BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Keterangan: O : Pretes, Postes X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data penelitian berupa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tersebut diperoleh dari hasil pretes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat dimana perlakuan yang

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur. Ruseffendi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

0 X

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuasi eksperimen atau percobaan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena subjek

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan: 0 = Tes awal (pre test) / Tes Akhir (post test) X = pembelajaran dengan Metode Inkuiri Model Alberta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok kedua sebagai kelompok Kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh

Transkripsi:

49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI). Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen sebagai kelas yang mendapatkan pembelajaran melalui metode Personalized System of Instruction (PSI) dan kelas kontrol sebagai pembanding yang mendapatkan metode ekspositori. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematis dan data kualitatif diperoleh dari angket siswa, lembar observasi, dan jurnal. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical product and service solution (SPSS) v20-32 bit for windows. Proses penelitian dilakukan selama 2 minggu, dimulai pada tanggal 22 Juli 2012 dan berakhir pada tanggal 3 Agustus 2012. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandung. Dari delapan kelas yang ada, yakni kelas VIII-A sampai kelas VIII-H peneliti mengambil dua kelas sebagai sampel secara acak. Dengan demikian sebagai sampel pada penelitian diperoleh dua kelas yaitu kelas VIII-F dan kelas VIII-G. Satu kelas yaitu kelas VIII-F digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-G sebagai kelas eksperimen. Kedua kelas tersebut diberikan tes awal

50 (pretest) untuk melihat kemampuan awal kedua kelas dan setelah pembelajaran selesai diberikan tes akhir (post test) untuk melihat kemampuan siswa setelah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. A. Hasil Penelitian 1) Analisis Hasil Tes Analisis data hasil tes dilakukan untuk menguji hipotesis Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ekspositori. Sebelum peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan dianalisis mengenai normalitas dan homogenitas data, baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Data yang akan dianalisis adalah hasil tes kemampuan komunikasi matematis yaitu pretest, postest, dan indeks gain. a. Analisis Data Pretes Peneliti menganalisis data pretes menggunakan program komputer software SPSS v20-32 bit for windows. Berikut hasil perhitungan statistik deskriptif pretest kelas eksperimen dan kontrol. Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Std. Kelompok Mean SMI Minimum Maksimum Deviasi Kontrol 17,36 100 6,60 0,00 30,00 Pretest Eksperimen 19,5 100 8,65 0,00 42,00

51 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa standar deviasi kelompok kontrol adalah 6,60, rata-ratanya 17,36, dengan skor minimumnya 0,00 dan maksimum 30,00 sedangkan untuk kelompok eksperimen standar deviasi mencapai 8,65, rata-ratanya 19,5, dengan skor minimumnya 0,00 dan maksimumnya 42,00. 1. Uji Normalitas Data Pretes Untuk menguji normalitas data pretes, digunakan uji statistik Shapirowilk. Dikarenakan data yang digunakan lebih dari 30 buah maka untuk uji normalitas menggunakan uji Sahpiro-wilk. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor pretes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis: Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah: H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah Jika probabilitas (Sig.) 0,05 maka H 0 diterima. Hasil pengujian statistik dapat dilihat dari Tabel 4.2 Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Normality Shapiro-wilk Statistic Df Sig. Nilai_kontrol Nilai_eksperimen 0,965 0,895 42 42 0,221 0,003

52 Kriteria Pengujian: Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji Shapirowilk untuk kelompok kontrol adalah 0,221 dan untuk kelompok eksperimen 0,003. Berdasarakan kriteria pengujian maka H 0 diterima untuk kelompok kontrol dan H 0 ditolak untuk kelompok eksperimen. Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data pretes kelompok kontrol berdistribusi normal dan data pretes kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney. 2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Pretes Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua ratarata dirumuskan sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. H 1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

53 Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H 0 : µ E = µ K H 1 : µ E µ K Keterangan : µ E : rata-rata skor pretest kelas eksperimen µ K : rata-rata skor pretest kelas kontrol Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya Jika probabilitas (Sig.) 0,05 maka H 0 diterima. Hasil pengujian statistik dapat dilihat dalam Tabel 4.3 Tabel 4.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney Nilai Mann-Whitney U Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test) 1.169,000 2.072,000 0,148 Berdasarkan pengujian statistik diperoleh (Sig.) uji Mann-Whitney sebesar 0,148 0,05 artinya H 0 diterima. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen atau dengan kata lain kemampuan awal kedua kelompok adalah sama.

