I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkawan sehingga dia disebut social animal. Hal terpenting di dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. unik. Koswara Sjarkawi menjelaskan bahwa:

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah siswa mempunyai aktivitas dalam bergaul dengan temantemannya,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

I. PENDAHULUAN. sehingga manusia baik perseorangan maupun sebagai anggota kelompok selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melaju dengan pesat, untuk

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya ini berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan anak. Adakalanya orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh agar ditiru dan apa yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya. Orang tua menjadi faktor terpenting dalam menanamkan dasar kepribadian tersebut yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Melihat fenomena yang ada sekarang ini, tampak beberapa karakteristik yang mengindikasikan betapa remaja saat ini banyak yang mengalami kurang percaya diri. Beberapa karakteristik tersebut antara lain: memiliki motivasi yang rendah

2 untuk berkompetisi, rendahnya motivasi siswa untuk mengembangkan diri dan motivasi untuk belajar, kepribadian yang cenderung labil, senang meniru dan tidak mentaati tata tertib sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain adalah interaksi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Interaksi dalam keluarga salah satunya terwujud dalam bentuk proses pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anakanaknya. World Health Organization menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 2012:11-13). Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, seperti perkembangan fisik, perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan pencapaian. Remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu dan mereka berusaha menyesuaikan perilaku baru dari fase-fase perkembangan sebelumnya (Soetjiningsih, 2004). Remaja sering mengalami permasalahan karena pribadinya yang masih labil dan belum terbentuk secara matang. Beberapa remaja tampaknya memiliki kepercayaan diri yang baik sehingga mampu mengurangi masalah-masalah kehidupan tanpa rasa cemas yang berlebihan. Kurangnya kepercayaan diri akan menyebabkan seseorang tidak dapat memecahkan masalah yang rumit sehingga dapat menimbulkan frustasi. Rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan prilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan merefleksikannya tanpa kita sadari. Kepercayaan

3 diri bukan merupakan bakat (bawaan), melainkan kualitas mental, artinya: kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan atau pemberdayaan. Kepercayaan diri dapat dilatih atau dibiasakan oleh faktor lingkungan, terutama orang tua dan guru. Anak yang penuh percaya diri akan memiliki sifat-sifat antara lain: lebih independen, tidak terlalu tergantung orang, mampu memikul tanggung jawab yang diberikan, bisa menghargai diri dan usahanya sendiri, tidak mudah mengalami rasa frustasi, mampu menerima tantangan atau tugas baru, memiliki emosi yang lebih hidup tetapi tetap stabil, mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. Pada sisi lain, anak yang memiliki percaya diri yang rendah atau kurang, akan memiliki sifat dan perilaku antara lain: tidak mau mencoba suatu hal yang baru, merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan, punya kecenderungan melempar kesalahan pada orang lain, memiliki emosi yang kaku dan disembunyikan, mudah mengalami rasa frustasi dan tertekan, meremehkan bakat dan kemampuannya sendiri, serta mudah terpengaruh orang lain. Dari sini tampak jelas bahwa kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting apabila seseorang ingin melakukan interaksi dan komunikasi dengan lingkungan sosialnya, karena sebelumnya satu dengan yang lainnya adalah orang asing yang berbeda karakter dan latar belakang serta masing-masing pihak pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalam upaya menumbuhkan rasa percaya diri keluarga memegang peranan penting. Pendidikan keluarga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua secara harfiah mempunyai maksud pola interaksi antara orang tua dan anak. Pola interaksi ini meliputi, bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berhubungan dengan anak. Bagaimana sikap atau

4 perilaku orang tua dalam menerapkan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh atau model bagi anaknya. Anak secara kontinyu berkembang baik secara fisik maupun secara psikis untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi apabila orang tua dalam memberi pengasuhan dapat mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat perkembangan psikis anak, disamping menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan anak ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya. Sikap tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga. Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Pola asuh orang tua tentang tumbuh kembang, sangat membantu anak mencapai dan melewati pertumbuhan dan perkembangan sesuai tingkatan usianya dengan normal. Dengan lebih mengetahui tentang tumbuh kembang anak diharapkan

5 pertumbuhan dan perkembangan anaknya lebih maksimal sehingga kedepannya akan menghasilkan penerus generasi yang lebih baik. Apabila seorang anak telah mampu mencapai tingkat kedewasaannya yang sempurna, ia akan mampu mengekspresikan segala kemampuan atau potensi yang berkembang pada dirinya baik dalam kehidupan di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Namun Faktanya Pada Siswa di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 terlihat adanya perbedaan antara anak yang satu dengan yang lainnya dalam hal bersikap dan bertutur kata sesuai dengan tingkat kepercayaan diri yang dimiliki. Sebagian diantaranya masih cenderung tidak percaya diri dalam melakukan komunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Remaja mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan tingkat kedewasaan dan kepercayaan diri yang mereka capai. Tercapainya kepercayaan diri pada anak usia remaja juga dapat dilihat dari bagaimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain. Di lingkungan tempat tinggalnya, hal itu dapat ditunjukan dengan cara mereka bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa pola perilaku antara anak yang satu dengan yang lainnya di lingkungan sosial mempunyai perbedaan sesuai dengan pencapaian tingkat kepercayaan diri mereka masing-masing. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola asuh yang mereka peroleh di lingkungan keluarga.

