BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

PERBEDAAN MUTU PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN SECARA NARATIF DAN CHECKLIST DI RSUD NGUDI WALUYO WLINGI DAN RS WAVA HUSADA KEPANJEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA


BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan yang terus meningkat dari pasien. Berbagai permasalahan bertambah

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Di Era moderen ini perkembangan profesi keperawatan di Indonesia menuju

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah. factor.adapun factor yang apling dominan adalah sumber daya

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB III METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan demokrasi di Indonesia dapat ditandai dengan adanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah pelayanan kesehatan. Apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak baik dan bermutu maka masyarakat akan menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Kondisi keterbukaan tersebut sepertinya belum didukung oleh adanya sistem pendukung dalam kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan dokumentasi yang lengkap di pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan sendiri merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Pelayanan keperawatan sangat mendominasi diantara tenaga kesehatan lain, fakta tersebut terbukti dengan jumlah perawat di rumah sakit mencapai 60-70% dari seluruh sumber daya manusia di rumah sakit (Linggardini, 2010:47). Bentuk pelayanan maupun tindakan yang diberikan kepada pasien harus didokumentasikan pada format yang disediakan rumah sakit berdasarkan kewenangan dan tanggung jawabnya. Ini perlu dikembangkan sebagai bentuk praktik keperawatan profesional, proses dan prosedur, registrasi dan legislasi keperawatan. 1

2 Dokumentasi keperawatan merupakan bagian yang penting dari dokumentasi klinis. Hal ini dikarenakan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis sesuai dengan tanggung jawab perawat (Nursalam, 2002:153). Dalam praktiknya bentuk pendokumentasian asuhan keperawatan masih banyak yang dilakukan secara manual terutama dengan teknik naratif. Teknik naratif sering digunakan karena formatnya yang sederhana, namun perawat diharuskan mencatat seluruh asuhan yang diberikan, sehingga menimbulkan redudansi data dan membutuhkan waktu penulisan yang lama (Suarni, 2013:2). Lamanya waktu untuk mendokumentasikan asuhan secara naratif akan meningkatkan beban kerja perawat yang dapat berdampak pada mutu dokumentasi yang dibuat. Mutu dokumentasi yang tidak memenuhi lima dimensi mutu, tentu akan merugikan klien dan mempengaruhi mutu pelayanan secara keseluruhan di rumah sakit tersebut (Sanjoyo, 2009:7). Dengan adanya perkembangan jaman maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan yang lebih mudah dipahami dan menghemat waktu sehingga dokumentasi asuhan keperawatan yang dihasilkan lebih berkualitas. Salah satu bentuk perkembangan dalam pendokumentasian keperawatan adalah dengan menggunakan checklist. Teknik asuhan keperawatan dengan checklist memiliki format pengisian yang berbeda dengan teknik naratif. Dengan format pengisian yang lebih mudah tersebut maka asuhan keperawatan dengan checklist ini diharapkan akan membantu meningkatkan dokumentasi keperawatan yang lebih berkualitas sesuai tujuan pendokumentasian itu sendiri (Amiruddin, 2011).

3 Teknik dokumentasi naratif merupakan pencatatan tradisional dan dapat bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja, atau dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik. Teknik ini memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut gaya yang disukainya, dan format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, reaksi pasien dan outcomes (Amiruddin, 2011). Teknik naratif cenderung menjadi kumpulan data yang terputus-putus sehingga diperlukan waktu yang banyak untuk meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara menyeluruh (Hariyati, 2011). Teknik dokumentasi secara checklist adalah suatu format pengkajian yang sudah dibuat dengan pertimbangan dari standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat untuk mengisi dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai dengan keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat ringkas misal pada data vital sign. Keuntungan dari teknik checklist selain kemudahan pengisian juga adanya alur yang tinggal mengisikan dan data tidak terputus-putus sehingga mudah mencari informasi per item pengkajian dan catatatan lain. Adanya alur tersebut membuat teknik ini tidak dapat menjabarkan pengkajian sesuai yang kita inginkan (Amiruddin, 2011). Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan

4 juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh persentase kelengkapan dokumentasi keperawatan yang secara rata-rata hanya 57,5%, angka ini kurang dari standar yang ditetapkan Depkes RI tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu 75% (Suarni, 2013). Apabila ini tidak ditangani dengan tepat maka dapat menimbulkan potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada klien akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan klien (Hariyati, 2011). Menurut Zakiyah (2011:3) praktek pendokumentasian asuhan keperawatan yang ada belum sesuai dengan standar. Adanya ketidaklengkapan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan yang antara lain (1) mengidentifikasi status kesehatan pasien dalam rangka mencatat kebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan, (2) untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Fenomena ini juga dialami peneliti dalam hasil studi pendahuluan pada tanggal 14 April 2014 di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dan diperoleh kesimpulan dari 80% perawat di ruangan bougenvile mengatakan pendokumentasian asuhan keperawatan secara naratif memiliki banyak kendala yaitu: tulisan sulit dibaca, keterbatasan waktu hanya untuk menulis terbuang sia-sia, banyak item yang belum terisi karena perawat tergesa-gesa menulis asuhan keperawatan karena perawat menganggap tidak penting, dan kriteria hasil tidak sesuai karena perawat medeskripsikan bermacam-macam argumennya. Pada studi pendahuluan tentang pengaplikasian asuhan keperawatan secara checklist yang dilakukan di RS Wava