54 b. Analisis Data Postest Penulis menggunakan program komputer software SPSS v20-32 bit for windows untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data postest. Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Skor Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Postest Std. Kelompok Mean SMI Minimum Maksimum Deviasi Kontrol 29,60 100 9,52 2,00 48,00 Eksperimen 35,90 100 9,58 20,00 55,00 Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa standar deviasi kelompok kontrol adalah 9,52, rata-ratanya 29,60, dengan skor minimumnya 2,00 dan maksimum 48,00 sedangkan untuk kelompok eksperimen standar deviasi mencapai 9,58, rata-ratanya 35,90, dengan skor minimumnya 20,00 dan maksimumnya 55,00. Selanjutnya akan diuji normalitas dari kedua kelas penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Untuk menguji normalitas data postes, digunakan uji statistik Shapirowilk. Dikarenakan data yang digunakan lebih dari 30 buah maka untuk uji normalitas menggunakan uji Sahpiro-wilk. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor postes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah: H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

55 Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah Jika probabilitas (Sig.) 0,05 maka H 0 diterima. Hasil pengujian statistik dapat dilihat dari tabel 4.5 Tabel 4.5 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Normality Shapiro-wilk Statistic Df Sig. Nilai_kontrol Nilai_eksperimen 0,976 0,912 42 42 0,523 0,040 Kriteria Pengujian: Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji Shapirowilk untuk kelompok kontrol adalah 0,523 dan untuk kelompok eksperimen 0,040. Berdasarakan kriteria pengujian maka H 0 diterima untuk kelompok kontrol dan H 0 ditolak untuk kelompok eksperimen. Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data postes kelompok kontrol berdistribusi normal dan data postes kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

56 2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua ratarata dirumuskan sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh metode Personalized System of Instruction (PSI) dengan siswa yang memperoleh model konvensional H 1 : Kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model konvensional Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H 0 : µ E = µ K H 1 : µ E > µ K Keterangan : µ E : rata-rata skor postest kelas eksperimen µ K : rata-rata skor postest kelas kontrol Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya Jika probabilitas (Sig.) 0,05 maka H 0 diterima. Hasil pengujian statistik dapat dilihat dalam Tabel 4.6

57 Tabel 4.6 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney Mann-Whitney U Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test) Nilai 1.189,500 2.092,500 0,006 Dengan menggunakan hasil Tabel 4.6 diperoleh (Sig.) uji Mann- Whitney sebesar 0,006 < 0,05 artinya H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori.. c. Analisis Nilai Indeks Gain Kemampuan komunikasi matematis antara siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah pembelajaran sudah diketahui pada analisis postes dengan kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok eksperimen berbeda dengan siswa pada kelompok kontrol. Oleh karena itu analisis gain hanya dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) dan metode ekspositori. Sebelum dianalisis, data gain diubah ke dalam bentuk indeks gain berdasarkan rumus yang telah diketahui. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok eksperimen

58 dan kelompok kontrol cukup dilihat nilai rata-rata indeks gain pada kedua kelompok tersebut. Dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows, diperoleh: Tabel 4.7 Nilai Rata-rata Indeks Gain Mean N Kriteria Kontrol 0,15 42 Rendah Eksperimen 0,20 42 Rendah Pada Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata indeks gain untuk kelompok kontrol adalah 0,15 dimana berdasarkan Tabel 3.9 termasuk dalam kriteria rendah sedangkan nilai rata-rata indeks gain untuk kelompok eksperimen adalah 0,20 yang berdasarkan Tabel 3.9 termasuk dalam kriteria rendah. Dari hasil Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata indeks gain kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai ratarata indeks gain kelompok kontrol. 1. Uji Normalitas Nilai Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai indeks gain yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis: Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah: H 0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

