BAB I PENDAHULUAN. yang mahal di pasar internasional US$ 640/m 3 untuk kayu papan jati Jawa tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting berdampingan dengan sektor lainnya. Walaupun sektor

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

BAB V HAS IL & PEMBAHAS AN DES AIN

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB I PENDAHULUAN. (90%) hidup diperairan laut dan sisanya 300 spesies (10%) hidup di perairan air

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis.

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas. Benyamin Lakitan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, warna serta ciri lainnya yang tampak dari luar. Seiring dengan

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tropis. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki posisi geografi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan.

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T.

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

MIKORIZA & POHON JATI

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KEADAAN UMUM LOKASI

ERNI WAHYU FITHRIANA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri. Hingga saat ini, jati masih menjadi komoditas mewah dikarenakan kualitasnya yang tinggi, walaupun harga belinya mahal. Harga jual yang mahal di pasar internasional US$ 640/m 3 untuk kayu papan jati Jawa tahun 1989, menyebabkan kayu jati lebih diutamakan sebagai kayu mewah (Palupi, 2006 dalam Al-Khairi, 2008). Pohon jati cocok tumbuh di daerah musim kering yang panjang, yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26 C (Irwanto, 2006). Jati merupakan salah satu jenis pohon besar yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau. Pada kondisi lingkungan yang baik, pohon jati dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m (Al-Khairi, 2008). Indonesia terletak di daerah tropik karena itu hutannya bertipe hutan tropik. Namun hutan tropik tidaklah homogen, melainkan terdiri dari berbagai jenis yang terbentuknya sangat dipengaruhi oleh faktor iklim dan edafik (Soemarwoto dkk., 1992). Menurut Soegijanto (1999), ciri umum dari iklim di Indonesia yang tropis lembab adalah temperatur udara yang relatif panas, intensitas radiasi matahari yang tinggi, dan kelembaban udara yang tinggi. 1

2 Kondisi iklim di Indonesia yang merupakan iklim tropis ini sangat cocok dengan iklim pertumbuhan tanaman jati sehingga tanaman jati dapat berkembang baik di Indonesia. Penelitian dan pengembangan tanaman jati sering dilakukan karena kegunaannya, terutama untuk menghasilkan tanaman jati dengan kualitas kayu yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan tentang jenis-jenis jati dan kedekatan hubungan antar jenis atau varietas sangat diperlukan untuk penentuan jati kualitas unggul yang akan dikembangkan dan untuk keperluan yang bermanfaat lainnya (Chasani, 2006). Saat ini jati lokal dan jati dari luar Indonesia sudah mengalami prosesproses adaptasi morfologi dengan kondisi geografi di Indonesia sehingga karakter morfologi yang muncul sebagai bentuk ekspresi genetis sudah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kejadian ini sangat logis karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi ekspresi genetik suatu tumbuhan karena fenotipe merupakan gabungan antara faktor genetik (genotipe) dan faktor lingkungan (Chasani, 2006). Penataan makhluk hidup secara biosistematika akan menghasilkan klasifikasi, yaitu penempatan makhluk hidup dalam kedudukannya masingmasing. Klasifikasi yang baik sangat penting untuk digunakan sebagai pedoman pencarian problem-problem penelitian (Adisoemarto dan Suhardjono, 1997). Menurut sifat-sifat kayunya, di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati: jati lengo atau jati malam, jati sungu, jati werut, jati doreng, jati kembang, jati kapur (Mahfudz dkk., 2004 dalam Chasani, 2006). Berbagai macam nama daerah dari tanaman jati memberi sedikit informasi dan gambaran bahwa tanaman jati

3 memiliki beberapa perbedaan antara satu jenis tanaman jati dengan tanaman yang lain yang dapat diketahui dari karakter morfologi masing-masing, namun dapat pula dikatakan bahwa beberapa macam tanaman jati tersebut masih dalam satu spesies jika terbukti memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Penelitian mengenai tanaman jati sebelumnya yaitu oleh Chasani (2005) dalam Chasani (2006) tentang hubungan kekerabatan 23 provenan jati secara fenetik menunjukkan hasil bahwa pemisahan kelompok antar provenan jati tidak terjadi karena tetap mengelompok pada cluster yang sama dengan jenis-jenis Tectona grandis Linn. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakter morfologi dapat digunakan sebagai parameter dalam mengetahui pengelompokan dan hubungan kekerabatan antar jenis atau varietas tanaman. Penelitian oleh Chasani (2006) selanjutnya mengenai variasi morfologi dan hubungan fenetik tiga jenis jati di Pulau Jawa yang menunjukkan hasil bahwa terjadi pengelompokan yang tegas, yaitu pengelompokan pertama terjadi antara Tectona abludens, dan Tectona hamiltoniana, baru kemudian mengelompok dengan Tectona grandis. Ketiga jenis jati tersebut mampu terukur sebagai kelompok takson yang berbeda pada kategori jenis berdasarkan karakter morfologi. Sedangkan pada penelitian mengenai keanekaragaman dan hubungan kekerabatan pada 11 provenan jati ini dilakukan karena telah ditemukan banyaknya variasi individu pada tanaman jati melalui perbedaan pada karakter morfologinya. Menurut Mahfudz dkk. (2004) dalam Chasani (2006), berdasarkan kenampakan luarnya, terdapat beberapa perbedaan morfologi bentuk pohon,

