Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

Hadits-hadits Shohih Tentang

Syarah Istighfar dan Taubat

Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

Kajian Kitab Riyadush Sholihin

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

ة س ى اهو اهر خ اهر خ ى

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( )

Kesadaran Akan Keberadaan. Ahmad Munir

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Bersegera Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

ب ص ى اهو اهر خ اهر خ ى

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KEUTAMAAN MENGANDUNG

Hukum Bersumpah Atas Nama Nabi Muhammad shalallahu alihiwasallam

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

AGAR KAMU LEBIH DICINTAI ALLAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

TAFSIR AKHIR SURAT AL-BAQARAH

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Makna Islam dan iman

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pertama, simaklah firman Allah SWT. tentang beliau. Dalam Al-Qur an Allah SWT. menggambarkan pribadi Rasul Saw. sebagai berikut:

Kajian Kitab Riyadush Sholihin

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

Jagalah Keimananmu. Penulis: Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Tips dalam Memahami Ilmu

Wallahu A lam bisshawab Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam

Konsisten dalam kebaikan

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Kajian Kitab Riyadush Sholihin

Hukum Berobat Kepada Dukun Dan Peramal

PUASA DI BULAN RAJAB

KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT

Oleh : Syaikh Salim bin Ied al-hilali

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Amalan Setelah Ramadhan. Penulis: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

HUKUM MEMAKAI BAJU YANG TERDAPAT TULISAN DALAM SHALAT ح م لبس القميص ملكتوب عليه ف الصلاة

Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin

KAIDAH FIQH. Semua hukum ilmu dan amal tidak sempurna kecuali dengan dua perkara: Terpenuhi syarat dan rukunnya serta tidak ada penghalangnya

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

HUKUM MENGUCAPKAN KATA KEKUFURAN TANPA MENGETAHUI ARTINYA ح م من تلفظ ب لمة ال فر غ مدرك معناها

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

OBAT PENAWAR HATI. Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, - 1 -

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

TAKWA DAN KEUTAMAANNYA

MASUK SURGA Karena MEMBUANG DURI

BAB IV ANALISIS DATA. konseling islam, yang di analisis sebagai baerikut : A. Analisis Tentang Pengalaman orangtua mengenai anak autis.

Faidah Seputar Aqidah Dari Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

As-hamad, Penguasa Yang Maha Sempurna dan Tempat Bergantung Segala Sesuatu

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

DI ANTARA SIFAT-SIFAT TERPUJI ASY-SYAIKH RABI AL-MADKHALI - HAFIZHAHULLAH-

IBUNYA MARAH KALAU TIDAK MERAYAKAN HARI IBU أمه ستغضب إن لم تفل بعيد الا م

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

HUKUM ISLAM DALAM TATA KELOLA HAID DAN PROBLEMATIKANYA. Mursyidah Thahir

Download > 300 ebook dari:

BILA SYA BAN TELAH TIBA

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Transkripsi:

1 Kajian Kitab Riyadush Sholihin ( ) Pembahasan Bab Tentang Taubat : Hadits ke-14 dan ke-15 (Taman Orang-Orang Yang Sholih) Segala puji hanya bagi Allah. Kita memuji-nya, memohon pertolongan kepada-nya, memohon ampunan kepada-nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberikan hidayah padanya. Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi kecuali hanya Allah semata dan tiada sekutu apapun bagi-nya. Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam adalah seorang hamba dan utusan-nya. Amma ba'd, kemudian setelah itu... Melanjutkan pembahasan kitab Riyadush Sholihin karya Al Imam An Nawawi rohimahulloh, maka pada kesempatan kali ini akan memasuki pembahasan bab yang baru yakni Bab At Taubah (Bab Tentang Taubat) pada Hadits no.14 dan 15. -dalam kitab Syarh Riyadush Sholihin karya Asy Syaikh Ibnul Utsaimin rohimahulloh tertulis nomor haditsnya adalah nomor 13 dan 14 karena hadits nomor 4 dan 5 dijadikan satu yakni hadits nomor 4- -capture scan kitab dari Syarh Riyadush Sholihin karya Asy Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin rohimahullah- Hadits ke-14 : Dan dari Abi Huroiroh rodhiallohu anhu ia berkata : Aku mendengar Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Demi Allah. Sesungguhnya aku beristighfar (memohon ampun) kepada Allah dan bertaubat kepada-nya dalam sehari lebih dari 70 kali. [diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori rohimahullah] Catatan kaki nomor 1 : Hadits ini dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhori rohimahulloh [dalam kitab Shohih Bukhori] pada Kitab Tentang Do a- Do a, Bab Istighfarnya Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam dalam sehari semalam, nomor hadits 6307.