59 Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah Jika probabilitas (Sig.) 0,05 maka H 0 diterima. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat dari Tabel 4.8 Tabel 4.8 Uji Normalitas Gain Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Normality Nilai_kontrol Nilai_eksperimen Shapiro-wilk Statistic Df Sig. 0,949 42 0,042 0,955 42 0,096 Kriteria Pengujian: Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji Shapirowilk untuk kelompok kontrol adalah 0,042 dan untuk kelompok eksperimen 0,096. Berdasarakan kriteria pengujian maka H 0 ditolak untuk kelompok kontrol dan H 0 diterima untuk kelompok eksperimen. Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data indeks gain kelompok kontrol berdistribusi tidak normal dan data indeks gain kelompok eksperimen berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

60 2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua ratarata dirumuskan sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh metode Personalized System of Instruction (PSI) dengan siswa yang memperoleh metode ekspositori H 1 : Peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H 0 : µ E = µ K H 1 : µ E > µ K Keterangan : µ E : rata-rata skor gain kelas eksperimen µ K : rata-rata skor gain kelas kontrol Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya Jika probabilitas (Sig.) 0,05 maka H 0 diterima. Hasil pengujian statistik dapat dilihat dalam Tabel 4.9

61 Tabel 4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney Mann-Whitney U Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test) Nilai 1.112,500 2.015,500 0,039 Dengan menggunakan hasil Tabel 4.9 diperoleh (Sig.) uji Mann- Whitney sebesar 0,039 < 0,05 artinya H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori. b. Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan informasi dari pihak sekolah bahwa nilai kkm matematika untuk SMP Negeri 8 Bandung adalah 65,00. Dengan memperhatikan Tabel 4.4 yang menunjukkan nilai maksimum untuk kelas kontrol sebesar 48.00 dan 55,00 untuk kelas eksperimen maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada seorang pun yang belajarnya tuntas. 2) Hasil Analisis terhadap Angket Respon Siswa Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI). Angket respon siswa ini diberikan kepada siswa di kelas eksperimen pada pertemuan terakhir dan diisi oleh 40 orang. Untuk memudahkan pembahasan, analisis angket ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu sebagai berikut:

62 a. Respon Siswa terhadap Matematika Respon siswa terhadap matematika yang diukur adalah minat siswa terhadap matematika dan kesungguhan dalam belajar matematika. Pernyataan yang menunjukkan minat siswa terhadap matematika dapat dilihat dalam Tabel 4.10 Tabel 4.10 Indikator Angket melalui Minat Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya No Aspek yang diukur Respon No Pernyataan 1 Minat siswa terhadap matematika dan kesungguhan dalam belajar matematika Positif 1 dan 4 Negatif 11 dan 12 Adapun hasil angket dari respon siswa disajikan pada Tabel 4.11 dibawah ini. No Tabel 4.11 Hasil Angket melalui Minat Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya Pernyataan 1 Matematika sangat menarik dan saya senang mempelajarinya 4 Matematika membantu seseorang dalam berpikir dan pengembangan diri 11 Pelajaran Matematika sangat menjemukan 12 Saya tak pernah menyukai matematika karena matematika hanya mempersulit saya SS S TS STS F P F P F P F P 6 15 23 57,5 11 27,5 0 0 8 20 25 62,5 7 17,5 0 0 2 5 11 27,5 23 57,5 4 10 1 2,5 7 17,5 23 57,5 9 22,5

