Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar



dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) Bagian 3: Produksi benih

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) - Bagian 2: Produksi induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 2: Produksi induk kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 4: Produksi benih

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 3: Benih kelas benih sebar

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

Benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

III. BAHAN DAN METODE

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

Produksi induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

BAB 3 METODE PENELITIAN. Usman beralamat di GG. Nusantara 1-3 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

Pupuk amonium klorida

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

BAB III BAHAN DAN METODE

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

SNI. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

MODUL: PENETASAN Artemia

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Semen beku Bagian 1: Sapi

BAB III BAHAN DAN METODE

Pupuk SP-36 SNI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 41/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

Pupuk dolomit SNI

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia SNI 7311:2009 Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional

SNI 7311:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Persyaratan produksi... 2 5 Cara pengukuran... 6 Tabel 1 - Ukuran serta bentuk wadah produksi nauplius dan benur... 3 Tabel 2 - Ukuran partikel pakan buatan sesuai dengan stadia benih... 4 Tabel 3 - Proses produksi fitoplankton... 4 Tabel 4 - Proses produksi nauplius dan benur... 5 Tabel 5 - Penggunaan jenis dan dosis pakan pada setiap stadia dalam produksi benur... 5 Tabel 6 - Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia dan obat-obatan pada produksi benur.. 5 i

SNI 7311:2009 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar dirumuskan oleh anggota Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan untuk dapat dipergunakan oleh pembenih, pembudidaya, pelaku usaha dan instansi yang memerlukan serta digunakan untuk pembinaan mutu dalam rangka sertifikasi. SNI ini dirumuskan sebagai upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance), mengingat produksi benih udang vaname sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu. Standar ini disusun dan telah dibahas melalui konsensus pada tanggal 19-21 Agustus 2004 di Bogor, yang dihadiri oleh unsur pemerintah, produsen, konsumen, pembudidaya, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan instansi terkait lainnya serta telah memperhatikan: Keputusan Menteri Pertanian No. 26/Kpts/OT.210/1/98 tentang Pedoman Pengembangan Perbenihan Perikanan Nasional. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 21 Juni 2008 sampai dengan 12 Agustus 2008, namun untuk mencapai kuorum diperpanjang sampai dengan tanggal 12 September 2008 dan langsung disetujui menjadi RASNI. ii

1 Ruang lingkup Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar SNI 7311:2009 Standar ini menetapkan metode produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar. 2 Acuan normatif SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman. SNI 01-7252-2006, Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar. SNI 01-7253-2006, Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok. A Manual of Chemical and Biological Methods for Sea Water Analysis,1985. 3 Istilah dan definisi 3.1 benih sebar benih keturunan pertama dari induk penjenis, induk dasar atau induk pokok 3.2 benur benih udang yang berumur 10 hari -15 hari dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan budidaya 3.3 derajat penetasan persentase telur yang menetas dan hidup 3.4 induk dasar induk keturunan pertama dari induk penjenis 3.5 induk penjenis induk yang dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara pemulia perikanan 3.6 induk pokok induk keturunan pertama dari induk dasar atau induk penjenis 3.7 mysis (M) stadia lanjutan setelah zoea yang terdiri atas tiga sub stadia (M 1-3 ) 3.8 nauplius (N) stadia awal setelah telur menetas yang terdiri atas enam sub stadia (N 1-6 ) 1 dari 7

SNI 7311:2009 3.9 pembuahan proses pembentukan gamet yang terjadi setelah pertemuan antara sel telur dan sperma 3.10 pemijahan rangkaian kegiatan pengeluaran telur oleh induk betina yang diikuti dengan pembuahan oleh sperma dari spermatofor yang ada di telikum induk betina 3.11 post larva (PL) stadia lanjutan setelah mysis yang perkembangannya sesuai dengan pertambahan umur (hari) dan morfologinya seperti udang dewasa 3.12 sintasan persentase jumlah benur yang hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah benur yang ditebar 3.13 udang vaname jenis udang yang secara taksonomi termasuk spesies Litopenaeus vannamei merupakan udang introduksi yang berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah 3.14 zoea (Z) stadia lanjutan setelah nauplius yang terdiri atas tiga sub stadia (Z 1-3 ) 4 Persyaratan produksi 4.1 Praproduksi 4.1.1 Wadah a) Penyediaan air bersih: - bak penyaring air dengan komponen penyaring berupa koral, pasir, arang, ijuk, dengan menggunakan waring sebagai pemisah komponen; - bak tandon air terbuat dari beton dengan volume minimal 30 % dari kapasitas total bak pemeliharaan. b) Ukuran serta bentuk wadah produksi nauplius dan benur seperti pada Tabel 1. 2 dari 7

