1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN. Industri perbankan masih mendominasi aset sektor keuangan. Penguasaan aset

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gadai emas walaupun memberikan pendapatan yang tinggi, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan UU ini memicu lahirnya bank syariah yang baru, baik status bank umum syariah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur an dan As-Sunah. Sumber. hukum Islam ini adalah dasar sebagai pedoman untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. biasa yang pola operasinya mengikuti prinsip-prinsip syariah. Menurut UU

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB 1 PENDAHULUAN. atau melakukan penagihan. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

1. PENDAHULUAN. meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN tentang liberalisasi perbankan yang memungkinkan pendirian bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kebutuhan keuangan masyarakat terus meningkat. Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun sebagaimana data BI Infografis Pertumbuhan Ekonomi () dengan persentase yang dicatat oleh Bank Indonesia adalah sebesar 4.73% yang terjadi penurunan dibandingkan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5.02% (2014) memberikan dampak negatif yang cukup besar bagi seluruh kalangan industri dan bisnis tingkat nasional. Hal ini juga dirasakan industri lembaga keuangan khususnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang merupakan salah satu lembaga keuangan syariah (LKS) di Indonesia. Sebagaimana data statistik perbankan syariah yang menjelaskan kinerja keuangan BPRS se-indonesia berdasarkan rasio keuangan yang dicatat oleh Bank Indonesia (Agustus ) yang tertera pada Tabel 1 berikut. Keterangan Data Dana Pihak Ketiga (Juta rupiah) Pembiayaan Tabel 1 Kinerja BPRS di Indonesia (2014-) Tabel Jumlah Rekening, Pembiayaan, Rasio Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Des 2014 Jan Feb Mar Apr Mei Jun 1,021,776 1,038,237 1,048,797 1,047,953 1,066,967 1,078,496 1,087,192 227,517 227,613 229,682 231,720 231,378 231,868 234,114 (Juta rupiah) CAR (%) 22.77 24.43 24.67 23.04 22.53 21.73 21.73 ROA (%) 2.26 2.31 2.23 2.07 2.19 2.17 2.30 ROE (%) 16.13 16.59 15.82 14.18 15.27 15.08 16.15 NPF (%) 7.89 8.97 9.11 10.36 9.33 9.38 9.25 FDR (%) 124.24 123.50 124.75 125.60 126.67 129.63 135.68 BOPO (%) 87.79 88.03 87.16 88.66 88.68 88.38 88.13 Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Agustus, diolah () Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bagaimana kinerja secara keseluruhan BPRS yang ada di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari penurunan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang menjelaskan terjadinya penurunan kemampuan akumulasi seluruh BPRS dalam hal membiayai kegiatan operasional dan dalam memberikan kontribusi bagi profitabilitasnya. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa penurunan kinerja BPRS lainnya melalui semakin tingginya rasio NPF (Non Performing Loan) yang menjelaskan bahwa tingginya tingkat pengembalian pembiayaan yang macet terjadi sejak tahun 2014 sampai dengan tahun, yang di mana bahwa Bank Indonesia menetapkan suatu bank yang sehat adalah bank yang memiliki rasio NPF dibawah 5%. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menyebutkan bahwa Bank Pembiayan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank

2 Pembiayaan Rakyat Syariah menjelaskan bahwa keberadaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dicatat oleh Bank Indonesia (Agustus, ) juga menyebutkan bahwa saat ini jumlah total perusahaan BPRS di Indonesia adalah berjumlah 161 perusahaan dengan jumlah kantor adalah sebanyak 433 kantor yang tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi, perkotaan maupun kabupaten di Indonesia. Dari total 161 perusahaan, terdapat empat perusahaan BPRS yang memiliki total kekayaan (aset) terbesar yang diantaranya adalah sebagai berikut; 1) BPRS HIK Parahyangan yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat, 2) BPRS Bhakti Sumekar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, 3) BPRS Bangka Belitung yang berada di Kepulauan Bangka Belitung, dan 4) BPRS HIK Ciledug yang berada di Ciledug, Tangerang. Sebagaimana grafik urutan kepemilikan aset 4 (empat) perusahaan BPRS tersebut di Indonesia terlihat pada Gambar 1. Sumber : Data Publikasi Laporan Keuangan BI Desember, diolah (2016) Gambar 1 BPRS dengan Total Aset > Rp. 400 miliar () Sebagai salah satu perusahaan BPRS dengan kepemilikan aset terbesar, BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug yang terletak di daerah ciledugtangerang, merupakan perusahaan BPRS yang terbilang cukup baik berdasarkan data laporan keuangan yang dicatat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir tahun yang tertera pada Gambar 2 berikut. Sumber : Publikasi Laporan Keuangan Perbankan OJK Desember, diolah (2016) Gambar 2 Perkembangan usaha BPRS HIK Ciledug (jutaan rupiah)

3 Keberhasilan yang diraih sejak tahun 2011 hingga 2014 tidak serta merta membuat BPRS HIK Ciledug bergerak lambat dalam meningkatkan bisnis perusahaannya, akan tetapi pada tahun terlihat pada Gambar 1 yang menunjukkan penurunan dari sisi laba yang diraih dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2013. Hal ini terjadi akibat melemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh melemahnya perekonomian nasional. Berdasarkan Peraturan BI Nomor 11/23/PBI tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan BPRS dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah. Sehingga, penyaluran pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan syariah yang diberikan oleh BPRS HIK Ciledug kepada para pelaku UMKM terbilang tepat. Hal ini dikarenakan penyaluran pembiayaan kepada UMKM nantinya akan membantu peningkatan pendapatan BPRS HIK Ciledug yang secara otomatis laba BPRS HIK Ciledug pun akan meningkat. Penyaluran pembiayaan kepada pasar UMKM yang dinyatakan tepat disebabkan oleh besarnya populasi dari pasar UMKM itu sendiri, sebagaimana Kementrian Koperasi dan UKM mencatat jumlah unit usaha UMKM yang tertera pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Perkembangan Data UMKM tahun 2011-2013 No. Indikator 2011 2012 2013 Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Unit Usaha (Ribuan Unit) 55.211 56.539 57.900 Total UMKM 55.206 99 56.534 99 57.895 99 - Usaha Mikro 54.560 98 55.856 98 57.189 98 - Usaha Kecil 602 1 629 1 654 1 - Usaha Menengah 44 0 49 0 52 0 Usaha Besar (UB) 5 0 4 0 5 0 2 TENAGA KERJA (juta orang) 105 110 117 Total UMKM 102 97 107 97 114 97 - Usaha Mikro 95 91 100 90 104 89 - Usaha Kecil 4 4 4 4 6 5 - Usaha Menengah 3 2 3 3 4 3 Usaha Besar (UB) 3 3 3 3 3 3 3 PDB (UMKM + UB) (Rp. Triliun) 7.445 8.241 9.014 Total UMKM 4.321 58 4.869 59 5.440 60 - Usaha Mikro 2.579 34 2.951 36 3.326 37 - Usaha Kecil 740 9 798 10 876 10 - Usaha Menengah 1.002 13 1.120 14 1.237 14 Usaha Besar (UB) 3.124 41 3.372 41 3.574 40 4 Investasi (Rp. Triliun) 1.983 2.283 2.609 Total UMKM 992 50 1.250 55 1.655 63 - - Usaha Mikro 155 8 175 8 186 7 - - Usaha Kecil 355 18 453 20 620 24 - - Usaha Menengah 482 24 622 27 849 32 Usaha Besar (UB) 991 50 1.033 45 954 37 Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (KKUKM), diolah ()