2 Hadits ke-15 : Dan dari Al Aghorr bin Yasar Al Muzani rodhiallahu anhu ia berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan beristighfarlah (mohon ampunlah) kalian kepada-nya. Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali. [diriwayatkan oleh Al Imam Muslim rohimahulloh] Catatan kaki nomor 2 : Hadits ini dikeluarkan oleh Al Imam Muslim rohimahulloh [dalam kitab Shohih Muslim] pada Kitab Tentang Dzikir dan Do a, Bab Tentang Dikabulkannya Istighfar dan Anjuran Memperbanyaknya, nomor hadits 2702. Faedah dari Hadits Di Atas : ====================== a. Bersumpahnya seorang hamba hanya diperbolehkan dengan menyebut nama Allah Ta ala saja, dan tidak boleh sama sekali seseorang bersumpah dengan selain Allah Ta ala, seperti nama Rosululloh, nama malaikat, nama para wali, atau yang semisalnya. Dan jika seseorang bersumpah dengan selain nama Allah, maka sangat dikhawatirkan ia bisa terjatuh dalam perbuatan kekufuran. Na udzu billahi min dzalik, kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian. Hal ini diambil dari lafazh sumpah yang diucapkan oleh Rosululloh shollallohu alaihi wasallam dalam hadits ke-14 di atas yakni dengan ucapan wallahi ( و للاه ) yang artinya demi Allah. Atau juga seringkali Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersumpah dengan ucapan walladzi nafsiy bi yadihi ( و ال هذى ن ف هسى بهي هد هه ) yang artinya demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya yakni Allah Ta ala. Beberapa contoh ucapan sumpah yang lain adalah : billahi ( ب الل ) dan tallahi ( ت الل ) yang memiliki arti yang sama yakni Demi Allah. Adapun khusus hanya bagi Allah sebagai Dzat Pencipta, maka diperbolehkan untuk bersumpah dengan sifatsifatnya atau dengan makhluq ciptaan-nya. Hal ini sebagaimana sering kita baca di dalam banyak ayat-ayat Al Qur an seperti di awal surat At Tin, awal surat Al Fajr, awal surat Al Lail, dan sebagainya. Dan jika Allah bersumpah dengan menyebut nama salah satu makhluq-nya, maka memiliki faedah bahwa makhluq tersebut memiliki keutamaan, kemanfaatan, atau kedudukan yang besar dalam kehidupan alam semesta ini. b. Terdapat faedah bahwasanya jika suatu perkara disebutkan dalam banyak dalil (Al Qur an dan Al Hadits), serta dilakukan secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan bahwasanya perkara tersebut merupakan perkara yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang besar. Hal ini sebagaimana perkara taubat dan istighfar. Di dalam banyak ayat (sebagaimana telah disebutkan dalam pendahulan bab taubat ini) dan hadits, perkara taubat dan istighfar sering disebutkan. Bahkan di dalam hadits di atas disebutkan pula bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengerjakannya secara rutin setiap harinya dalam jumlah yang cukup banyak yakni lebih dari 70 kali dan 100 kali. Maka hal ini menunjukkan kepada kita semua bahwasanya perkara taubat dan istighfar merupakan perkara yang penting dan memiliki kedudukan yang besar. c. Menunjukkan sikap tawadhu nya (rendah hati) Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Padahal kita semua telah mengetahui bahwasanya Allah Ta ala telah memberikan jaminan pengampunan terhadap kesalahan-kesalahan Beliau shollallohu alaihi wasallam yang telah lampau, yang sedang terjadi, dan yang akan datang. Maka hal ini hendaknya menjadi teladan bagi kita semua sebagai pengikut Beliau shollallohu alaihi wasallam untuk senantiasa bertaubat dan beristighfar, karena kita semuanya tentunya lebih mengetahui tentang keadaan diridiri kita masing-masing.