5 Husada ruang Irna-D tanggal 6 November 2014 diperoleh hasil bahwa asuhan keperawatan secara checklist memiliki kemudahan dalam pengisian sehingga waktu yang digunakan lebih efisien, memudahkan perawat lain untuk mengartikan dan mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada pasien, sedangkan kendalanya yaitu memerlukan banyak kertas, terdapat item penting yang tidak terisi akibat kelalaian perawat dan item yang disediakan tidak lengkap. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Perbedaan Mutu Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis Checklist dan Naratif. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian yaitu sebagai berikut : apakah ada perbedaan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis naratif dan checklist di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dan RS Wava Husada Kepanjen? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan yang berbasis naratif dan checklist di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dan RS Wava Husada Kepanjen. 1.3.2 Tujuan khusus a. Mendeskripsikan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan yang berbasis naratif RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. b. Mendeskripsikan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan yang berbasis checklist di RS Wava Husada Kepanjen.

6 c. Menganalisis perbedaan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis naratif dan checklist di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dan RS Wava Husada Kepanjen. 1.4 Manfaat Penelitian a. Untuk Rumah Sakit Sebagai informasi/bahan pertimbangan untuk mendesain ulang pelayanan perawatan khususnya pendokumentasian dalam rangka memberikan pelayanan yang efektif dan efisien di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen dan Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi. b. Untuk Peneliti Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang perbedaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang ditulis secara naratif dengan pendokumentasian berbasis checklist dan ketersedian waktu efektif perawat. c. Untuk Peneliti lain Sebagai bahan dasar untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai dokumentasi asuhan keperawatan dan pengelolaan sumber daya manusia keperawatan di Rumah Sakit. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya penelitian oleh Yogiswara (2007) meneliti tentang Hubungan antara Beban Kerja Perawat dengan Kualitas Pendokumentasian Keperawatan pada setiap Shift di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Variabel independen penelitian adalah beban kerja perawat yang dikelompokkan dalam tiga shift kerja yaitu pagi, siang, dan malam. Variabel dependen penelitian adalah kualitas pendokumentasian keperawatan. Berdasarkan

7 hasil analisis korelasi bivariat Spearman Rho diperoleh pada beban kerja perawat pada shift pagi mempunyai nilai r = -0,762, beban kerja perawat pada shift siang didapat nilai r = -0,843, dan beban kerja perawat pada shift malam didapatkan nilai r = -0,771, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel beban kerja berhubungan negatif secara signifikan dengan kualitas pendokumentasian keperawatan pada setiap shift. Perbedaan dengan penelitian kali ini adalah variabel yang digunakan yaitu hanya meneliti mutu pendokumentasian asuhan keperawatan, sehingga uji statisik yang digunakan juga berbeda. Uji statistik penelitian kali ini adalah uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan mutu pendokumentasian asuhan keperawatan secara naratif dan checklist. Penelitian lainnya mengenai pendokumentasian keperawatan yaitu penelitian yang dilakukan Zakiyah (2011) mengenai Hubungan sikap dan karakteristik perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di RSU Sidoarjo, dimana variabel karakteristik perawat diproksikan dalam tingkat pendidikan perawat, usia, jenis kelamin dan masa kerja. Penelitian yang menggunakan total sampling sebanyak 107 perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sidoarjo ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan uji statistik regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap (p value 0,044) dan tingkat pendidikan perawat (p value 0,029) dengan pendokumentasian asuhan keperawatan, sedangkan usia, jenis kelamin dan masa kerja tidak terdapat hubungan. Perbedaan dengan penelitian kali ini adalah jenis penelitian dan variabel yang berbeda. Pada penelitian terdahulu merupakan penelitian korelasional sedangkan penelitian kali ini merupakan penelitian komparatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian lainnya tentang pendokumentasian asuhan keperawatan juga dilakukan oleh Suarni (2013) mengenai hubungan faktor psikologis dengan kinerja

8 perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawait inap RS Tingkat II Pelamonia Makasar. Variabel independen penelitian ini adalah motivasi, sikap, persepsi, dan kepuasan kerja, sedangkan variabel dependen yang diteliti adalah kinerja kelompok perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Dengan tingkat signifikansi 0.05 yang diuji menggunakan Chi square, maka diperoleh kesimpulan terdapat hubungan antara motivasi (p = 0.036), sikap (p = 0.012), persepsi (p = 0.028), dan kepuasan kerja (p = 0.016) terhadap kinerja kelompok perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah variabel penelitian, dimana variabel independen penelitian kali ini adalah teknik dokumentasi asuhan keperawatan. Variabel dependen penelitian ini yaitu mutu dokumentasi sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah kinerja kelompok perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, masih ditemukan hasil yang belum konsisten mengenai dokumentasi asuhan keperawatan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud meneliti kembali tentang mutu pendokumentasian asuhan keperawatan dengan beberapa modifikasi berbeda agar diperoleh hasil yang baru. Selain perbedaan yang telah dipaparkan diatas, perbedaan selanjutnya dengan penelitian terdahulu yaitu lokasi penelitian hanya menggunakan satu rumah sakit, sedangkan penelitian kali ini membandingkan dua rumah sakit yang berbeda yang menggunakan teknik dokumentasi yang berbeda pula dalam proses dokumentasi asuhan keperawatannya. Perbedaan lainnya adalah variabel penelitian yang digunakan yaitu mutu pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis naratif dan variabel mutu pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis checklist.