BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tangguh baik secara fisik, mental maupun intelektual dan kepribadian. pendidikan di indonesia yaitu Madrasah Aliyah (MA).

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Menyontek. tidak sah dan mengaku jawaban itu dari diri sendiri, menggunakan catatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kesuksesan didalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemalsuan data laboratorium dan tindak kecurangan. Menurut Mujahidah (2012 :4)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ujian Nasional merupakan gerbang dari sebuah keinginan besar bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

SELF-REGULATED LEARNING SISWA YANG MENYONTEK (SURVEY PADA SISWA KELAS X DI SMA N 52 JAKARTA UTARA TAHUN AJARAN 2010/2011)

PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMA NEGERI 1 WIROSARI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terus membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA SMK

PENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

JUDUL PENELITIAN ILMIAH Disusun oleh : Siti Shara Npm : Pembimbing : Faisal Rachmat S.psi, M.A.

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

2016 KECENDERUNGAN INTEGRITAS AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Aat Agustini, MKM

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (homo sosius), yang dibekali

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk tindakan negatif yang dilakukan oleh pelajar dalam proses pembelajaran adalah menyontek. Menyontek merupakan salah satu perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kecurangan yang sering kali terjadi pada saat menghadapi ujian. Hurlock (1999) menyatakan bahwa kebanyakan siswa di sekolah menengah melakukan kegiatan menyontek dalam menyelesaikan tugas-tugas dan soal tes. Tampaknya kejujuran sulit untuk dicapai apabila siswa yang saat ini dituntut untuk menguasai berbagai ilmu yang dipelajarinya dengan belajar lebih tekun, tetapi mereka lebih suka menggunakan cara pintas yaitu menyontek. Sebuah evaluasi dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. Evaluasi tersebut dapat berupa pemberian pekerjaan rumah (PR), tugas, ulangan atau ujian. Namun dalam evaluasi tersebut sering terjadi kecurangan yang dilakukan oleh siswa, yaitu menyontek. Banyak terdapat pada siswa SMA Negeri I Kubu Rohil yang menyontek ketika ujian dengan berbagai perilaku yang mereka lakukan untuk menyontek, meskipun secara tertulis sudah dijelaskan dilarang menyontek/berbuat curang ketika ujian berlangsung dan jika peraturan tersebut dilanggar diberikan sanksi yaitu dikeluarkan dari ruang ujian, namun kenyataannya banyak juga siswa yang tetap menyontek, inilah alasan

2 peneliti mengatakan bahwa perilaku menyontek menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan. Lawson (dalam Amriel, 2008) mengindikasikan bahwa siswa yang melakukan tindakan kebohongan akademik cenderung akan berbohong di tempat kerja. Hampir semua pelajar mengetahui atau pernah melakukannya. Perilaku ini adalah perilaku yang salah tetapi ada kecenderungan semakin ditolerir. Masyarakat memandang perilaku menyontek adalah hal yang wajar ( Haryono dalam Setyani, 2007). Sering terdengar ungkapan bahwa menyontek adalah seni dalam bersekolah, sehingga merupakan hal yang aneh jika ada orang yang tidak pernah menyontek selama hidupnya (Poedjinugroho dalam Setyani, 2007). Penelitian Schab (dalam Setyani, 2007) menunjukan 93% siswa menyatakan bahwa menyontek merupakan sesuatu yang normal dalam pendidikan. Kenyataan tersebut juga terdapat di SMA Negeri I Kubu Rohil. Menurut hasil wawancara kepada salah seorang guru di SMA Negeri I Kubu Rohil pada tanggal 12 januari 2015 mengatakan bahwa hampir 70% siswa pernah melakukan perilaku menyontek pada saat ujian atau mengerjakan tugas. Penulis juga mendapatkan informasi dari pelajar yang sekolah di SMA Negeri I Kubu Rohil, mereka mengatakan bahwa pernah menyontek ketika mengerjakan tugas atau soal ujian di sekolah. Penelitian dari Schab (dalam Sujana dan Wulan, 1994) menunjukan 93% siswa menyatakan bahwa menyontek merupakan bagian yang normal dalam kehidupan. Pada diri mereka telah berkembang keyakinan bahwa menyontek