63 Berdasarkan hasil pengolahan angket respon siswa pada Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa untuk penyataan 1 yang mengungkapkan ketertarikan dan senang terhadap matematika, sebanyak 29 siswa (72,5 %) setuju dan sisanya (27,5 %), pernyataan 4 yang mengungkapkan matematika membantu seorang untuk berpikir sebanyak 33 orang (82,5 %) setuju dan sisanya (17,5 %) tidak setuju. Selanjutnya siswa yang setuju dengan pernyataan 11 yang mengungkapkan bahwa pelajaran matematika menjemukan sebanyak 13 orang (32,5 %) dan sisanya (67,5 %) siswa tidak setuju. Serta pernyataan 12 yang mengungkapkan tidak pernah menyukai pelajaran matematika karena sulit sebanyak 8 orang (20 %) dan sisnya 32 orang (80 %) tidak setuju. Data diatas diperoleh rata-rata skor untuk keempat pernyataan mengenai matematika dan pembelajarannya adalah 4,29 yang menunjukkan bahwa respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya adalah positif. b. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Pesrosnalized System of Instruction (PSI) Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode Personalized System of Intsruction (PSI) diperoleh melalui 10 pernyataan. Pernyataan ini terdiri dari dua kelompok pernyataan yaitu lima pernyataan positif, yakni nomor 3, 5, 7, 14, 16 dan lima pernyataan negatif yakni nomor 2, 6, 8, 13, 15.

64 Tabel 4.12 Indikator Angket Siswa terhadap Pembelajaran melalui Metode Personalized Systme of Instruction (PSI) No Aspek yang diukur Respon Nomor pernyataan Respon siswa terhadap Positif 3, 5, 7, 14, 16 pembelajaran melalui metode 2 Personalized System of Negatif 2, 6, 8, 13, 15 Instruction (PSI) bawah: Adapun hasil angket dari respon siswa disajikan pada Tabel 4.13 di Tabel 4.13 Hasil Angket Siswa terhadap Pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) No Pernyataan SS S TS STS F P F P F P F P Tidak terdapat perbedaan positif dalam cara saya belajar dan berinteraksi dengan 2 sumber belajar sejak 2 5 7 17,5 24 60 7 17,5 saya mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode PSI 3 Saya merasa senang dapat membantu/dibantu teman sekelas dalam rangkaian kegiatan pembelajaran 7 17,5 23 57,5 6 15 4 10 matematika dengan metode PSI Panduan pembelajaran perlu digunakan dalam 5 pembelajaran 6 15 22 55 7 17,5 5 12,5 matematika untuk materi-materi selanjutnya 6 Pertanyaan arahan 4 10 11 27,5 21 52,5 4 10

65 7 8 13 14 15 16 pada panduan pembelajaran tidak membantu saya dalam memahami komunikasi matematis yang dipelajari Kegiatan proctoring perlu diadakan juga untuk mata pelajaran lain Setelah mengikuti kegiatan proctoring saya tetap tidak memahami konsep Saya lebih senang membaca buku pelajaran matematika daripada harus membaca panduan pembelajaran Panduan pembelajaran sangat membantu saya untuk mempersiapkan diri sebelum belajar di kelas Saya enggan mengikuti proctoring dan lebih memilih untuk belajar mandiri Kegiatan proctoring dapat memotivasi saya untuk bertanya banyak hal yang tidak saya pahami 9 22,5 27 67,5 4 10 0 0 3 7,5 7 17,5 24 60 6 15 4 10 6 15 23 57,5 7 17,5 8 20 23 57,5 7 17,5 2 5 1 2,5 3 7,5 27 67,5 9 22,5 9 22,5 24 60 6 15 1 2,5 Berdasarkan hasil pengolahan data angket, diperoleh dari kelompok pernyataan bersifat positif, respon terhadap pernyataan nomor 3 bahwa siswa merasa senang dapat membantu/dibantu siswa sekelas dalam pembelajaran PSI, sebanyak 30 orang (75 %) setuju dan sisanya sebanyak 10 orang (25 %)

