BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang tertentu. Untuk menciptakan keluaran SMK yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam rangkaian peristiwa sejarah, sejarah identik dengan konsep perubahan dimana konsep ini mengindikasikan bahwa segala hal yang ada didunia ini pasti mengalami perubahan. Begitupun dengan sejarah sistem pendidikan di Indonesia yang dalam proses perjalanannya selalu mengalami perubahan. Perubahan ini diciptakan untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih berkualitas sehingga menghasilkan lulusan yang lebih baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22-23 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), ditetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang 1 menuntut pembelajaran dilakukan secara konstruktivistik, student center dan kontekstual. Tuntutan ini berlaku untuk setiap satuan pendidikan dasar dan menengah dalam semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran sejarah. Sejarah merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan serta nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia maupun dunia dari masa lampau hingga kini. Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik guna membangun kesadaran tentang pentingnya peristiwa sejarah untuk dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik. Secara jelas dalam standar isi disebutkan bahwa mata pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; 3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik

2 terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang; dan 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional (Standar Isi, 2006: 187-188). Lebih lanjut Hasan (2008: 3) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah berpotensi untuk; 1) Mengembangkan kemampuan berfikir; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu; 3) Mengembangkan kemampuan berfikir kreatif; 4) Mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan; 5) Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan; 6) Mengembangkan kepedulian sosial; 7) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi; dan 8) mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas dan mengkomunikasikan informasi. Berdasarkan tujuan yang tercantum dalam standar isi dan pendapat yang dikemukakan oleh Hasan, hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran sejarah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan skill atau kemampuannya dalam berbagai aspek, sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya hakikat dari pembelajaran sejarah bukan hanya sekedar menghapal fakta dan konsep namun juga memahami bagaimana peristiwa tersebut terjadi dan membina peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas. Hasan SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Pembelajaran_Sejarah_Yang_Mencerdasakan. pdf, diunduh 03 Februari 2013) mengemukakan bahwa manusia cerdas mengandung makna bahwa ia berfikir cerdas, melakukan sesuatu pada waktu dan tindakan yang tepat, dan bersikap terhadap sesuatu secara cerdas. Di mana yang menjadi sumber dari kegiatan berfikir, melakukan dan bersikap tersebut terletak pada memori yang dimiliki oleh seseorang atau setiap individu. Gordon (http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._sejarah/194403101967101- (http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._sejarah/194403101967101- SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Pembelajaran_Sejarah_Yang_Mencerdasakan. pdf, diunduh 03 Februari 2013) dalam bukunya yang berjudul Intelligent Memory

3 mengemukakan bahwa memori manusia dibagi kedalam dua kategori yaitu memori biasa (ordinary memory) dan memori cerdas (intelligent memory). Ordinary Memory merupakan memori yang menyimpan fakta-fakta dan mengingat sebuah nama atau tanggal. Sedangkan Intelligent Memory menyimpan kemampuan berfikir cerdas dan kritis. Melalui mata pelajaran sejarah diharapkan agar peserta didik dapat mengembangkan Intelligent Memory-nya sehingga bukan hanya sekedar mengetahui fakta-fakta ataupun tanggal dari sebuah peristiwa namun juga memahami peristiwa tersebut dan menjadikannya pelajaran untuk kehidupan di masa mendatang agar proses pembelajaran yang dilakukan bermakna bagi peserta didik. Menciptakan kondisi ideal untuk mencapai tujuan bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih dalam pembelajaran sejarah yang sarat dengan fakta dan konsep yang membutuhkan penalaran dan daya analisis yang kuat. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, pembelajaran sejarah lebih mengarah pada pengembangan ordinary memory. Pembelajaran sejarah didominasi oleh kenyataan bahwa peserta didik diharuskan menghafal fakta sejarah, nama-nama konsep ataupun tanggal dari sebuah peristiwa. Hal ini tidak terlepas dari pengembangan pendidikan terutama kurikulum di Indonesia yang diwarnai oleh dua pandangan yang dominan. Sebagaimana yang dikemukakan Hasan (2008: 6) bahwa pertama, pendidikan Indonesia didominasi oleh pandangan filosofis esensialisme dan perenialisme. Dan kedua, pendidikan di Indonesia diwarnai oleh pandangan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai sains dan teknologi. Di antara kedua pandangan tersebut, pandangan yang kedua menyebabkan para pelaksana pendidikan khususnya guru lebih menekankan tingkat pecapaian hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif saja yang berupa hapalan dan ingatan sehingga peserta didik hanya dituntut untuk mengetahui sesuatu tanpa diajak untuk memahaminya. Dengan kata lain pembelajaran sejarah selama ini lebih ditekankan pada orientasi target penguasaan materi saja tanpa melatih peserta