6 Setiap orang tua tidak ingin mengalami hambatan dalam proses pembentukan kepribadian yang matang pada anaknya. Akan tetapi, karena sebagai alasan seperti kesibukan, faktor ekonomi, kondisi sosial, konflik dalam keluarga, atau kurangnya pegetahuan membuat orang tua tidak memperhatikan dan mempersiapkan cara mengarahkan dan mendidik anak dengan baik. Oleh karena faktor-faktor tersebut, terdapat perbedaan pola asuh antara orang tua yang satu dengan yang lainnya. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental anak terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruk budi pekerti dan tingkat kepercayaan diri itu sebagian besar tergantung kepada budi pekerti orang tuanya. Kemudian dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang kurang. Siswa kurang percaya diri dalam melakukan diskusi, siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat didepan kelas, siswa tidak berani berargumen didalam kelas. hilangnya rasa percaya diri membuat diri siswa kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah hati dalam proses belajar dan mengembangkan kemampuannya. Akibatnya adalah siswa akan sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal), tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan. Kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

7 Fakta tentang tingkat kepercayaan diri anak juga dapat penulis sajikan dalam tabel hasil pengamatan, sebagai berikut : Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Tentang Tingkat Kepercayan Diri Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah I Natar No Aspek yang diamati Kuat Sedang Lemah 1. Kemampuan berkomunikasi dengan teman 2. Berinteraksi dengan lingkungan 3. Keberanian dan mengemukakan pendapat 4. Kemampuan menerima tantangan atau tugas baru Sumber: MTs Muhammadiyah I Natar Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat kepercayaan diri anak masih kurang, hal ini terlihat di dalam proses pembelajaran dan cara berkomunikasi dilingkungan sekolah, kemampuan berkomunikasi dengan teman dan kemampuan menerima tantangan atau tugas baru memiliki tingkatan sedang. Kemudian berinteraksi dengan lingkungan serta keberanian dan mengemukakan pendapat memiliki tingkatan lemah dari sini tampak jelas bahwa siswa masih memiliki tingkat percaya diri yang rendah. Adapun faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kepercayaan diri anak tersebut diantaranya adalah (1) faktor lingkungan keluarga, keadaan lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang, (2) faktor lingkungan sekolah, sekolah memberikan

8 ruang kepada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya kepada teman sebayanya. Pentingnya percaya diri bagi anak usia sekolah merupakan modal utama untuk mencapai kesuksesan dalam hal apapun. Rasa percaya diri bisa diartikan sebagai keberanian dalam diri sehingga seseorang mampu melakukan sesuatu yang dianggapnya benar. Siswa yang memiliki kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga mereka mampu mengembangkan pengetahuan dan talenta yang mereka miliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya. Berdasarkan pada permasalahan di atas penulis tertarik mengadakan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan pola asuh anak oleh orang tua dengan tingkat kepercayaan diri anak usia remaja yang diberi judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kepercayaan Diri Peserta Didik di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini: 1. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri anak.

9 2. Terdapat pebedaan sikap dan tutur kata, sebagai indikasi kepercayaan diri siswa. 3. Tingkat kepercayaan diri siswa sangat mempengaruhi aktivitas pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada masalah Pola Asuh Orang Tua Dan Tingkat Kepercayaan Diri Peserta Didik di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka masalah dirumuskan sebagai berikut: apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kepercayaan diri peserta didik di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kepercayaan Diri Peserta Didik Di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

10 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep dalam pendidikan kewarganegaraan, terkait aspek pembinaan/pola asuh orang tua dan aspek psikologis anak didalam berinteraksi dengan lingkungan. b. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi orang tua dan seluruh anggota keluarga dalam menerapkan pembinaan dan pengembangan diri pada anak. 2. Memberikan masukan bagi para guru dalam menerapkan pembelajaran yang mampu membangun tingkat kepercayaan diri anak terhadap lingkungan. F. Ruang Lingkup Ruang lingkup pendidikan ini terdiri dari: 1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan, khususnya pada Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji pembentukan kepribadian siswa melalui pola asuh dan perwujudannya dalam bentuk kepercayaan diri siswa.

11 2. Ruang Lingkup Objek Objek dari penelitian ini adalah hubungan pola asuh anak oleh orang tua dengan tingkat kepercayaan diri anak usia remaja. 3. Ruang Lingkup Subjek Subjek dari penelitian ini adalah siswa di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. 4. Ruang Lingkup Wilayah Wilayah penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian tanggal 14 oktober 2014 sampai dengan 31 Maret 2015 oleh Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.