BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pendapat mengenai definisi pajak, diantaranya: Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 Undang- Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah yang besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.12

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menerapkan peraturan mengenai pemerintah daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengakibatkan pemerintah pusat memberikan kewenangan penyelenggaraan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah atau yang dikenal dengan desentralisasi. Hal tersebut, memicu pemerintah daerah menggali potensi-potensi yang dimiliki guna meningkatkan kemampuan keuangan daerah yang digunakan untuk dana pembangunan daerah masing-masing. Dana pembangunan daerah tersebut dapat bersumber dari penerimaan pajak daerah. Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan terkait perpajakan daerah diantaranya menetapkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dibedakan atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota, dalam tabel 1.1. 1

2 Tabel 1.1 Jenis-Jenis Pajak Daerah berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Provinsi Pajak Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Air Permukaan Pajak Rokok Sumber : Data diolah (2015) Pajak Kabupaten/Kota Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pajak hotel merupakan salah satu komponen penerimaan pajak kabupaten/kota yang termasuk dalam Pajak Daerah. Hal tersebut, menjadikan pengelolaannya langsung ditangani oleh Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan kabupaten/kota masing-masing. Pajak Daerah yang dipungut oleh kabupaten/kota tersebut akan masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini digunakan oleh daerah guna mendanai pembangunan daerah yang telah direncanakan. Semakin besar persentase Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan maupun terhadap total belanja, diharapkan berpengaruh dalam pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah.

3 Menurut Peraturan daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Maka dari itu, Pajak Hotel mengambil peranan penting dan menjadi komponen yang cukup berpengaruh dalam menyumbang penerimaan Pajak Daerah. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.2 sebagai berikut. Tabel 1.2 menunjukan berbagai jenis pajak daerah yang ada di Kota Yogyakarta dari tahun 2010 hingga tahun 2014 pajak hotel menduduki peringkat paling tinggi.. Pada tahun 2010 pajak hotel memberikan sumbangan penerimaan dalam pajak daerah sebesar 41,55%, tahun 2011 sebesar 31,39%, tahun 2012 sebesar 26,81%, tahun 2013 sebesar 29,75%, dan pada tahun 2014 menyumbang sebesar 31,29% dari jumlah pajak daerah setiap tahun. Walaupun dari tahun 2010 2012 mengalami penurunan persentase penerimaan tetapi mulai tahun 2013-2014 persentase penerimaan pajak hotel kembali merangkak naik. Selain itu, penerimaan pajak hotel jika dilihat dari jumlah nominalnya pajak hotel dalam kontribusi terhadap penerimaan pajak daerah selalu meningkat secara signifikan dibandingan pajak yang lain setiap tahunnya.

4 Tabel 1.2 LAPORAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH YANG DIKELOLA OLEH DINAS PAJAK DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA YOGYAKARTA ANGGARAN TAHUN 2010-2014 No Pajak Daerah Sumber : Bidang Pelaporan, DPDPK Kota Yogyakarta Realisasi Penerimaan 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % 2014 % 1 Pajak Hotel 32.512.281.932 41,55 37.861.435.936 31,39 56.008.075.844 26,81 68.563.528.929 29,75 81.960.462.082 31,29 2 Pajak Restoran 13.313.057.154 17,01 13.817.217.336 11,45 16.191.239.327 7,25 18.768.048.311 8,14 24.829.369.813 9,48 3 Pajak Hiburan 4.646.317.241 5,94 4.684.984.072 3,38 4.643.027.341 2,22 7.508.687.487 3,25 9.357.105.030 3,57 4 Pajak Reklame 4.639.213.808 5,93 5.439.731.728 4,51 6.303.861.072 3,01 7.000.369.458 3,03 5.627.770.201 2,14 Pajak Penerangan 5 Jalan 22.461.182.048 28,70 23.857.657.675 19,79 26.167.953.923 12,52 31.362.812.256 13,60 3.173.738.039 14,19 6 Pajak Parkir 679.527.059 0,87 776.411.843 0,64 989.893.465 0,47 1.400.475.835 0,60 1.610.854.034 0,61 7 Pajak Air Tanah - - 318.039.903 0,26 1.014.247.639 0,48 810.205.300 0,35 1.264.988.835 0,48 8 Pajak Sarang Burung Walet - - 3.050.000 0,002 2.950.000 0,001 7.925.000 0,003 7.350.000 0,002 9 Pajak Bumi dan Bangunan - - - - 44.118.519.712,72 21,12 44.358.025.929 19,24 48.775.400.672 18,62 10 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan - - 33.820.108.301 28,05 53.410.221.050 25,57 50.685.720.257 21,99 51.253.098.935 19,57 Total Pajak Daerah 78.254.579.242 120.578.636.794 208.849.989.373,72 230.465.798.762 261.860.143.641

5 Maka dari itu, agar pajak daerah dari pajak hotel dapat tetap optimal diperlukan adanya pengoptimalan dengan beberapa cara salah satunya adalah meningkatkan kepatuhan wajib pajak hotel. Cara meningkatkan kepatuhan wajib pajak hotel dapat dilakukan melalui beberapa faktor diantaranya kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan, sosialisasi perpajakan dan pelayanan fiskus. Beberapa faktor tersebut sering dijadikan tolok ukur peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Apabila ada upaya peningkatan kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan, sosialisasi perpajakan dan pelayanan fiskus diharapkan akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak hotel dalam membayar atau melunasi kewajibannya sehingga penerimaan dari pajak daerah dapat terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak melati diantaranya dilakukan oleh Jatmiko (2006) yang meneliti tentang Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang disimpulkan bahwa sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda maka makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus maka makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. Sikap