4 didik untuk memahami materi tersebut. Peserta didik hanya sekedar menghapal materi sehingga tingkat pemahamannya rendah dan biasanya peserta didik akan mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hal senada juga diungkapkan Nurhadi (Lestari, 2012: 3) bahwa pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi hanya mampu membuat peserta didik mengingat materi pelajaran dalam waktu yang relatif pendek, tetapi seringkali peserta didik tidak memahami dan mengetahui secara mendalam, pengetahuan yang didapat hanya bersifat hapalan yang menyebabkan anak mudah lupa, sehingga gagal dalam membekali anak untuk memecahkan masalah dalam waktu yang lama. Dengan kata lain, apabila mengacu pada tujuan pembelajaran yang diharapkan, dapat dikatakan bahwa kenyataannya dilapangan tujuan tersebut belum tercapai. Berdasarkan hasil observasi selama melakukan praktik Program Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Rancaekek, peneliti menemukan bahwa proses pembelajaran sejarah belum teroptimalkan dengan baik. Hal tersebut didapatkan berdasarkan hasil wawancara. Peserta didik mengaku bahwa mereka hanya ingat mengenai tanggal dari sebuah peristiwa namun tidak memahami peristiwa tersebut secara utuh sehingga peserta didik mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diberikan guru. Temuan lain didapatkan berdasarkan hasil UTS tanggal 14 Maret 2013, ketika diberikan soal UTS yang menuntut tingkat pemahaman dan daya analisis dari 42 siswa hampir 80% nilai yang diperoleh dibawah 55. Ini membuktikan bahwa peserta didik masih terbiasa dengan hapalan bukan pemahaman sehingga ketika diberikan soal ujian yang menuntut pemahaman dan daya analisis, hal tersebut seolah merupakan sesuatu yang baru dan asing sehingga peserta didik tidak dapat menjawabnya dengan baik yang mengakibatkan hasil belajarnya pun tergolong kedalam kategori yang cukup rendah. Hasil belajar yang selama ini diperoleh lebih kepada hasil belajar kognitif yang bersifat hapalan atau hanya pada tingkat ordinary memory sedangkan hasil belajar yang mengembangkan intelligent memory belum dikembangkan dengan

