BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik panca indra, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada pada Undang-Undang Sisdiknas Bab I pasal 3 tertulis sebagai berikut

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

íóñúýóúö Çááøóåõ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ ãöäúßõãú æóçáøóðöíäó ÃõæÊõæÇ ÇáúÚöáúãó ÏóÑóÌóÇÊò. 2

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lebih bisa cepat mengerti dan siap akan menghadapi perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB 1 PENDAHULUAN. depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuankemampuan individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat (Triwiyanto, 2014). Proses pendidikan adalah suatu proses memanusiakan manusia dalam bentuk pengembangan potensi terhadap pola sikap, pola tindak, pola laku, dan pola pikir siswa sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya bangsa di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana siswa tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki siswa apabila kemampuan intelektual, sikap atau karakter, serta keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan umat manusia. Departemen Pendidikan Nasional memberi penekanan yang serius terhadap pendidikan matematika di berbagai tingkat pendidikan. Walaupun peradaban manusia berubah dengan pesat, namun bidang matematika terus relevan dan menunjang pada perubahan. Matematika merupakan salah satu pendidikan formal dan memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sejak pendidikan 1

2 Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas alokasi waktu untuk pendidikan matematika lebih lama dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Terdapat banyak sekolah yang sudah memenuhi tujuan dari pembelajaran matematika, tetapi tidak sedikit pula yang masih kurang memenuhi tujuan dari pembelajaran matematika. Mungkin karena model pembelajaran yang digunakan masih menggunakan model pembelajaran yang kuno, yaitu pembelajaran yang guru hanya menerangkan ke siswa sehingga siswa menjadi pasif, jadi karena hal tersebut sistem dari tujuan pembelajaran matematika kurang terpenuhi. Terciptanya manusia unggul dan bertakwa merupakan cita-cita segenap pihak. Untuk mampu melahirkan manusia unggul dan bertakwa tersebut, tentu seluruh aspek pada diri manusia harus dikembangkan. Sementara itu, Ary Ginanjar Agustian (2001) menyatakan pentingnya pengembangan kecerdasan intelektual (IQ), Emosional (EQ), dan spritual (SQ) siswa. Agar tercapai manusia harapan tersebut, ketiga komponen inilah yang akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan sejati. Kecerdasan intelektual barulah sebatas syarat dalam memperoleh keberhasilan, namun kecerdasan emosionallah yang akan mengarahkan seseorang agar tidak kosong batin setelah tercapainya keberhasilan tersebut. Pernyataan Ary Ginanjar ini senada dengan Al-Quran surat Al-Mujadalah:11 yang artinya Allah akan mengangkat derajat orang-orang diantara kamu, yaitu mereka yang beriman dan diberi ilmu pengetahuan, dan Allah mengetahui apa yang kamu amalkan. Ayat ini menyatakan bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan rangkaian sistemik dalam struktur kehidupan setiap umat muslim yang akan mengantarkan mereka pada tingkatan derajat yang lebih tinggi. Untuk itulah,

3 demi mencapai generasi impian tersebut, lembaga pendidikan Islam harus mengembangkan pendidikan iman, ilmu, dan amal. Matematika ditinjau dari filosofinya bersumber dari Al-Quran. Hal ini dikuatkan oleh banyaknya ayat-ayat yang membahas Garis dan Sudut. Surat Al- Mujadilah ayat 11 yang bunyinya: Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis. Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derjat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. terdapat konsep matematika yang terkandung di dalamnya yaitu semakin besar (tinggi) suatu sudut jika melebihi 90 0 maka akan membentuk sudut tumpul, jadi orang-orang yang beriman dan berilmu adalah orang-orang yang mempunyai sudut tumpul karena Allah telah meninggikan derajatnya, jika semakin kuat imannya dan semakin banyak ilmunya maka orang tersebut akan mempunyai sudut lebih besar (tinggi) sampai mendekati 180 0 atau bahkan bisa sampai 180 derajat sehingga orang tersebut mempunyai sudut lurus dan Allah akan selalu meluruskan jalannya menuju surga, begitupula sebaliknya.