4 Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM (Tabel 2) dapat dilihat bahwa 99% industri sektor riil di Indonesia dikuasai oleh unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Selain itu data pada Tabel 2 tersebut juga menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terbilang besar dalam membantu program pemerintah untuk mengurangi pengangguran dan pengembangan ekonomi bangsa melalui PDB yang dihasilkan mencapai Rp 5,440 triliun pada tahun 2013. Utami dan Imron (2012) juga menyebutkan sebagaimana perusahaan yang masuk kategori UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) pada umumnya, perusahaan belum mempunyai manajemen yang tertata rapi, terutama manajemen pemasaran. Maryati (2014) menjelaskan bahwa dalam menjalankan usahanya seringkali UMKM mengalami berbagai kesulitan dan hambatan, dimana dalam pengembangan usahanya UMKM seringkali menghadapi masalah yang mencakup masalah pemasaran, permodalan, dan pengelolaan. Bagi keperluan pengembangan usaha UKM di masa mendatang, diperlukan adanya bantuan layanan bisnis dari lembaga swasta, lembaga pemerintah, dan individu sesuai dengan kekurangan masing-masing UKM (Sulaeman 2004). Untuk itu, seharusnya BPRS HIK Ciledug yang belum memiliki kantor cabang di luar pulau jawa mulai mempertimbangkan untuk meningkatkan bisnisnya dengan cara mendirikan kantor cabang baru di luar pulau jawa agar dapat meraih pasar UMKM yang lebih besar. Selain itu, dengan menyalurkan pembiayaan berdasarkan ketentuan syariah yang lebih besar dan tersebar dengan luas, tentu akan semakin meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Rivai dan Veithzal (2008) menyebutkan bahwa fungsi dari pembiayaan di dalam perekonomian yaitu; (1) Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang; (2) Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang; (3) Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; (4) Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat; (5) Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi; (6) Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional; (7) Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi Internasional. Laba bersih yang diraih oleh BPRS HIK Ciledug pada tahun yang tidak sesuai dengan pencapaian pada tahun 2014 dan 2013 membuat BPRS HIK Ciledug harus dapat mengembangkan strategi baru yang lebih kompetitif demi meningkatkan bisnis yang berorientasi kepada prinsip ke-islam-an di masa yang akan datang. Yusanto dan Widjajakusuma (2002) menyebutkan bahwa bisnis islami sendiri dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Akan tetapi dari sisi lain yang perlu dicermati agar perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat segera tumbuh dengan cepat adalah persoalan sosialisasi, baik kepada masyarakat luas, maupun orang-orang yang kompeten terhadap bisnis perbankan (Kristiyanto 2008). Untuk itu strategi yang bertujuan untuk pengembangan bisnis yang sesuai dengan syariat Islam patut dilakukan, baik melalui strategi dalam hal meningkat kekayaan dengan cara yang dibolehkan oleh syariat Islam, perbaikan serta peningkatan kompetensi internal perusahaan serta melalui strategi yang dapat meminimalisir ancaman eksternal dalam menurunkan kekuatan bersaing perusahaan khususnya bagi BPRS HIK Ciledug. Dalam memperbaiki sisi keuangan suatu perbankan, Magrianti (2011) menyebutkan bahwa perbaikan pada