5 baik. Selain itu pada proses pembelajaran, hasil belajar afektif dan psikomotornya pun belum dikembangkan secara baik. Padahal kelas XI IPA 2 mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan beragumentasi, pemahaman, maupun afektifnya. Hal tersebut terlihat ketika peneliti masuk untuk pertama kalinya ke dalam kelas, antusiasme siswa terhadap pembelajaran sejarah sudah baik. Hal ini terlihat dari persiapan siswa ketika melaksanakan sosiodrama yang ditugaskan oleh guru mengenai detik-detik proklamasi. Ketika sosiodrama berlangsung, siswa memerankan tokoh-tokoh sejarah dengan baik mulai dari penghayatan sesuai dengan karakteristik tokoh yang diperankannya, penguasaan naskah drama, kostum, dan lain sebagainya. Selain itu, ketika kelas tersebut diberikan sebuah studi kasus yang harus diselesaikan, siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran. Siswa saling mengungkapkan argumentasi sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan dari sumber yang mereka miliki dan proses diskusi berjalan dengan cukup lancar, dari 42 siswa hampir 60% siswa aktif dalam proses pembelajaran. Argumentasi yang diungkapkan pun tidak asal-asalan namun berdasarkan sumber yang dimiliki meskipun mereka hanya menggunakan satu sumber yakni LKS yang dimiliki siswa saja. Suasana pembelajaran pun menjadi sangat menarik ketika masingmasing kelompok berusaha mengutarakan argumentasi dari kelompoknya dan tidak mau kalah oleh kelompok lain untuk menyelesaikan studi kasus tersebut, sehingga diakhir pembelajaran siswa mengatakan bahwa pembelajaran hari itu sangat berkesan dan bermakna bagi siswa. Berdasarkan gambaran kondisi pembelajaran tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa kelas XI IPA 2 mempunyai potensi yang cukup baik dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Namun, selama ini kemampuan yang dimiliki siswa belum diasah secara optimal. Apabila hal tersebut dibiarkan, kemampuan siswa tidak dapat berkembang sehingga tujuan dari pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik dan proses pembelajaran pun tidak akan

6 bermakna bagi siswa. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar dan kualitas lulusan peserta didik karena ketika kemampuan berpikir siswa tersebut tidak diasah dan dilatih, maka besar kemungkinannya siswa tidak dapat memahami materi yang sudah diberikan di dalam pembelajaran dan hasil belajar yang dicapainya pun akan rendah. Selain itu, siswa juga tidak akan mampu mengkaitkan berbagai materi yang sudah diberikan dengan materi selanjutnya yang mengakibatkan kemampuan analisisnya pun ikut tidak berkembang dan dapat menyebabkan lulusannya tidak akan mampu bersaing dengan kualitas lulusan negara lain, sehingga sangat disayangkan apabila potensi yang sudah mereka miliki tidak dikembangkan dengan baik dan tidak ada upaya perbaikan dalam proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan belajar peserta didik, padahal pembelajaran sejarah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan intelligent memory-nya. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran guna mencapai keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran sangatlah beragam, mulai dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik, menyediakan sumber belajar yang mendukung, meningkatkan sarana dan prasarana hingga mengembangkan berbagai macam metode pembelajaran. Hal ini ditujukan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Namun, penggunaan cara yang tepat sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran sangat mempengaruhi bagaimana hasil akhir yang akan diperoleh. Jika masalah yang terjadi di dalam kelas diibaratkan sebagai penyakit, maka untuk menyembuhkan penyakit tersebut harus digunakan obat yang tepat dan pemberian dosisnya pun harus disesuaikan dengan gejala yang timbul di dalam kelas. Penggunaan obat yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Jika melihat karakteristik masalah yang timbul pada kelas XI IPA 2, untuk menyelesaikannya peneliti memilih untuk mengembangkan metode pembelajaran.

7 Pengembangan metode pembelajaran dipilih karena, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran selama ini belum dapat mengoptimalkan potensi peserta didik untuk dapat berperan aktif secara utuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik masih terbiasa dengan pola pembelajaran yang bersifat hapalan dan hanya mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat dan menghapalkannya. Hal ini berakibat peserta didik tidak mengetahui makna dari materi pelajaran yang mereka pelajari dan tidak memahaminya sehingga pencapaian hasil belajarnya menjadi rendah karena metode pembelajaran dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Maka metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pun haruslah tepat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang sebuah peristiwa sejarah sehingga hasil belajar yang diperoleh pun akan baik karena hasil belajar yang baik dapat diperoleh jika peserta didik mengalami sendiri proses pembelajaran secara langsung. Maka dari itu perlu diterapkan metode pembelajaran yang dapat melatih peserta didik untuk berpikir dan dapat belajar secara mandiri agar kemampuannya dapat dikembangkan dengan baik sehingga hasil belajar yang mereka dapatkan bukan hanya hasil belajar kognitif yang bersifat hapalan namun juga hasil belajar yang mengembangkan kemampuan intellegent memory serta berbagai keterampilan lainnya seperti keterampilan bertanya, memberikan argumentasi, kemampuan menjawab, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas XI IPA 2, peneliti bermaksud menerapkan metode Problem Based Instruction sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Metode Problem Based Instruction peneliti pilih karena metode ini dapat memusatkan perhatian peserta didik pada kegiatan pembelajaran sehingga tidak banyak kesempatan bagi peserta didik untuk berbuat gaduh yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran di kelas. Selain itu melalui metode ini pula, siswa dapat menggali informasi dari berbagai sumber dan menyelesaikan permasalahan/studi kasus. Peserta didik dituntut lebih banyak melakukan kegiatan