No. 1. 2. Tabel 1 - Ukuran serta bentuk wadah produksi nauplius dan benur Jenis wadah Wadah nauplius: - bak penampungan, pematangan dan perkawinan induk 2* Luas dasar (m 2 ), min Volume (m 3 ), min Tinggi (m) Kedalaman air (m) 1*, min 20 - Min 1 0,6 - bak pemijahan 2-0,8 1 0,6 - bak penetasan telur Wadah produksi benur - bak pemeliharaan larva - bak kultur fitoplankton - penetasan kista Artemia - penampungan benur saat panen (kepadatan), maks - 0,3 0,8 1 0,6 - - - - - 3* 10 1,5 1,2-20 % 40 % dari bak larva 1 - SNI 7311:2009 Bentuk Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Bulat, oval atau empat persegi panjang bersudut tumpul Persegi empat - 0,02 - - - - 500 ekor/l CATATAN 1* Jarak antara permukaan air dan bibir bak minimal 0,3 m. CATATAN 2* Warna dasar bak cerah dan warna dinding bak gelap. CATATAN 3* Kemiringan dasar bak 2 % 5 % ke arah pembuangan. 4.1.2 Peralatan produksi nauplius dan benur - - - Bahan Semen, fiber plastik Semen, fiber plastik Semen, fiber plastik Semen, fiber plastik Semen, fiber plastik Semen, fiber plastik Fiber glass, plastik Fiber glass, plastik a) Tenaga listrik dan atau generator. 3 dari 7

SNI 7311:2009 b) Aerasi blower/hi blow, selang aerasi, batu aerasi dengan jarak antar titik aerasi 0,4 m sampai dengan 0,6 m dan jarak batu aerasi dari dasar bak 0,05 m sampai dengan 0,1 m. c) Peralatan lapangan: seser, saringan pembuangan air, kantong saringan air, gelas piala, sepatu lapangan, senter, gayung, ember, timbangan, selang, saringan pakan, alat sipon dan peralatan panen. d) Peralatan laboratorium: pengukur kualitas air (termometer, refraktometer, ph meter atau kertas ph) dan mikroskop. e) Pompa air atau sarana penyedia air: pompa air laut dengan kapasitas pompa yang dapat memompa air laut dengan volume minimal 30 % per hari dari total volume air yang dibutuhkan dalam bak pemeliharaan benur, dan pompa air tawar dengan kapasitas minimal 5 % dari total volume air bak atau sarana penyedia air yang kemampuannya setara dengan kapasitas di atas. 4.1.3 Pakan a) Produksi nauplius: pakan induk: cumi-cumi, kekerangan, cacing laut, dengan dosis antara 20 % sampai dengan 30 % biomas/hari dengan frekuensi 4 kali/hari sampai dengan 6 kali /hari. b) Produksi benur: - pakan alami: phytoplankton dan zooplankton; - pakan buatan dalam bentuk bubuk, cair dan flake (lempeng tipis) dengan ukuran partikel sesuai dengan stadianya (Tabel 2), kandungan protein minimum 40 %, lemak maksimum 10 %. Tabel 2 - Ukuran partikel pakan buatan sesuai dengan stadia benih No Stadia Satuan Ukuran 1. Zoea µm 50-100 2. Mysis µm 100-200 3. Post larva (PL 1-10 ) µm 200-300 4.1.4 Sanitasi fasilitas dan lingkungan a) Areal pengolahan air, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva/pl dan pemeliharaan plankton supaya bebas dari bakteri dan virus. b) Mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dan virus dari tempat lain ke lingkungan produksi. 4.2 Proses produksi 4.2.1 Penyediaan air laut Sterilisasi air laut menggunakan klorin 100 % (5 g/l sampai dengan10 g/l) atau kaporit 60 % (15 g/l sampai dengan 20 g/l) dan dinetralkan dengan aerasi kuat atau natrium tiosulfat maksimum 40 g/l. 4.2.2 Kualitas air Proses produksi fitoplankton, nauplius dan benur seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 - Proses produksi fitoplankton No Kriteria Satuan Ukuran Waktu pengukuran 4 dari 7

