan dalam bentuk kurva yaitu kurva resistivitas terhadap frekuensi dan kurva fase terhadap frekuensi, yang dapat dibuka dengan software MTeditor (gambar 3.7). Dari gambar tersebut terlihat bahwa terdapat empat kurva. Kurva pada kiri atas merupakan kurva apparent resistivity vs frequency. Kurva kiri bawah merupakan kurva phase vs frekuency. Sedangkan dua kurva yang berada disebelah kanan mewakili setiap satu data dari kurva di sebelah kiri. Banyaknya data di sebelah kanan ditentukan oleh nilai crosspower yang diatur pada tahap sebelumnya pada software SSMT2000. Pengaruh noise menyebabkan kurva yang terbentuk menjadi acak dan tidak teratur, maka untuk mengatasi hal tesebut langkah selanjutnya adalah melakukan proses seleksi crosspower yang bertujuan untuk mendapatkan kurva resistivitas versus frekuensi yang lebih baik (lebih representative) (gambar 3.8). Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kurva resitivitas semu dan fase TM ditandai dengan dengan titik berwarna hijau, sedangkan resisitivitas fase TE ditandai dengan titik berwarna kuning. Pada kurva TE dan kurva TM kondisi idealnya berimpit, namun karena pengaruh heterogenesis permukaan pada saat pengukuran yang disebabkan perbedaan lapisan yang tidak homogen, sehingga akan terkumpulnya arah medan listrik pada batas heterogenitas. Pada kondisi tersebut nilai resitivitas semu akan menurun pada lapisan yang resistif dan mengurangi pengukuran medan listrik. Sehingga mempengaruhi frekuensi pada saat titik pengukuran MT, dimana 28 39 akan

38 tergeser ke atas apabila melewati lapisan yang resistif dan akan tergeser ke bawah jika melewati lapisan yang konduktif. Proses seleksi crosspower yang maksimal akan menghasilkan kurva yang lebih halus, sehingga model yang dihasilkan akan mempresentasikan keadaan yang sebenarnya pada saat proses inversi karena mempunyai nilai eror yang kecil. Proses penseleksian dilakukan dengan mengklik data pada satu titik yang ingin di-off-kan pada kurva sebelah kanan, kemudian pada kuva sebelah kiri atas maupun kurva kiri bawa akan mengalami perubahanh. Maka, kurva sebelah kiri akan berubah sesuai dengan data yang dipilih pada kurva kanan. Setelah proses seleksi telah dilakukan maka data disimpan dalam format.mpk dan di-export kedalam bentuk file.edi. Gambar 3.7 Contoh kurva sebelum diseleksi

38 Gambar 3.8 Contoh kurva sesudah diseleksi Kurva MT hasil seleksi crosspower menggunakan MTeditor dari tujuh titik pengukuran ditunjukkan pada lampiran 3.3.6.5 Penghalusan Kurva Dalam software WinGlink yaitu pada menu Sounding dilakukan proses penghalusan kurva kembali untuk mendapatkan kurva yang lebih baik. Penghalusan kurva kembali dilakukan dengan memasukan nilai kesalahan yang diinginkan. Dalam proses ini semua nilai simpangan diberikan sebesar 0,1% yang bertujuan untuk meminimalkan kesalahan yang terjadi. Memasukkan angka lebih kecil dari nilai 0,1% tidak dapat dilakukan, karena nilai tersebut merupakan nilai terkecil yang dapat dimasukkan. Nilai simpangan sebesar 0,1% merupakan nilai terkecil yang mungkin dijadikan bahan acuan untuk seluruh data yang dipakai. Gambar 3.9 menunjukkan kurva sebelum dilakukan proses smoothing pada software WinGlink. Sub menu Shift digunakan untuk menaikkan atau menurunkan satu per satu titik yang tidak tepat berada sedekat mungkin dengan kurva garis tegas. Gambar 3.10 menunjukkan kurva yang baik setelah dilakukan proses smoothing. Kurva Sounding berupa kurva resistivitas terhadap frekuensi dan fase terhadap frekuensi. Setelah dilakukan proses smoothing pada WinGlink untuk tujuh titik pengukuran ditunjukkan pada lampiran 4. Gambar 3.9 Kurva Resistivitas Terhadap Frekuensi dan Fase pada WinGlink terhadap Frekuensi Sebelum Proses Smoothing pada WinGlink

38 Gambar 3.10 Kurva Resistivitas Terhadap Frekuensi dan Fase terhadap Frekuensi Setelah Dilakukan Proses Smoothing pada WinGlink 3.6.6 Pemodelan Inversi Setelah semua kurva MT melalui tahap seleksi crosspower maka tahap selanjutnya adalah melakukan inversi satu dimensi dan dua dimensi dengan menggunakan software WinGlink. Tahap pertama yang dilakukan dalam proses inversi adalah memasukan/meng-import data. Data yang di-import adalah data yang telah mengalami seleksi crosspower dan dalam bentuk file.edi. Selain itu, data lain yang harus dimasukan adalah koordinat dari tempat pengukuran. Hasilnya akan didapatkan kontur elevasi beserta letak titik MT. Untuk inversi satu dimensi, pada data Sounding yang telah diperhalus digunakan untuk menampilkan penampang semu yaitu penampang satu dimensi yang dapat dibuka di menu X Section. Pada gambar 3.11 menunjukkan kurva MT3 sounding yang telah dilakukan proses smoothing pada bagian kiri gambar terhadap model satu dimensi Occam, Bostick dan model berdasarkan data yang didapatkan pada bagian kanan gambar. Model Occam dan Bostick merupakan model satu dimensi yang menggunakan metode Least Square Method untuk medapatkan solusi yang paling sederhana. Kurva menunjukkan kedalaman terhadap nilai resistivitas. Terlihat kurva ketiga model tersebut saling memotong satu sama lain. Ini menandakan bahwa model yang akan dihasilkan tidak berbeda

38 jauh dengan model yang dijadikan acuan dengan nilai eror sebesar 0,0557. Nilai simpangan yang kecil merupakan model yang akan dihasilkan dan mendekati model yang sesungguhnya terhadap model acuan. Gambar 3.12 menunjukkan inversi model satu dimensi daerah penelitian pada titik pengukuran MT1 sampai MT7. Pada model MT2 dihasilkan tiga lapisan yang berbeda dengan nilai resistivitas yang berbeda pula. Hal tersebut sesuai dengan kurva Sounding MT3 pada gambar 3.11 yang menunjukan lapisan dan resistivitas yang berbeda. Setelah proses penghalusan kuva Sounding, maka langkah terakhir adalah melakukan inversi dua dimensi, dengan terlebih dahulu mengatur tampilan inversi yang ingin kita hasilkan, seperti masukan nilai topografi, mengatur skala warna, mengatur batas atas-bawah dan kanan-kiri, dan memasukan jumlah iterasi yang diinginkan, barulah proses inversi siap dijalankan. Gambar 3.11 Kurva Sounding WinGlink terhadap model satu dimensi

Kedalaman (Meter) 40 Jarak (m) Gambar 3.12 Model Inversi Satu Dimensi 3.7 Analisis Data Unsur penyusun sistem hidrokarbon terdiri dari lapisan penutup (seal), batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir) dan batuan sumber (source rock) hidrokarbon serta perangkap (trap). Hasil akhir dari pengolahan data berupa model inversi dua dimensi struktur bawah permukaan yang berisi informasi resistivitas terhadap kedalaman. Sebaran resistivitas direpresentasikan oleh warna tertentu. Resistivitas warna merah menunjukkan nilai resistivitas yang terendah sedangkan resistivas warna biru menunjukkan resistivitas yang tertinggi dan resistivitas warna hijau menunjukkan nilai resistivitas sedang. Berdasarkan nilai resistivitas tersebut dapat diidentifikasi jenis batuan yang berada pada daerah penelitian, dengan mencocokannya pada tabel nilai 28

41 resistivitas batuan. Dengan mengetahui karakteristik dari masing-masing batuan penyusun yaitu porositas dan permeabilitas batuan, dapat dijadikan indikasi fungsi batuan tersebut sebagai unsur penyusun sistem minyak dan gas bumi (sistem hidrokarbon), dan unsur perangkap (trap) dapat diindikasikan dari struktur yang diperlihatkan oleh penampang dua dimensi tersebut. Dari identifikasi batuan yang sudah dilakukan dan mengindikasikannya sebagai unsur penyusun sistem hidrokarbon, kemudian hasil tersebut dikorelasikan dengan informasi geologi daerah penelitian yang ada sehingga dapat memperkuat dugaan bahwa daerah penelitian memang memiliki potensi sistem hidrokarbon.