8 belajar dengan cara mengamati, mengidentifikasi, mengumpulkan sumber informasi, membuat kesimpulan, serta dapat mencari penyebab masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran. Munculnya suatu permasalahan dalam metode ini dapat memberikan stimulus kepada peserta didik untuk berpendapat dan berpikir kritis terhadap permasalahan konsep sejarah dengan bimbingan dari guru. Metode ini juga dapat melatih belajar secara mandiri sehingga intelligent memory dari peserta didik dapat dikembangkan dan pembelajaran secara konstruktivistik, student center serta kontekstual yang merupakan tuntutan dari KTSP dan tercantum dalam permendiknas dapat tercapai. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar yang benar-benar menggambarkan kemampuan analisis dan pemahaman siswa dengan mengambil judul Upaya Penerapan Metode Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan utama adalah mengenai Bagaimana Penerapan Metode Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa?. Berdasarkan permasalahan utama tersebut, peneliti membatasi permasalahan menjadi beberapa pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah dengan menerapkan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Rancaekek? 2. Bagaimana melaksanakan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Rancaekek?

9 3. Bagaimana efektivitas dari pengembangan Metode Problem Based Instruction dalam meningkatkan hasil belajar siswa setelah metode tersebut diterapkan di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Rancaekek? 4. Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Rancaekek? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkaitan dengan penerapan Metode Problem Based Instruction dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. 2. Untuk mengkaji pelaksanaan penerapan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. 3. Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi efektivitas penerapan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. 4. Memaparkan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan Metode Problem Based Instruction untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi untuk hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis sehingga dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Namun secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk guru, siswa, peneliti, maupun sekolah. 1. Bagi Guru

10 Dapat memberikan gambaran mengenai metode pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran sejarah. Memperbaiki proses pembelajaran khususnya di Kelas XI IPA 2, menambah wawasan dan keterampilan guru untuk menerapkan metode-metode yang efektif untuk pembelajaran. 2. Bagi Siswa Meningkatkan hasil belajar siswa yang benar-benar menggambarkan sejauh mana kemampuan analisis dan pemahaman materi dari siswa tersebut. Melatih keterampilan siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya, dan berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga kemampuan siswa dapat dikembangkan dan teroptimalkan secara baik. 3. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dasar sebagai pembelajaran agar mampu mengembangkan berbagai macam metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran ketika nanti mengajar di sekolah. 4. Bagi Sekolah Memberikan referensi dan gambaran untuk sekolah dalam mengembangkan berbagai macam metode yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut khususnya dalam pembelajaran sejarah. Memberikan referensi untuk guru agar dapat melakukan penelitian serupa guna memperbaiki proses pembelajaran dan kualitas lulusan peserta didik. E. Struktur Organisasi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang bagaimana latar belakang yang diungkapkan peneliti tentang permasalahan yang akan diteliti. Bab ini juga terdiri dari tujuan penelitian, manfaat penelitian yang digunakan serta struktur organisasi penelitian yang digunakan peneliti sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah.

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan kajian pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diungkap oleh peneliti secara umum dari berbagai literatur yang didapatkan oleh peneliti. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini, dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan desain penelitian model Kemmis dan Taggart. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini, diuraikan pembahasan hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. BAB V KESIMPULAN Dalam bab ini peneliti mengemukakan bagaimana kesimpulan atas permasalahan yang diungkap dalam penelitian.