SNI 7311:2009 1. Salinitas 25-30 setiap hari 2. ph - 7,5-8,5 setiap hari Tabel 4 - Proses produksi nauplius dan benur No Kriteria Satuan Ukuran Waktu pengukuran 1. Suhu air o C 29 32 2 kali sehari Salinitas 2. benur 29 34 setiap hari nauplius 31 34 3. ph - 7,5 8,5 setiap hari 4. Oksigen terlarut, min. g/l 5 Maksimum 3 hari sekali (secara periodik) 5. Nitrit, maks. g/l 0,1 setiap hari 6. Bakteri patogen (Vibrio sp.), maks. cfu/ml 10 3 Maksimum 3 hari sekali (secara periodik) 4.2.3 Padat penebaran a) Padat tebar induk dalam bak perkawinan maksimum 8 ekor induk/m 2 dengan perbandingan minimal jantan : betina = 1 : 1 dalam bak pemijahan maksimum 4 ekor/m 2. b) Padat tebar nauplius : maksimum 100 ekor per liter. 4.2.4 Penggunaan pakan Jenis, dosis dan frekuensi seperti tercantum pada Tabel 5. Tabel 5 - Penggunaan jenis dan dosis pakan pada setiap stadia dalam produksi benur No Jenis Pakan Satuan 1. 2. 3. Skeletonema/ Chaetoceros - kepadatan di bak (x1000), maks. Artemia - dosis - frekuensi Pakan buatan - dosis - frekuensi Stadia Z 1 -Z 2 Z 3 -M 2 M 3 -PL 1 PL 2 -PL 5 sel/ml 50-100 100-200 50 50 individu/larva/hari hari mg/l/hari hari 2,5-3 6 4.2.5 Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan Jenis dan dosis seperti tercantum pada Tabel 6. 3-4 6-8 10-20 3-6 4-6 6-8 20-60 3-6 6-8 6-8 Tabel 6 - Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia dan obat-obatan pada produksi benur PL 6 - PL 10 60-80 3-6 min. 8 6-8 5 dari 7

SNI 7311:2009 No Jenis Satuan Dosis Keterangan 1. EDTA mg/l 5-10 Pada tahap persiapan 2. Formalin ml/l 15-20 Untuk treatment 3. Iodine ml/l 0,01 Untuk mencuci telur/nauplius 4. Trifuralin/Treflan ml/l 0,05-0,10 Fungisida, herbisida 5. Kalium Permanganat mg/l 1-2 Sanitasi 6. Klorin ml/l 100 Sanitasi 7. Natrium Hidroksida - 25 % dari total kista Artemia yang didekapsulasi 8. Natrium Tiosulfat - Maksimum 50 % dari dosis klorin/kaporit 4.2.6 Ukuran tebar a) ukuran induk sesuai SNI 01-7253-2006; b) ukuran nauplius sesuai SNI 01-7252-2006. 4.2.7 Masa pemeliharaan a) masa penetasan telur setelah pemijahan 16 jam sampai dengan 18 jam; b) masa pemeliharaan benur dari nauplius 20 hari sampai dengan 25 hari. 4.2.8 Sanitasi fasilitas dan lingkungan a) pengeringan minimal dilakukan selama dua minggu; b) klorinasi 50 mg/l sampai dengan 100 mg/l. 4.3 Pemanenan 4.3.1 Produksi a) nauplius minimal 100.000 per ekor induk per pemijahan; b) sintasan benur rata-rata minimum 30 % per siklus. 4.3.2 Ukuran benih a) ukuran nauplius: minimal 0,5 mm; b) ukuran benur: minimal 8,5 mm. 4.3.3 Mutu benih Nauplius dan benur udang vaname sesuai SNI 01-7252-2006. 5 Cara pengukuran 5.1 Suhu Dilakukan dengan menggunakan termometer. 5.2 Salinitas Dilakukan dengan menggunakan salinometer atau refraktometer. 6 dari 7

5.3 Oksigen terlarut Dilakukan dengan menggunakan DO meter atau dengan metode titrasi Winkler. 5.4 ph air Dilakukan dengan menggunakan ph meter, kertas ph, atau dengan test kit ph. 5.5 Ketinggian air SNI 7311:2009 Dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air menggunakan penggaris. 5.6 Penghitungan penggunaan bahan 5.6.1 Kebutuhan pakan buatan Dilakukan dengan cara mengkalkulasi volume air media dengan dosis yang telah ditentukan dan memperhatikan kepadatan benih dan nafsu makan. 5.6.2 Mengestimasi jumlah benih yang akan ditebar Dilakukan dengan metode sampling dengan cara menghitung jumlah nauplius yang terdapat dalam volume tertentu kemudian dikalkulasikan dengan volume total air media. Prosedur ini diulangi tiga kali dan hasilnya dirata-ratakan. 5.6.3 Sintasan benih Dilakukan dengan membandingkan antara total benih hasil panen dengan jumlah benih yang ditebar. 5.6.4 Masa pemeliharaan Dilakukan dengan mengkalkulasi waktu mulai benih ditebar sampai saat panen, dan dinyatakan dalam jam untuk nauplius, dinyatakan dalam hari untuk benur. 5.6.5 Pengukuran jumlah padat tebar Dilakukan dengan mengalikan jumlah nauplius yang ditebar per satuan volume dengan volume wadah pemeliharaan. 5.6.6 Pengujian protein dan lemak Sesuai SNI 01-2891-1992, Pasal 7.1 dan 8.1. 5.6.7 Pengukuran nitrit Pengukuran nitrit dilakukan dengan A Manual of Chemical and Biological Methods for Sea Water Analysis, 1985.. 7 dari 7

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.or.id