4 batang dan sifat kayu. Perbedaan tersebut masih dipelajari apakah karena perbedaan provenan, serangan penyakit atau adanya pola adaptasi yang berbeda antar individu dalam satu populasi. Setelah melaksanakan penelitian di Kebun Bibit Permanen, Kecamatan Kedungpring, Lamongan, terdapat 11 provenan tanaman jati, yaitu T. grandis klon 1, T. grandis klon 2, T. grandis klon 4, T. grandis klon 6, T. grandis klon 9, T. grandis klon 10, T. grandis klon 11, T. grandis klon 12, T. grandis klon 21, T. grandis klon 96, dan T. grandis Thailand. Pada hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 provenan yang merupakan hasil klon pohon-pohon unggul yang berasal dari hutan alam di kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dan 1 klon berasal dari Thailand. Kemudian kesebelas klon tersebut ditanam pada 1 lahan yang sama secara bersamaan. Penelitian mengenai keanekaragaman dan hubungan kekerabatan pada 11 provenan jati ini dapat menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan morfologi pada setiap provenan tanaman jati yang ditanam sehingga juga diketahui keanekaragaman tanaman di tingkat varietas. Data menunjukkan terdapat perbedaan dengan data jenis jati pada umumnya karena pada penelitian sebelumnya banyak membahas keanekaragaman tanaman jati lokal walaupun berbeda jenis seperti Tectona abludens, Tectona hamiltoniana, dan Tectona grandis. Sedangkan penelitian ini selain membahas keanekaragaman jati (Tectona grandis Linn.) di bawah jenis juga menunjukkan perbedaan antara jati lokal dengan jati luar negeri dilihat dari sifat morfologinya. Oleh karena itu, penelitian mengenai keanekaragaman dan hubungan kekerabatan pohon jati diperlukan untuk melihat variasi morfologi dan hubungan

5 kekerabatan jenis-jenis jati. Penelitian dilakukan terhadap variasi-variasi dari spesies tanaman jati yang dianggap sebagai berbagai macam varietas dari tanaman jati yang berada di Kebun Bibit Permanen, Kecamatan Kedungpring, Lamongan. Untuk mempelajari hubungan kekerabatan antara varietas pada spesies Tectona grandis Linn., digunakan pendekatan yang relatif mudah untuk diaplikasikan, yaitu dengan pendekatan morfologi. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diajukan rumusan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apakah ada keanekaragaman varietas dalam spesies Tectona grandis Linn. melalui pendekatan morfologi? 2. Bagaimana hubungan kekerabatan antara varietas dalam spesies Tectona grandis Linn. berdasar pendekatan morfologi? 1.3 Asumsi Penelitian Taksonomi numerik adalah evaluasi secara numerik dari afinitas atau derajat persamaan antara unit taksonomi dan pengaturan unit-unit ini ke dalam taksa berdasarkan afinitas yang dimilikinya (Sokal dan Sneath, 1973). Semakin banyak dua taksa berbagi penampakan yang sama, semakin cenderung keduanya akan ditempatkan pada kelompok yang sama (Saupe, 2005).

6 Sehingga, dari landasan teori tersebut, dapat diasumsikan banyak karakter yang dimiliki bersama, akan semakin mempunyai hubungan fenetik yang lebih dekat. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman varietas dalam spesies Tectona grandis Linn. melalui pendekatan morfologi. 2. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara varietas dalam spesies Tectona grandis Linn. berdasar pendekatan morfologi. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Untuk mendapatkan informasi ilmiah mengenai keanekaragaman varietas pada Tectona grandis Linn. serta hubungan kekerabatan antar varietas ditinjau dari karakter morfologi. 2. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya terutama di bidang taksonomi serta dalam pengembangan ilmu-ilmu biologi dan ilmu terapan yang terkait.