5 sisi keuangan dapat dilakukan dengan melakukan penguatan dari segi permodalan dan penghimpunan DPK yang dilakukan melalui inovasi produk dan perbaikan pelayanan. BPRS HIK Ciledug secara keseluruhan apabila diperhatikan pada posisi rasio keuangannya sudah terbilang cukup baik, akan tetapi hingga saat ini masalah lain berupa infrastruktur di bidang Teknologi Informasi (TI) masih belum dimanfaatkan sebagai layanan dalam pengembangan bisnisnya. Bisnis perbankan yang memanfaatkan TI sebagai peningkatan layanan bagi perusahaannya sudah bukan menjadi hal yang baru lagi di industri perbankan, khususnya perbankan syariah. Tentunya, BPRS HIK Ciledug harus mempunyai rencana untuk melakukan peningkatan pada sisi Teknologi Informasi (TI) dikarenakan hal ini merupakan peluang yang sangat baik dalam mempercepat pengembangan bisnis perbankan syariah bagi BPRS HIK Ciledug. Oleh karena itu, penelitian untuk merekomendasikan alternatif strategi dalam pengembangan bisnis bagi BPRS HIK Ciledug mempunyai arti yang sangat penting. Penelitian awal yang penting pula diteliti adalah mengenai pengukuran kinerja keuangan BPRS HIK Ciledug, sehingga dapat mengambil berbagai kemungkinan terbaik dalam melakukan perumusan strategi pengembangan bisnisnya. Selanjutnya, penting juga digali berbagai faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan organisasi serta sumber daya dengan tujuan maslahah (kebahagiaan), sebagaimana Firdaus () menjelaskan bahwa maslahah adalah perbuatan yang mendorong kepada kebaikan pada diri manusia maupun perbuatan yang menjauhkan kepada keburukan pada diri manusia. Dan pada kemaslahatan organisasi memiliki pengertian, organisasi menciptakan nilai kebaikan bagi Allah, pemangku kepentingan dan lingkungannya. Perumusan Masalah Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh BPRS HIK Ciledug dalam melakukan pengembangan bisnis perusahaan syariahnya. Pertama, porsi kepemilikan aset yang dimiliki oleh BPRS HIK Ciledug masih sangat kecil, walaupun dalam jumlah terbilang besar dan termasuk pada posisi ke-4 (empat) untuk BPRS yang memiliki aset terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia pada tahun, pencapaian aset BPRS HIK Ciledug adalah sejumlah Rp 473.737 juta atau 6,9% dari jumlah total aset seluruh BPRS di Indonesia yang sejumlah Rp 6.861.136 juta. Akan tetapi persentase tersebut cukup baik dikarenakan angka tersebut menunjukkan peningkatan persentase dari tahun 2014 dengan total aset BPRS HIK Ciledug adalah sejumlah Rp 440.092 juta atau sebesar 6,7% dari total aset seluruh BPRS di Indonesia yang berjumlah Rp 6.573.331 juta. Masalah berikutnya adalah jaringan kantor BPRS HIK Ciledug yang masih sedikit. Dalam hal pengembangan bisnis pada BPRS HIK Ciledug masih belum memanfaatkan seutuhnya aset yang dimiliki dalam hal peningkatan kepemilikan atas jumlah kantor cabang. Padahal, terdapat peluang bisnis yang memungkinkan untuk didapatkan oleh BPRS HIK Ciledug apabila dapat menambah jumlah kantornya di berbagai pelosok di Indonesia berdasarkan data jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah yang terbilang meningkat tiap tahunnya. Akan tetapi pada masalah jumlah kantor nantinya akan menghadapi banyak kendala lain