66 menyatakan tidak setuju. Respon siswa terhadap pernyataan nomor 5 yang menyatakan bahwa panduan pembelajaran perlu digunakan untuk materimateri selanjutnya, sebanyak 28 org (70 %) menyatakan setuju dan sisanya 12 orang (30 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 7 yang menyatakan bahwa kegiatan proctoring perlu diadakan untuk mata pelajaran lain sebanyak 36 orang (90 %) setuju dan sisanya 4 orang (10 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 14 yang mengungkapkan bahwa panduan pembelajaran sangat membantu persiapan belajar di kelas sebanyak 31 orang (77,5 %) menyatakan setuju dan sisanya 9 orang (22,5 %) menyatakan tidak setuju, selanjutnya untuk pernyataan no 16 yang mengungkapkan kegiatan proctoring dapat memotivasi untuk bertanya banyak hal sebanyak 33 orang (82,5 %) menyatakan setuju dan sisanya 7 orang (17,5 %) menyatakan tidak setuju. Berdasarkan hasil angket untuk kelompok pernyataan bersifat negatif, respon terhadap pernyataan nomor 2 yang mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan positif dalam cara belajar setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode PSI, sebanyak 9 orang (22,5 %) menyatakan setuju dan 31 orang (77,5 %) menyatakn tidak setuju. Respon siswa terhadap pernyataan nomor 6 yang menyatakan bahwa pertanyaan arahan pada panduan pembelajaran tidak membantu dalam memahami komunikasi matematis, sebanyak 15 orang (37,5 %) menyatakan setuju dan 35 orang (87,5 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 8 yang mengungkapkan bahwa setelah mengikuti kegiatan proctoring tetap tidak memahami konsep yang diajarkan, sebanyak 10 orang (25 %) menyatakan setuju dan 30 orang (75 %) menyatakan tidak setuju.

67 Pernyataan nomor 13 yang mengungkapkan bahwa lebih senang membaca buku pelajaran daripada panduan pembelajaran, sebanyak 10 orang (25 %) menyatakan setuju dan 30 orang (75 %) menyatakan tidak setuju. Selanjutnya untuk pernyataan nomor 15 yang mengungkapkan bahwa enggan mengikuti proctoring, sebanyak 4 orang (10 %) menyatakan setuju dan 36 orang (90 %) menyatakan tidak setuju. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok pernyataan bersifat positif dan negatif, yaitu respon siswa terhadap pembelajaran melalui metode PSI dalam pembelajaran matematika setelah dirata-ratakan hasilnya adalah 3,72. Hasil ini menunjukkan respon siswa terhadap pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instructuon (PSI) tergolong tinggi atau cenderung positif. c. Respon Siswa terhadap Komunikasi Matematis Respon siswa yang diukur adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Pernyataan yang menunjukkan respon siswa terhadap komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini: Tabel 4.14 Indikator Respon Siswa terhadap Komunikasi Matematis No Aspek yang diukur Respon Nomor Pernyataan 3 Sikap siswa terhadap komunikasi matematis Positif 9 Negatif 10

68 di bawah: Adapun hasil angket dari hasil respon siswa disajikan pada Tabel 4.15 No 9 10 Tabel 4.15 Hasil Angket Siswa terhadap Komunikasi Matematis Pernyataan SS S TS STS F P F P F P F P Pembelajaran yang baru diikuti menimbulkan keberanian dalam 4 10 21 52,5 11 27,5 4 10 mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan. Dalam kelompok saya lebih senang berdiskusi hal lain 0 0 4 10 27 67,5 9 22,5 daripada berdiskusi tentang matematika Berdasarkan hasil pengolahan angket diperoleh data bahwa respon siswa terhadap pernyataan nomor 9 bahwa pembeajaran yang diikuti menimbulkan keberanian dalam mengemukakan pendapat, sebanyak 25 orang (62,5 %) menyatakan setuju dan 15 orang (37,5 %) menyatakan tidak setuju. Sikap siswa terhadap pernyataan nomor 10 bahwa dalam kelompok lebih senang berdiskusi yang lain daripada berdiskusi matematika, sebanyak 14 orang (35%) setuju dan 26 orang (65 %) menyatakan tidak setuju. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap komunikasi matematis apabila dirata-ratakan adalah 3,64. Hal ini menunjukkan respon siswa terhadap komunikasi matematis tergolong tinggi atau cenderung positif.