3 merupakan cara yang dapat diterima untuk memperoleh kemajuan. Mereka memperkirakan sekitar 97% sampai dengan 99% teman mereka menyontek baik pada saat-saat tertentu maupun secara teratur. Kondisi semacam inilah yang dapat memberikan pengaruh sangat kuat pada siswa. Schab (Anderman,dkk,1998) meneliti perbedaan perilaku menyontek selama beberapa tahun yakni menguji kepercayaan diri dan perilaku menyontek dengan menggunakan sampel lebih dari seribu pelajar SMU pada tahun 1969, 1979 dan 1989. Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum, penerimaan atas perilaku menyontek meningkat selama tahun-tahun tersebut. Ditinjau dari berat masalah, para pendidik menempatkan menyontek pada urutan ke-9 pada lima puluh daftar bentuk masalah perilaku siswa yang disajikan, sedangkan para ahli kesehatan mental menempatkannya pada urutan ke-25. Sujana (1993) membedakan penyebab perilaku menyontek dalam dua kelompok yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari keterkaitan terhadap kegagalan, ketidakdisiplinan mengikuti tes, kurangnya kepercayaan diri, kesediaan untuk menggunakan alat atau cara apapun untuk sukses. Faktor eksternal terdiri dari sulitnya soal tes yang dihadapi, kebijaksanaan akademis, iklim kompetisi yang tinggi dan tekanan sosial untuk meraih prestasi yang baik atau nilai yang tinggi. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui perilaku menyontek yang disebabkan faktor internal yakni kurangnya kepercayaan diri. Menurut Suryanto kepercayaan diri yang kuat biasanya populer dalam lingkungan keluarga maupun pergaulannya. Anak remaja yang memiliki kepercayaan diri akan sering diminta

4 menjadi pemimpin kelompok, memiliki sikap mawas diri. Sebaliknya, pada anak yang memiliki rasa percaya diri rendah akan kurang populer dalam pergaulan, lebih suka mengucilkan diri, atau menjadi pembuat keributan (http://www.google. memupuk rasa PE-DE sejak kecil.htm). Percaya pada diri sendiri merupakan modal dasar untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. Tidak percaya pada diri sendiri berarti mendekatkan diri pada kegagalan. Tak jarang, seseorang yang sebenarnya cerdas namun karena tidak percaya diri maka ia nampak seperti orang yang bodoh. Ragu dalam mengambil sikap juga bermula dari hilangnya kepercayaan diri. Semua yang dilakukan tidak didasari oleh keyakinan yang kuat. Orang yang kurang percaya diri akan selalu gelisah dan merasa serba salah dalam melakukan sesuatu. Hal itulah yang seharusnya dihilangkan. Membangun rasa percaya diri diawali dengan sikap positif terhadap diri sendiri. Penelitian kepercayaan diri dihubungkan dengan perilaku menyontek, dengan kepercayaan diri yang dimiliki diharapkan ketika menyelesaikan tugas atau ujian di sekolah, siswa akan percaya pada kemampuan yang dimiliki sehingga perilaku menyontek dapat dihindari. Seseorang yang percaya diri biasanya selalu bersikap optimis dan yakin akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu, sebalikya, seseorang yang rasa percaya dirinya rendah akan mengalami hambatan-hambatan dalam hidupnya, baik dalam berinteraksi dengan individu lain maupun dalam menyelesaikan tugasnya, maka kepercayaan diri sangat berpengaruh pada seseorang terutama dalam berperilaku. Kepercayaan diri adalah suatu bagian dari kehidupan yang unik dan berharga.