d. Terdapat faedah tentang wajibnya perkara taubat dan istighfar (memohon ampunan Allah). 3 Di dalam kaidah ushul fiqih disebutkan bahwasanya hukum asal setiap perintah adalah wajib, kecuali ada dalil lain dari Al Qur an atau Al Hadits yang memalingkannya dari hukum wajib tersebut. Di dalam beberapa ayat yang disebutkan dalam pendahuluan bab ini, telah disebutkan kata taubat dalam konteks kata perintah seperti dalam surat At Tahrim ayat 8 : ي أ ي ہ ا ٱل هذين ء ام ن وا ت وب و ا إهل ى ٱ لل ه ت و ب ة ن ص وحا Wahai sekalian orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang sebenarbenarnya! Jika demikian, maka hendaknya hal ini menjadi pendorong bagi kita bersama untuk senantiasa bersegera bertaubat dan beristighfar kepada Allah Ta ala. e. Terdapat faedah bahwasanya bertaubat itu adalah dengan perbuatan hati, lisan, dan anggota badan. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam 2 hadits di atas, yang mana Rosululloh shollallohu alaihi wasallam setiap harinya melakukan istighfar sebanyak lebih dari 70 kali atau 100 kali. Contoh ucapan-ucapan istighfar : أ س ت غ ف ر ال ع ظي م Agung) - Astaghfirullahal azhim (aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha - Allahummaghfirli (Ya Allah, ampunilah aku) أ لل ه م اغ هفر لهى atau yang semisalnya. Dari hal ini memberikan faedah kepada kita bahwasanya taubat atau istighfar yang benar haruslah diiringi dengan hati, lisan, dan perbuatan anggota badan. Sehingga, jika ada orang yang lisannya bertaubat atau beristighfar, akan tetapi perbuatan hati dan anggota badannya tidak mencerminkan perbuatan seseorang yang bertaubat atau beristighfar, maka tentunya hal yang semacam ini tidaklah diterima di sisi Allah Ta ala. f. Terdapat faedah tentang adab dalam berdakwah atau menasihati orang lain, yakni hendaknya ia menjadi orang yang pertama kali melakukan apa yang ia dakwahkan atau nasihatkan kepada orang lain. Hal ini sebagaimana terdapat dalam 2 hadits di atas yang mana tatkala Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memerintahkan umatnya untuk bertaubat dan beristighfar, maka Rosululloh shollallohu alaihi wasallam merupakan orang pertama yang melakukan apa yang diperintahkannya. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melarang orang lain dari suatu hal, maka hendaknya ia menjadi orang pertama yang menjauhi apa yang ia larang tersebut. Janganlah kita menjadi orang yang tergolong dalam Surat Ash Shoff ayat 2-3 ini : للا ي أ ي ہ ا ٱل هذين ء ام ن وا لهم ت ق ول ون م ا ل ت ف ع ل ون ڪ ب ر م قتا هعند ٱ لل ه أ ن ت ق ول وا م ا ل ت ف ع ل ون Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi Allah jika kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan. (3) Akan tetapi, adab ini tidaklah menjadi suatu keharusan mutlak yang wajib ada bagi orang yang berdakwah atau menasihati orang lain. Hal ini sebagaimana dalam hadits tentang sikap seorang Muslim jika melihat suatu kemungkaran di hadapannya dalam Shohih Muslim pada Kitab Al Iman, Bab Ke-20 Penjelasan Bahwa Merubah Kemungkaran Merupakan Bagian Dari Iman, dan Bahwa Iman itu Bisa Bertambah dan Berkurang, dan Bahwa Amar Ma ruf dan Nahi Munkar adalah Perkara Yang Wajib, hadits nomor 78 dari Abu Sa id Al Khudri rodhiallohu anhu :