69 3) Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran melaui Metode Personalized System of Instruction (PSI) Secara umum pelaksanaan pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) berjalan dengan baik. Tahapantahapan yang dilalui yaitu tahapan pendahuluan, aktivitas inti, dan penutup. Observasi dilakukan oleh seorang observer pada setiap kali proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil observasi dicatat dalam pedoman observasi siswa seperti terlihat dalam Lampiran D. Berikut ini diuraikan beberapa hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI), yaitu: Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diarahkan untuk membuat kelompok sebagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya dengan anggota kelompok berkisar 5-6 orang. Aktivitas siswa pada saat pembentukan kelompok dari hasil observasi menunjukkan sudah baik dan terkondisikan dengan baik. Setelah seluruh siswa membentuk kelompok kemudian guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok untuk dikerjakan dan didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya untuk nantinya dipresentasikan diakhir pembelajaran. Pada saat diskusi, tutor berperan penting untuk membimbing anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok diberi keleluasaan dalam menyampaikan pendapat dan mengeluarkan ide atau gagasannya selama diskusi.

70 Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa siswa yang memerlukan bantuan mendapatkan penjelasan dengan baik dari tutornya ketika siswa tersebut bertanya. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, kemudian guru memerintahkan kepada seluruh kelompok untuk siap-siap mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan didiskusikan dengan kelompok lain. Setelah selesai presentasi dan diskusi antar kelompok, kemudian siswa dan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu, sekaligus merefleksi dan mengevaluasi bersama-sama. Setelah itu siswa diberikan test materi yang sudah dipelajari hari itu. 4) Hasil Wawancara Wawancara dilakukan guna untuk menggali lebih dalam lagi permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu wawancara bertujuan untuk menggali lebih jauh lagi mengenai pandangan siswa terhadap pengaruh pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pada saat pelaksanaannya, wawancara dilakukan pada beberapa siswa di kelas eksperimen yang dianggap dapat membantu dalam mengungkapkan sikap maupun apresiasi mereka terhadap pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI). Wawancara dilakukan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah dengan tujuan agar siswa tersebut dianggap mewakili kelas eksperimen. Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

71 1. Setelah siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan metode Personalized System of Instruction (PSI), baik siswa kelompok tinggi, sedang, atau rendah berpendapat bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan menurut mereka pembelajaran seperti ini bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam memamhami matematika dan lebih menyenangkan karena semua siswa dituntut aktif berperan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. 2. Banyak pengalaman yang mereka dapatkan setelah mengikuti pembelajaran, diantaranya pengalaman bertanya pada guru dan teman kelompok lebih bebas, pengalaman ptresentasi di depan kelas, dan lain sebagainya. 3. Sebagian siswa mengatakan pembelajaran melalui Personalized System of Instruction (PSI) yang lebih mereka sukai tetapi ada pula sebagian yang mengatakan lebih suka pembelajaran seperti biasa (konvensional). B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil pengujian data skor rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kedua kelas yang telah diuraikan pada bab IV bagian A.1 menggambarkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak berbeda secara signifikan. Hal ini berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji non parametrik Mann-Whitney, skor rata-rata pretes pada taraf signifikansi 5% yang menunjukkan bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak. Karena kedua kelas (kelas

72 eksperimen dan kelas kontrol) kemampuan awalnya sama, kemudian dilakukan proses penelitian yaitu dengan memulai proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan Metode Personalized System of Instruction (PSI) sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode ekspositori, tetapi kedua kelas diberi materi yang sama yaitu Faktorisasi Suku Aljabar. Setelah seluruh proses pembelajaran selesai, terlihat bahwa penerapan pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) peningkatannya lebih baik terhadap kemampuan komunikasi matematis siwa daripada penerapan metode ekspositori. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor rata-rata postes yang cukup signifikan. Pegujian hipotesisnya dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney, skor rata-rata postets yang menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hasil pengujian hipotesis pada skor postes menunjukkan bahwa data skor rata-rata postes yang dicapai siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Penjabaran diatas menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori. Selain itu juga jika dilihat dari hasil nilai rata-rata indeks gain kelas eksperimen yaitu 0,20 dan rata-rata nilai indeks gain kelas kontrol yaitu 0,15, dapat disimpulkan juga bahwa kemampuan komunikasi matematis di kelas