6 seperti segi waktu, keuangan, sumber daya insani dan infrastruktur lainnya. Sebagaimana yang dilansir oleh Indonesia Commercial Neswletter (2009), bahwa dana yang dibutuhkan untuk pembukaan kantor cabang syariah di Indonesia setidaknya membutuhkan biaya sebesar Rp 1 miliar, dan untuk membuka sebuah kantor cabang pembantu dibutuhkan biaya sebesar Rp 500 juta. Sehingga dibutuhkan manajemen keuangan yang tepat serta penambahan saham dari para komisaris demi terwujudnya pengelolaan keuangan dalam upaya peningkatan jumlah kantor BPRS HIK Ciledug. Masalah ketiga bagi BPRS HIK Ciledug adalah berupa dibutuhkannya banyak waktu dari upaya pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi (TI) demi mengembangakan bisnisnya di masa yang akan datang. Manajemen BPRS HIK Ciledug sudah memiliki wacana akan melakukan strategi dalam mengembangkan Teknologi Informasi (TI) dengan menambahkan sumber daya insani atau sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan TI, bekerjasama dengan vendor TI dan memberikan pelatihan kepada sumber daya insani bagian TI dalam pengembangan infrastruktur TI perusahaan. Untuk masalah Sumber Daya Manusia sendiri, Wijaya (2009) menyebutkan bahwa masalah SDM Indonesia pada umumnya terletak pada mental kerja yang menyangkut etos, daya juang, kreatifitas, dan kemauan untuk belajar terus mencapai hasil kerja yang terbaik (spirit of excellence) yang rendah. Dilain pihak banyak pesaing seperti BPRS lainnya, ataupun Bank Umum Syariah (BUS) yang telah melakukan layanan berupa pemanfaat Teknologi Informasi dalam menjalankan bisnis perusahaannya, baik dari segi transaksi keuangan bahkan layanan lainnya yang berhubungan dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabahnya. Menghadapi beberapa masalah di atas, maka perumusan permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan BPRS HIK Ciledug jika dinilai menggunakan analisis rasio keuangannya? 2. Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi perkembangan bisnis dari PT BPRS HIK Ciledug? 3. Alternatif strategi apa yang dapat digunakan oleh BPRS HIK Ciledug dalam mengembangkan bisnis serta meningkatkan aspek keuangan perusahaan agar dapat bertahan dan bersaing di masa yang akan datang? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan pandangan mengenai proses perumusan alternatif strategi yang dapat dijadikan prioritas yang dapat direkomendasikan serta diimplementasikan kepada perusahaan. Secara khusus tujuan dari penelitian adalah untuk: 1. Mendeskripsikan kinerja keuangan yang dinilai dengan analisis rasio keuangan melalui laporan keuangan pada BPRS HIK Ciledug. 2. Analisis faktor internal sesuai kaidah syariah dan kaidah umum yang mempengaruhi tumbuh kembang bisnis perusahaan serta analisis faktor eksternal berdasarkan kekuatan persaingan yang ada dan mempengaruhi perkembangan bisnis perusahaan.

7 3. Merumuskan alternatif strategi yang tepat serta dapat digunakan oleh PT BPRS HIK Ciledug dalam mengembangkan bisnisnya sehingga dapat bertahan dan diharapkan dapat membangun keuntungan yang kompetitif bagi perusahaan Manfaat Penelitian 1. Bagi PT BPRS HIK Ciledug, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan pedoman untuk: a. Mengetahui kinerja keuangan yang dinilai berdasarkan rasio keuangan pada laporan keuangan baik yang dimiliki perusahaan maupun yang telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). b. berbagai faktor internal berdasarkan kaidah umum dan syariah agar dapat memaksimalkan kekuatan internal untuk meminimalisir kelemahan internal perusahaan, serta agar dapat mengidentifikasi faktor eksternal dalam memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk dapat bertahan serta menghindari berbagai ancaman dari eksternal perusahaan. c. Dapat merumuskan alternatif strategi yang tepat bagi perkembangan bisnis suatu perusahaan di masa yang akan datang. 2. Bagi mahasiswa pascasarjana dan kalangan profesional dimaksudkan untuk dapat lebih memahami salah satu metode alternatif perumusan strategi yang tepat melalui 3 (tiga) tahap yaitu The Input Stage, The Matching Stage, dan tahap terakhir yang merupakan tahapan The Decision Stage dengan menggunakan Qualitative Strategic Planning Matrix (QSPM) yang mengutamakan analisis atas hasil identifikasi faktor eksternal dan internal perusahaan. 3. Bagi peneliti dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan mengenai alur dalam melakukan metode formulasi strategi pada perusahaan. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada perumusan alternatif strategi bagi pengembangan bisnis PT BPRS HIK Ciledug yang memiliki fungsi utama untuk menghimpun dan menyalurkan dana berdasarkan prinsip syariah dan kehatihatian. Penelitian ini memiliki batasan-batasan permasalah yang dimaksudkan agar penelitian ini menjadi lebih fokus kepada perumusan strategi dalam hal pengembangan bisnis perusahaan. Batasan-batasan permasalahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah (HIK) Ciledug. 2. Analisis kinerja keuangan hanya menggunakan laporan keuangan tahunan untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan selama kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2011-. 3. Penelitian ini dibatasi pada analisis perumusan alternatif strategi bagi PT BPRS HIK Ciledug untuk dapat mengembangkan bisnisnya di masa yang

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB