LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 506 TAHUN : 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang : a. bahwa Tempat Pelelangan Ikan merupakan wahana bagi para nelayan untuk menjual hasil tangkapan ikan, maka dibutuhkan adanya jaminan kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan pelelangan ikan ; Mengingat b. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menggali pendapatan asli daerah secara sah guna mendukung kelancaran pembangunan Kabupaten Serang yang berkesinambungan ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b di atas, perlu diatur dalam suatu Peraturan Daerah. : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ; 2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299) ; 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ; 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 5. Undang-undang.. 19
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; 6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Serang, (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 466 Seri D) ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan, (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2000 Nomor 477 Seri B) ; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 500). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Serang. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Serang. 4. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 5. Dinas 20
5. Dinas adalah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. 6. Pasar Grosir dan atau Pertokoan adalah Pasar Grosir berbagai jenis barang termasuk Tempat Pelelangan Ikan, Ternak, Hasil Bumi dan Fasilitas Pasar/Pertokoan yang dikontrakan, disediakan atau diselenggarakan oleh Perusahaan Daerah Pasar dan pihak swasta. 7. Tempat Pelelangan Ikan yang selanjutnya disebut TPI adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan pelelangan ikan. 8. Pelelangan Ikan adalah proses penjualan ikan di hadapan umum dengan cara penawaran bebas dan mengikat. 9. Nelayan adalah setiap orang yang penghidupannya baik sebagian maupun seluruhnya didasarkan atas hasil penangkapan ikan. 10. Ikan adalah semua jenis ikan termasuk hewan sejenis lainnya. 11. Juru Bakul adalah mereka yang membeli ikan di tempat pelelangan. 12. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang dikepalai oleh Seorang Kepala dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. 13. Nelayan Tradisional adalah orang yang kegiatan usahanya menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap sederhana atau tradisional. 14. Ikan yang dilindungi adalah ikan-ikan yang dilindungi dari kepunahan sebagai akibat dari ulah manusia B A B II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan daerah ini adalah : a. Sebagai pedoman dan landasan operasional pengaturan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan ; b. Membina nelayan agar makin meningkat minatnya untuk menjual ikan hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan ; c. Mengendalikan penjualan ikan secara liar di luar Tempat Pelelangan Ikan ; d. Menjamin kelancaran dan ketertiban pelelangan ikan. Pasal 3 Tujuan diadakannya Tempat Pelelangan Ikan adalah : a. Agar produksi hasil penjualan ikan meningkat sehingga mendorong nelayan untuk meningkatkan produktivitasnya ; b. Agar tercipta ketertiban dalam penjualan ikan di Tempat Pelelangan Ikan ; c. Agar terwujud stabilitas harga penjualan ikan dan terbentuk struktur pasar yang mengarah pada persaingan yang sempurna ; d. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan ; e. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. 21 BAB III..
BAB III KEDUDUKAN TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4 (1) Tempat Pelelangan Ikan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas yang melaksanakan tugas di bidang perikanan. (2) Tempat Pelelangan Ikan dipimpin oleh seorang kepala yang ditunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 5 (1) Fungsi Tempat Pelelangan Ikan menyediakan jasa tempat pelelangan dengan segala keperluan perlengkapannya. (2) Sebagai sarana atau tempat berlangsungnya transaksi jual-beli ikan hasil tangkapan nelayan. BAB IV TEMPAT PELELANGAN IKAN Pasal 6 Pemerintah Daerah menyediakan Tempat Pelelangan Ikan dengan keperluan perlengkapannya. Pasal 7 (1) Hasil penangkapan ikan di laut yang tidak dipergunakan untuk laukan bagi kebutuhan sehari-hari nelayan dan keluarganya wajib dijual secara lelang di Tempat Pelelangan Ikan. (2) Pembelian ikan hasil penangkapan di laut dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan. (3) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini dapat diberikan atas ijin Bupati. Pasal 8 (1) Hasil penangkapan ikan di laut yang akan diekspor dan diproses langsung oleh industri perikanan yang berbadan hukum atas pertimbangan teknis agar ikan tidak mengalami kerusakan ditentukan pengaturannya sebagai berikut : a. Yang tidak mempunyai armada penangkapan sendiri dikenakan biaya lelang sebesar 5 % (lima prosen) ; b. Yang mempunyai armada penangkapan sendiri dikenakan biaya lelang sebesar 5 % (lima prosen). (2) Harga ikan yang akan diekspor oleh perusahaan industri perikanan sesuai dengan harga yang berlaku di Tempat Pelelangan Ikan. Pasal 9 (1) Penanggung jawab pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan adalah Kepala Tempat Pelelangan Ikan setempat. 22 (2) Pelaksanaan.
(2) Pelaksanaan pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas. (3) Bilamana di suatu daerah terdapat organisasi ekonomi nelayan yang dinilai mampu dan sehat maka Penyelenggaraan Pelelangan Ikan dapat dilaksanakan oleh organisasi ekonomi nelayan dalam bentuk koperasi. BAB V TATA CARA PELELANGAN Pasal 10 Tata Cara Pelelangan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB VI PUNGUTAN DAN PENGGUNAAN Pasal 11 (1) Pemungutan di Tempat Pelelangan Ikan sebesar 5 % (lima prosen) dari harga lelang yang terdiri dari : a. Sebesar 2 % (dua prosen) dipungut dari Nelayan (ongkos lelang) ; b. Sebesar 3 % (tiga prosen) dipungut dari Bakul (Retribusi). (2) Perincian penggunaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), besarannya ditetapkan melalui Keputusan Bupati. (3) Bilamana di suatu daerah terdapat Organisasi Ekonomi Nelayan yang dinilai mampu dan sehat, maka Organisasi tersebut dimungkinkan memungut sayaran sebesar 3 % (tiga Prosen) dari harga jual lelang. BAB VIII L A R A N G A N Pasal 12 Nelayan dan bakul dilarang melakukan transaksi jual beli ikan di luar Tempat Pelelangan Ikan. BAB IX P E M B I N A A N Pasal 13 Kepala Dinas melaksanakan pembinaan teknis penyelenggaraan lelang dan penggunaan teknologi perikanan di Tempat Pelelangan Ikan. BAB X P E N G A W A S A N Pasal 14 Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan sesuai dengan bidang tugas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XI 23
BAB XI P E N Y I D I K A N Pasal 15 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana ang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau berkenaan dengan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah ; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah ; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah ; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang untuk meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah ; i. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. Menghentikan penyidikan ; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan ; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. B A B XII KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya 4 (empat) kali jumlah besarnya retribusi yang terutang ; (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 16 adalah Pelanggaran. BAB XIII. 24
BAB XIII KETENTUAN LAIN DAN PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 18 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Pasal 8 ayat (3) Poin 5 (lima) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Serang. Disahkan di S e r a n g pada tanggal 24 Maret 2001 BUPATI SERANG, Cap/Ttd B U N Y A M I N Diundangkan di S e r a n g pada tanggal 27 Maret 2001 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERANG, Cap/Ttd AMAN SUKARSO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN 2001 NOMOR 506 25
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN I. PENJELASAN UMUM Dengan diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan, yang mana dalam materi pemungutan retribusi mengatur retribusi pemakian fasilitas tempat pelelangan ikan sehingga untuk pengelolaan tempat pelelangan ikan selama ini aturan pelaksanaan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat, perlu diatur tersendiri dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengantisipasi pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pengaturan pengelolaan tempat pelelangan ikan perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Ayat (1) dan (2) Ayat (1) Yang dimaksud keperluan perlengkapannya adalah : a. Kantor ; b. Lantai lelang ; c. Dermaga pendaratan ; d. Tempat prosesing ikan ; e. Air bersih ; f. Listrik ; g. Tempat parkir ; h. Unit Pengolahan Limbah. 26 Ayat (2)..
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Ayat (2) Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud laukan adalah ikan yang dipergunakan sebagai lauk pauk bagi nelayan dan keluarganya. Yang dimaksud dengan pengecualian, dalam hal kegiatan untuk penelitian atau survey ikan di laut. Ayat (1) dan (2) Ayat (1), (2) Ayat (3) Yang dimaksud Organisasi Ekonomi Nelayan dalam hal penyelenggaraan TPI adalah KUD dan BPR. Ayat (1) dan (2) Ayat (3) Yang dimaksud Sayaran oleh Organisasi Ekonomi Nelayan adalah pungutan yang diperuntukkan untuk biaya Administrasi, Dana Sosial, Dana Paceklik. Ayat (1), (2) dan (3) Pasal 16.. 27
Pasal 16 Ayat (1) dan (2) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 28