73 eksperimen lebih meningkat yaitu 20% daripada di kelas kontrol yang hanya mencapai 15% sehingga pembelajaran dengan menggunakan Metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP daripada pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori. 2. Ketuntasan Belajar Seperti dijelaskan pada bagian analisis ketuntasan belajar yang menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun siswa yang tuntas belajarnya, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yang kurang mendukung selama pembelajaran berlangsung. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya sebagai berikut: - Alokasi waktu yang tersedia sangat minim. Penelitian ini berlangsung pada saat bulan puasa sehingga ada pengurangan waktu pembelajaran. Pada hari-hari biasa pembelajaran berlangsung selama 40 menit per satu jam pelajaran sedangkan pada bulan puasa waktu pembelajaran hanya berlangsung 30 menit per satu jam pelajaran. Sehingga waktu yang diperoleh siswa untuk memahami konsep matematika relatif lebih sedikit. - Kelas yang digunakan untuk penelitian, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen adalah kelas siang dimana pembelajaran dimulai pada pukul 12.00 15.30. Kegiatan proctoring dilakukan pada saat jam sekolah selesai sehingga para siswa yang terlibat dalam kegiatan proctoring tidak begitu antusias mengingat mereka melihat rekan yang lainnya sudah pulang sekolah tetapi mereka masih harus melakukan kegiatan proctoring. Dengan demikian kegiatan proctoring kurang berjalan secara kondusif.

74 3. Respon Siswa pada Pembelajaran dengan Metode Personalized System of Instruction (PSI) Secara umum siswa kelas eksperimen yang menjadi subjek dalam penelitian ini mempunyai sikap positif terhadap matematika dan pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari minat dan kesungguhan siswa terhadap matematika dan pembelajarannya sehingga selama melakukan pembelajaran berjalan dengan lancar, hal ini dapat dilihat dari skor angket siswa dengan rata-rata 4,29. Untuk respon siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis juga sama menunjukkan kecenderungan yang positif, hal ini bisa dilihat dari rata-rata skor angket siswa pada kemampuan komunikasi matematis yang melebihi skor netral yaitu 3,64 hal ini menunjukkan bahwa siswa senang kepada komunikasi matematis. Begitu juga dengan sikap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI), secara umum siswa bersikap positif jika dilihat dari rata-rata skor angket siswa terhadap pembelajaran ini yaitu 3,72 yang berarti bahwa respon siswa terhadap pembelajaran ini cenderung positif, dalam hal ini siswa merasa senang dan suka belajar dengan menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI). Melihat data dari hasil angket siswa maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagian besar siswa yang diwawancara baik dari kelompok tinggi, sedang, maupun rendah merespon positif terhadap penerapan pembelajaran dengan metode Perosnalized System of Instruction (PSI). Mereka beralasan bahwa belajar dengan metode ini

75 membuat mereka semangat belajar, tidak canggung atau malu bertanya baik kepada guru maupun teman sekelompoknya. 4. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa diketahui bahwa secara keseluruhan pelaksanaan metode pembalajaran Personalized System of Instruction (PSI) dapat berjalan cukup baik. Seluruh tahapan kegiatan belajar siswa dapat berlangsung secara sistematis dalam setiap pertemuannya. Meskipun pada pertemuan pertama siswa masih susah untuk dikondisikan dan siswa terlihat bingung karena peneliti tidak langsung menjelaskan materi tetapi siswa sendiri yang mengkonstruksi konsep matematika sehingga mereka merasa kesulitan dan aneh. Namun dengan bimbingan yang sistematis yang diberikan oleh guru, akhirnya lama kelamaan siswa menjadi terbiasa dengan metode pembelajaran yang dilakukan. Adapun kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran ini yaitu alokasi waktu yang tersedia sangat minimal, sehingga harus benar-benar diefektifkan dalam setiap pertemuannya. Selain itu, pelaksanaan kegiatan proctoring kurang berjalan sebagaimana mestinya. pembelajaran ini masih asing untuk siswa sehingga perlu waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dan perlu dipahamkan terlebih dahulu dengan bimbingan guru secara perlahan mengenai tekhnis pembelajarannya sebelum penelitian dimulai bahkan dalam setiap pertemuannya.