5 Menurut pendapat Miller ( Blanchio dan weremko, 2011 ) individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah akan lebih sering untuk menyontek serta melakukan pelanggaran di sekolah maupun di perguruan tinggi. Individu yang memiliki kepercayaan diri cenderung akan bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu, mampu menetralisir ketegangan yang muncul ketika mengerjakan soal ujian. Koentjaraningrat (dalam Afiatin dan Marti nah,1998) menegaskan bahwa salah satu kelemahan generasi muda indonesia adalah kurangnya kepercayaan diri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Afiatin, dkk (dalam Afiatin dan Martinah, 1998) terhadap remaja siswa SMTA di Kodya Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkaan oleh kurangnya kepercayaan diri. Percaya diri merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya, menilai atas kemampuan yang dimiliki tampak dari seluruh perilakunya dalam menyelesaikan soal ujian atau tugas di sekolah ketika seorang merasa harus mencari penguat demi mendapatkan nilai yang bagus. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri cenderung akan memunculkan sikap positif dalam berperilaku karena ia yakin dapat mencapai hal diinginkan dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan keyakinan tersebut akan menjadikan seseorang tetap berusaha dalam mencapai keinginannya atau tidak. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi mengetahui seberapa besar kemampuan yang dimilikinya, sehingga ia akan menyelesaikan persoalan yang

6 dihadapi secara efektif dan efisien. Jika mengalami kegagalan, maka ia akan cenderung berusaha untuk terus belajar memperbaiki kesalahan yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas diri yang dimiliki. Masalah cukup serius bisa terjadi jika seseorang merasa terlalu banyak kelemahan dan tidak memiliki kelebihan sama sekali. Kelemahan-kelemahan pribadi memiliki aspek yang sangat luas dan berkaitan dengan kehidupan dimasa lalu. Rasa tidak percaya diri akan menghambat seseorang dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya seperti mendapatkan pasangan hidup atau mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Hal ini akan mengakibatkan seseorang mengalami perasaan stagnasi atau kemacetan yang mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri (Hakim, 2002). Kesuksesan akan lebih mudah diraih oleh individu dengan adanya kepercayaan diri yang tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Karena individu yang memiliki kepercayaan dirinya rendah memiliki ciri-ciri seperti: mudah merasa cemas dalam menghadapi setiap permasalahan dengan tingkat kesulitan tertentu, mudah putus asa, kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu serta kurang mengerti bagaimana cara mengembangkan potensi yang dimilikinya, cenderung bergantung pada orang lain, dan memandang setiap permasalahan dari sudut pandang yang negatif (Hakim, 2002 ). Rendahnya rasa percaya diri dapat menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Tetapi dapat menimbulkan banyak masalah. Rendahnya rasa percaya diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia

7 nervosa, delinkuensi, dan masalah penyesuaian diri lainnya. Ketika tingkat percaya diri yang rendah berhubungan dengan proses belajar seperti prestasi rendah atau kehidupan keluarga yang sulit, atau dengan kejadian-kejadian yang membuat tertekan, masalah yang muncul dapat menjadi lebih meningkat (Santrock, 2003). Kepercayaan diri adalah suatu bagian dari kehidupan yang unik dan berharga. Ada orang yang menganggap diri mereka penuh kepercayaan diri tibatiba merasa kepercayaan diri mereka tak sebesar apa yang selama ini mereka duga, sehingga mereka kurang percaya diri dimana baginya dunia terasa sebagai tempat yang tidak aman dan menyulitkan. Dengan kepercayaan diri yang dimiliki diharapkan ketika menyelesaikan tugas atau ujian di sekolah, siswa akan percaya pada kemampuan yang dimiliki sehingga perilaku menyontek dapat dihindari. Dengan kepercayaan diri yang tinggi maka akan membiasakan siswa untuk bersikap positif terhadap kemampuannya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Menurut Sarwono (2001), masa remaja tidak mempunyai petunjuk atau pedoman yang jelas tentang bagaimana caranya untuk bertindak secara benar dalam menghadapi masalah. Hal ini menunjukan bahwa ada kemungkinan siswasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah rentan dengan kejahatan. Masa remaja identik dengan melakukan penyimpangan-penyimpangan (Santrock, 2007), dan berani melanggar aturan-aturan sekolah, salah satunya adalah menyontek. Maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa

8 kelas X dan XI SMA. Siswa SMA adalah tergolong masa yang mengalami tahap perkembangan masa remaja ( dalam Hurlock, 1990). Menurut Alhadza ( 2004 ) bahwa semakin besar harapan seseorang untuk berprestasi sementara potensinya semakin kecil maka akan menyebabkan orang menyontek. Adapun cara cara yang dilakukan oleh siswa dalam menyontek tersebut adalah dengan membuka catatan, meniru langsung pekerjaan temannya, menulis di anggota tubuhnya, bertanya mengenai jawaban kepada temanya, membawa kertas kecil yang berisi salinan catatan, saling tukar lembar jawaban dengan cara meminta temanya untuk menuliskan di lembar jawabanya. Dan melakukan tindakan tidak jujur lainya. Perilaku menyontek sangat terkait dengan moral dan kondisi psikologis dan bertentangan dengan norma karena perbuatan tersebut melanggar peraturan yang telah ditetapkan di sekolah. Tumbuhnya kebiasaan mencontek akan membentuk generasi yang tidak jujur, tidak ada keuletan dalam mencapai sesuatu dan pandai dalam memanipulasi sesuatu. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perilaku menyontek yang dilakukan pelajar maka penulis ingin meneliti perilaku menyontek yang disebabkan faktor internal yakni kepercayaan diri, dalam sebuah skripsi yang berjudul Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Menyontek pada Siswa kelas X dan XI SMA Negeri I Kubu Rohil B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan kepercayaan diri dengan perilaku menyontek pada siswa kelas X dan XI SMA Negeri I Kubu Rohil?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku menyontek pada siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kubu Rohil. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang terkait dengan (Kepercayaan diri dan Perilaku Menyontek) sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti (2012) yang berjudul hubungan self efficacy dengan perilaku mencontek mahasiswa psikologi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, metode analisis data dan subjek pada penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu siswa kelas X dan XI SMA Negeri I Kubu Rohil. persamaanya ialah sama-sama meneliti tentang perilaku menyontek. Penelitian yang terkait dengan (Kepercayaan diri dan Perilaku Menyontek) sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dody Hartanto yang berjudul Pengaruh REBT untuk mereduksi perilaku menyontek pada siswa sekolah menengah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel,metode penelitian, dan lokasi penelitian. Persamaannya ialah sama-sama meneliti tentang perilaku menyontek. Penelitian yang terkait dengan (Kepercayaan diri dan Perilaku Menyontek) sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Uni Setyani yang berjudul Hubungan antara konsep diri dengan intense menyontek pada siswa SMA NEGERI 2 Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, metode analisis data, metode

10 pengambilan sampel, dan lokasi penelitianya.persamaanya ialah sam-sama meneliti tentang perilaku menyontek. Selain penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti, ada juga yang meneliti tentang perilaku menyontek yang dilakukan oleh Anniez Rachmawati Musslifah dengan judul perilaku menyontek siswa ditinjau dari kecenderungan Locus Of Control perbedaannya pada peneltian ini adalah pada variabel, analisis data dan lokasi penelitian. Namun terdapat persamaan pada penelitian yang akan dilakukan pada variabel perilaku menyontek. Selanjutnya yaitu penelitian dari mujaidah yang juga meneliti tentang perilaku menyontek dengan judul perilaku menyontek laki-laki dan perempuan : studi meta analisis perbedaanya pada penelitian ini adalah metode, jenis penelitianya dan lokasi penelitianya. Namun terdapat persamaan pada penelitian yang akandilakukan pada variabel menyontek. Penelitian yang terkait dengan (Kepercayaan diri dan Perilaku Menyontek) sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Herni Rosita yang berjudul Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, lokasi penelitian dan sabjek penelitian.sedangkan persamaaanya adalah sama-sama meneliti tentang kepercayaan diri. Penelitian yang terkait dengan (Kepercayaan diri dan Perilaku Menyontek) sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rita Sinthia yang berjudul Hubungan antara penerimaan social kelompok kelas

11 dengan kepercayaan diri pada siswa kelas I SLTP Jakarta. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, lokasi penelitian dan sabjek penelitian.sedangkan persamaaanya adalah sama-sama meneliti tentang kepercayaan diri. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hasil penelitian tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku menyontek. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat mengembangkan informasi mengenai perilaku menyontek ditinjau dari kepercayaan diri sehingga dapat menambah referensi ilmiah dibidang psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan. 2. Manfaat Praktis a.individu Membantu individu lebih meningkatkan kepercayaan diri dalam dirinya akan kemampuan yang dimilikinya sehingga mampu dalam melaksanakan atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan sehingga dapat menurunkan perilaku menyontek atau kecurangan lainnya dalam hal pendidikan.