4 Selama ini pembelajaran matematika di sekolah belum menerapkan pembelajaran matematika berkarakter Islami. Efeknya kebanyakan siswa tidak memiliki sikap percaya diri yang tinggi, sehingga siswa cenderung menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Percaya diri merupakan sikap positif yang dimiliki seorang individu yang membiasakan dan memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya untuk meraih apa yang diinginkannya. (Syaifullah, 2010). Anggapan tersebut harus diluruskan dengan mengembangkan sikap percaya diri dan keyakinan para siswa. Al-Quran adalah sumber ilmu yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Karakter Islami merupakan nilai-nilai luhur yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk diwariskan kepada seluruh umat islam didunia. Pembelajaran berbasis Karakter Islami perlu dijaga untuk menjaga warisan yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Rochman (Kusmaryono, 2015) menyatakan bahwa penerapan nilai agama Islam dalam proses pembelajaran dapat menimbulkan kesadaran para siswa. Ilmu pada hakikatnya bagian dari Islam dan bersumber dari Allah SWT. Siswa juga akan sulit mencerna pelajaran jika hanya bersifat monoton maka harus diberikan suatu model pembelajaran yang tepat digunakan agar siswa tidak merasa bosan dan dapat termotivasi dalam belajarnya. Aliuridu (Ahmad, 2015) mengatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran tradisional tidak lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran tipe Group Investigation. Model pembelajaran Group Investigation banyak memiliki manfaat yaitu selain membuat siswa lebih aktif tetapi juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam bekerja kelompok untuk

5 menemukan suatu jawaban dari suatu masalah yang diberikan oleh guru untuk setiap kelompok. (Shoimin, 2015) mengatakan bahwa Group Investigation adalah suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Group Investigation juga memiliki kelebihan dari model pembelajaran yang lain dimana secara pribadi yaitu dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, aktif, dan rasa percaya diri lebih meningkat, dapat belajar untuk memecahkan serta menangani suatu masalah. Kemudian secara kelompok dapat meningkatkan belajar bekerja sama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. Model pembelajaran ini dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir kritis sesuai dengan materi yang dipahaminya, karena setiap siswa memiliki daya imajinasi yang berbeda-beda. Guru perlu berperan aktif dalam proses suatu pembelajaran yang sedang dilaksanakan oleh siswanya. Suprijono (dalam Shoimin, 2015) mengemukakan bahwa dalam penggunaan model Group Investigation, setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi dengan masalah yang mereka pilih. Di antara model-model pembelajaran yang tercipta, Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif belajar dan melatih kemandirian dalam belajar.

6 Model pembelajaran pada kelas kontrol yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai model yang paling sederhana dan langsung dari pembelajaran kooperatif (Kusmaryono, dkk 2015). Dengan demikian model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan di kelas kontrol dengan kemampuan siswanya yang heterogen. Karakter yang diharapkan dari pembelajaran matematika yaitu meningkatkan sikap percaya diri, keyakinan, perhatian, dan tanggung jawab siswa maka dalam pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Isu reformasi pendidikan matematika tentang kemampuan bernalar, kemampuan berpikir kritis, dan kreatif telah muncul lebih dari satu dekade silam (Griffin, McGaw & Care, 2012) Namun, pendidikan di Indonesia belum mampu membekali para siswa untuk berpikir kritis. Pentingnya berpikir dalam proses belajar matematika adalah karena dalam proses belajar matematika siswa dituntut untuk melakukan kegiatan mental, dengan berpikir siswa akan mampu menyusun hubungan-hubungan informasi yang direkam oleh siswa sebagai pengertian-pengertian, dari pengertian-pengertian tersebutlah akan terbentuk pendapat yang pada akhirnya akan ditarik kesimpulan. (Hartono, 2015) Selama proses pembelajaran matematika siswa sering sekali dihadapkan pada soal yang tidak segera dapat diselesaikan artinya siswa harus berpikir trlebih dahulu, mencoba-coba, menaksir, menggunakan rumus-rumus