6 wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan maka makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. Selanjutnya, Setyaningsih (2013) tentang Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta disimpulkan para pemilik usaha hotel melati di Kota Yogyakarta sebagian besar memahami tentang peraturan pajak usaha hotel melati ditunjukan dari hasil mean (rata-rata) yang menunjukan nilai 2,733 dan sebagian besar pemilik usaha hotel melati di Kota Yogyakarta yaitu 87 (delapan puluh tujuh) dari total responden 90 (sembilan puluh) sudah melakukan kewajibannya sebagai wajib pajak orang pribadi usahawan hotel melati, yaitu membayar pajak sesuai dengan peraturan yang ada. Akan tetapi ada 3 (tiga) responden yang melakukan pembayaran pajak karena ditagih oleh petugas pajak,bukan karena kesadaran diri sendiri sebagai Wajib Pajak yang melakukan kewajibannya membayar pajak. Selanjutnya, Rohmawati, Prasetyono, Rimawati (2013) yang meneliti tentang Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas pada KPP Pratama Gresik Utama disimpulkan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh negatif terhadap kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kesadaran wajib pajak, kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak,

7 sosialisasi dan pengetahuan perpajakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak, sosialisasi, pengetahuan perpajakan dan kesadaran wajib pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Peneliti termotivasi untuk meneliti kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan, sosialisasi perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak hotel melati dikarenakan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak hasilnya inkonsistensi. Peneliti juga melakukan perluasan obyek tidak hanya wajib pajak hotel melati yang berada di Kecamatan Gedongtengen dan Kecamatan Mergangsan melainkan seluruh kecamatan di Kota Yogyakarta, sehingga sampel dapat lebih luas cakupannya. Kota Yogyakarta dipilih sebagai obyek pada penelitian ini karena Kota Yogyakarta merupakan tempat tujuan utama bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara jika berkunjung ke Daerah istimewa Yogyakarta sehingga pelu disediakan fasilitas akomodasi yang menunjang salah satunya hotel atau penginapan. Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah Wajib Pajak Hotel Kota Yogyakarta 2014 Klasifikasi Hotel Bintang Melati Bintang Lima 4 Melati Tiga 19 Bintang Empat 4 Melati Dua 43 Bintang Tiga 14 Melati Satu 271 Bintang Dua 6 Non Melati 86 Bintang Satu 10 Jumlah 38 Jumlah 419 Sumber : Bidang Pendataan,DPDPK Kota Yogyakarta

8 Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak hotel melati di Kota Yogyakarta jumlahnya paling tinggi. Hal ini memicu peneliti untuk melakukan penelitian ke wajib pajak hotel melati. Wajib pajak hotel melati sebanyak 333 yang merupakan gabungan dari jumlah wajib pajak hotel melati satu, dua dan tiga. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka judul pada penelitian kali ini Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta. 1.2. Rumusan Masalah Jatmiko (2006), mengungkapkan kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi denda akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi denda yang semakin tinggi makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. Rohmawati, Prasetyono dan Rimawati (2013), mengungkapkan sosialisasi perpajakan, pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi intensitas sosialisasi perpajakan yang dilakukan maka akan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dengan adanya sosialisasi perpajakan berarti wajib pajak akan lebih mengetahui mengenai peraturan dan tata cara perpajakan sehingga pengetahuan wajib pajak akan bertambah, dengan begitu wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban dan hak perpajakannya. Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Kurangnya kesdaran wajib pajak adalah karena wajib pajak masih

9 sinis terhadap keberadaan pajak, pajak masih dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan. Maka berdasarkan uraian tersebut rumusan masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta? 2. Apakah Pengetahuan Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta? 3. Apakah Sosialisasi Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta? 4. Apakah Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta? 5. Apakah Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan dan Pelayanan Fiskus secara simultan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati di Kota Yogyakarta? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan, sosialisasi perpajakan dan pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak hotel melati di Kota Yogyakarta.

10 1.4. Manfaat Penelitian Kontribusi Kebijakan Melalui hasil penelitian ini dapat memberikan masukan strategi kepada Dinas Pendapatan Daerah dan Pengelola Keuangan Kota Yogyakarta guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak hotel melati. 1.5. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika pelaporan atau penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan Pajak Hotel seperti pengertian Pajak Hotel, subyek dan obyek Pajak Hotel, tarif dan dasar pengenaan Pajak Hotel, mekanisme pembayaran Pajak Hotel, pelayanan fiskus, kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan dan sosialisasi perpajakan. Selain itu, bab ini juga membahas teori-teori mengenai kepatuhan wajib pajak. Pada bagian akhir bab ini akan dimuat pula hasil-hasil penelitian terdahulu serta pengembangan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini berisi mengenai obyek, populasi dan sampel, jenis dan teknis pengumpulan data, operasional variabel penelitian, model penelitian, dan analisis data.

11 BAB IV Hasil Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh serta pembahasan. BAB V Penutup Bab ini berisi simpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.