4 Aku mendengar Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaknya ia ubah dengan tangannya (perbuatan). Dan jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya (ucapan). Dan jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya (pengingkaran di dalam hati) dan yang demikian itu merupakan selemah-lemahnya iman. Dalam hadits tersebut tidaklah seseorang disyaratkan bahwa seseorang haruslah menjadi orang yang terbebas dari kemungkaran yang ia ingkari dahulu ketika ingin merubah suatu kemungkaran. Tapi, kapanpun ia melihat kemungkaran maka wajib baginya untuk merubah kemungkaran tersebut dengan tangan bila mampu, dengan lisan bila mampu, atau minimalnya mengingkari dengan hatinya. Sebagai contoh : jika seorang Ayah melihat anaknya berbuat bohong, maka wajib bagi sang ayah tersebut untuk menegur/menasihati anaknya saat itu juga meskipun bisa jadi sang ayah tersebut dikenal sebagai orang yang suka berbohong. Dan tidak boleh bagi sang ayah untuk mendiamkan perbuatan bohong yang dilakukan anaknya dengan beralasan bahwasanya dirinya sendiri masih suka berbohong. g. Terdapat faedah tentang tata cara bertaubat atau beristighfar yakni secara sendiri-sendiri tanpa berjama ah dalam suatu majelis taubat atau majelis istighfar atau semisalnya, tidak ada waktu-waktu khusus tertentu, dan tidak pula dengan jumlah bilangan tertentu kecuali yang ada dalilnya. Hal ini bisa kita ambil dari perbuatan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang mana Beliau bertaubat atau beristighfar secara sendirian tanpa mengkhususkan waktu-waktu tertentu, dan tanpa mengkhususkan dengan jumlah bilangan tertentu kecuali hanya disebutkan lebih dari 70 kali atau 100 kali. Dan tidak ada dalil yang menunjukkan kepada kita bahwasanya Rosululloh shollallohu alaihi wasallam melakukannya secara bersama-sama dengan para shohabatnya yang lain pada waktu-waktu khusus atau dengan jumlah bilangan khusus yang sangat banyak. Maka dari hal ini merupakan nasihat bagi sebagian saudara-saudara kita kaum Muslimin yang mana mereka telah terjatuh dalam perbuatan yang tidak ada dasar tuntunannya dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam yakni berupa bertaubat atau beristighfar secara berjama ah, baik itu berupa majelis-majelis taubat, majelis-majelis istighfar, atau yang semisalnya. Pada sebagian mereka, telah mengkhususkan waktu-waktu tertentu dan jumlah bilangan tertentu dengan jumlah bilangan yang luar biasa banyak tanpa adanya dalil seperti istighfar 1000 kali secara berjama ah di waktu-waktu khusus atau semisalnya. Hal ini berbeda halnya jika waktu khusus atau bilangan khusus tersebut memang dituntunkan oleh dalil seperti bacaan dzikir setelah sholat fardhu misalkan dengan ucapan astaghfirullah sebanyak 3 kali atau semisalnya. Maka sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. h. Terdapat faedah bahwasanya taubat dan istighfar itu adalah perkara yang bisa berbeda. Hal ini bisa kita ambil dari lafazh hadits di atas yang mana Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyebutkan kata taubat dan istighfar di dalam satu konteks kalimat. Dari sini tentunya kita pahami bahwasanya 2 hal tersebut adalah perkara yang berbeda. Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahulan bab taubat ini, bahwa makna taubat adalah kembali dari perbuatan maksiat kepada keta atan kepada Allah Ta ala. Sedangkan makna istighfar adalah pemohonan ampun seorang hamba terhadap perbuatan maksiat yang ia perbuat.

5 Jika kata taubat dan istighfar disebutkan keduanya dalam satu konteks kalimat, maka mereka memiliki makna yang berbeda. Akan tetapi, jika disebutkan salah satunya saja dalam konteks kalimat, maka maknanya bisa mencakup keduanya. Dan makna taubat itu pada asalnya lebih luas dari makna istighfar. Hal ini sebagaimana kata faqir dan miskin yang mana jika disebutkan salah satunya dalam konteks kalimat, maka ia telah mencakup makna keduanya sekaligus. Wallahu A lam, dan Allah lah Yang Maha Mengetahui. i. Terdapat faedah bahwasanya taubat dan istighfar dilakukan terus menerus selama hamba tersebut masih hidup. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rosululloh shollallohu alaihi wasallam yang mana dalam hadits di atas disebutkan bahwasanya Rosululloh shollallohu alaihi wasallam melakukan hal tersebut setiap harinya. Maka hal ini menjadi teladan bagi kita bersama agar jangan sampai ada yang salah paham bahwasanya jika seseorang sudah bertaubat, maka telah cukup baginya dan tidak perlu lagi senantiasa untuk memperbarui taubatnya di kemudian hari. Bukankah kita semua telah sama-sama memahami bahwasanya setiap manusia itu setiap harinya pasti terjatuh dalam kesalahan yang kecil maupun besar? Jika demikian, maka hendaknya setiap hamba itu senantiasa terus menerus bertaubat dan beristighfar kepada Allah sampai dia mati. Demikianlah apa yang bisa disampaikan berkenaan dengan Hadits 14-15 dari Bab At Taubah dari Kitab Riyadush Sholihin ini. Semoga bermanfaat bagi kita bersama. ب ار ك للا ف ي كم