7 sederhana dan kemudian baru membuktikannya, karena itu siswa perlu memiliki keterampilan berpikir, yaitu kemampuan berpikir kritis. Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika yaitu pokok bahasan Garis dan Sudut. Pokok bahasan Garis dan Sudut akan membawa siswa pada pengalaman nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian pembelajaran akan menjadi bermakna jika mengaitkan pengalaman nyata siswa dengan ide-ide atau konsep-konsep matematika dalam pembelajaran dikelas. Kesulitan siswa dalam mempelajari pokok bahasan Garis dan Sudut yaitu pada saat menerima atau memahami konsep yang diberikan oleh guru. Adanya kecenderungan cara belajar siswa yang mengutamakan hafalan mengakibatkan kebanyakan siswa sulit menangkap konsep yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu pentingnya menerapkan kembali konsep matematika yang dimiliki siswa pada kehidupan sehari-hari akan memudahkan siswa dalam belajar matematika. Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan wawancara dengan guru matematika sekolah tempat penelitian. Dalam pembelajaran matematika sikap percaya diri dan minat belajar siswa rendah karena masih kurang melibatkan aktivitas belajar siswa akibatnya pembelajaran menjadi membosankan. Melalui cara mengaitkan pembelajaran matematika dengan Karakter Islami diharapkan nantinya siswa akan lebih mudah mempelajari pokok bahasan Garis dan Sudut, lebih percaya diri serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan oleh guru yaitu 75,00 dan dengan model kooperatif tipe Group Investigation diharapkan minat siswa meningkat. Maka penulis bermaksud untuk mengadakan sebuah penelitian dengan

8 judul Keefektifan Pembelajaran Group Investigation Berkarakter Islami Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. B. Identifikasi Masalah 1. Masih rendahnya sikap percaya diri, minat dan kemampuan berpikir kritis siswa SMP 2. Kurang efektifnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. 3. Selama ini pembelajaran matematika belum berkarakter Islami. 4. Masih adanya anggapan bahwa matematika tidak memiliki korelasi dengan pahala (akhirat) dan Islam. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya batasan masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian ini hanya terbatas pada penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berkarakter Islami pada pokok bahasan Garis dan Sudut mengenai hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. b. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Semester II (genap) Tahun Pelajaran 2015/2016. c. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, dimana satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas lain menjadi kelas kontrol. Penulis akan mengamati

9 sikap percaya diri dan minat siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berkarakter Islami sebagai kelas ekperimen dan siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dikatakan efektif jika: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan sikap percaya diri dan minat belajar siswa dalam pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami mencapai standar KKM (sebesar 75) pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif Group Investigation berkarakter Islami lebih baik daripada rata-rata skor kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sikap percaya diri dan minat belajar siswa pada pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami terhadap

10 kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apakah rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami mencapai standar KKM (sebesar 75) pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Apakah rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami lebih baik daripada ratarata skor kemampuan berpikir kritis pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Suatu riset, khususnya riset di dalam ilmu pengetahuan empiris, pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Adanya pengaruh yang signifikan sikap percaya diri dan minat belajar siswa dalam pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami mencapai standar KKM (sebesar 75) pada

11 pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa antara pembelajaran Group Investigation berkarakter Islami lebih baik daripada rata-rata skor kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. F. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berkarakter Islami akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, maka hal ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususnya pada pembelajaran matematika pokok bahasan Garis dan Sudut kelas VII. 2. Praktis a. Bagi Siswa 1) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna dan bernuansa islam. 2) Meningkatkan minat, sikap percaya diri dan kemampuan berpikir kritis siswa. b. Bagi Guru 1) Memperoleh pengetahuan dalam mengadakan variasi pembelajaran matematika yang efektif dan inovatif.

12 2) Memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berkarakter Islami. c. Bagi Peneliti Peneliti memperoleh tambahan pengetahuan mengenai keefektifan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berkarakter Islami terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. d. Bagi Sekolah Sekolah dapat memperoleh pelajaran mengenai bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berkarakter Islami pada siswa melalui proses pembelajaran dalam kelas.