LAMPIRAN 30
31 Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. Berat keseluruhan daging buah kepel yang masih basah:440 g, dan setelah dikeringkan diperoleh 60 g serbuk simplisia kering. Jadi rendemen kepel:60 g/440 g x 100% = 13.63% Dosis empiris konsumsi kepel pada manusia adalah 2 buah kepel dalam 2 hari. Jika diasumsikan berat kepel adalah 70 g/buah dan BB manusia 70 kg, maka konsumsi kepel pada manusia dalam dua hari adalah 140 g/70 kg. Konsumsi buah kepel dalam bentuk serbuk kering pada manusia adalah: 13.63/100 x 140 g= 19.08 g atau rata-rata 20 g serbuk kering. Faktor konversi dosis manusia ke mencit: 0.0026 (Laurence & Bacharach 1964), sehingga dosis konsumsi kepel normal (sama dengan dosis pada manusia) adalah: = 20 g x 0.0026 = 0.052 g/20g mencit = 52 mg/20 g mencit = 2.6 mg/g BB mencit (Dosis 1x) Dosis 5x= 2.6 mg/g BB x 5 = 13 mg/g BB.
32 Lampiran 2. Penghitungan Volume Pemberian Kepel. Dosis 1x = 2.6 mg/g BB Volume pemberian = (Dosis x BB)/Konsentrasi = (2.6 mg/g BB x 20 g)/10% = (2.6 mg/g x 20 g)/(10 g/100 ml) = (52 mg)/100 mg/ml = 0.5 ml Dosis 5x = 13 mg/g BB Volume pemberian = (Dosis x BB)/konsentrasi 0.5 ml= (13 mg/g x 20 g BB)/konsentrasi Konsentrasi = 260 mg/0.5 ml = 520 mg/ml Konsentrasi = 5.2 g/10ml 5.2 g serbuk buah dilarutkan ke dalam 10 ml akuades. Kepel tidak dapat tersuspensi dengan baik dalam akuades karena terlalu pekat sehingga untuk dosis 5x, konsentrasi yang digunakan sebesar 2.6 gr/10 ml, dan didapat volume pemberian sebesar 1 ml.
33 Lampiran 3. Pembuatan Sediaan Histopatologi dan Pewarnaan HE. Hati difiksasi dalam larutan Buffer Neutral Formalin 10% selama 3 hari. Hati yang sudah difiksasi dipotong-potong atau ditrimming dan dimasukkan kedalam tissue cassette. Selanjutnya jaringan didehidrasi dengan cara dimasukkan secara berturutturut ke dalam larutan alkohol 70%, 80%, 90% dan alkohol 95% selama 2 jam. Kemudian dehidrasi dilanjutkan ke dalam alkohol absolut I selama 2 jam, alkohol absolut II selama 2 jam, xylol I, xylol II dan xylol III masing-masing selama 40 menit, parafin I, parafin II, parafin III dan parafin IV masing-masing selama 30 menit dalam suhu 60 o C. Proses selanjutnya adalah embedding dimana jaringan dimasukkan ke dalam blok pencetak berisi parafin cair kemudian parafin cair ditambahkan lagi ke dalam blok pencetak hingga penuh dan ditunggu sampai seluruh parafin mengeras. Setelah paraffin mengeras blok paraffin dimasukkan ke dalam refrigerator dengan suhu sekitar 4-6 C. Proses pembuatan sediaan histopatologi dilanjutkan dengan pengirisan blok parafin menggunakan mikrotom dengan ketebalan 3-5 mµ. Kemudian potongan jaringan tersebut diletakkan di atas permukaan air hangat dengan suhu 45 C untuk menghilangkan lipatan-lipatan. Setelah itu potongan jaringan diangkat (mounting) dengan kaca objek yang sudah diulas dengan larutan albumin. Sediaan dikeringkan selama minimal 2 jam dalam inkubator bersuhu 58 C. Selanjutnya dilakukan pewarnaan HE, dengan mencelupkan sediaan ke dalam larutan-larutan dengan urutan sebagai berikut: larutan xylol I dan xylol II masingmasing selama dua menit, alkohol absolut selama 2 menit, alkohol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, kemudian dicuci dalam air keran atau akuades selama 1 menit, dilanjutkan dengan memasukkan sediaan ke dalam larutan pewarna Mayer s Hematoksilin selama 8 menit, kemudian dicuci kembali dengan air keran selama 30 detik. Setelah itu sediaan dimasukkan ke dalam larutan lithium karbonat selama 15-30 detik dan kembali dicuci dengan air keran atau akuades selama 2-3 menit. Selanjutnya sediaan diwarnai dengan pewarna eosin selama dua menit dan dicuci dalam air keran selama 30-60 detik.
34 Langkah selanjutnya adalah mencelup sediaan ke dalam larutan alkohol 95% sebanyak sepuluh kali, alkohol absolut I sebanyak sepuluh kali, alkohol absolut II selama dua menit, xylol I selama satu menit, dan xylol II selama dua menit. Setelah itu sediaan dikeringkan dan diberi perekat permount, lalu ditutup dengan kaca penutup dan disimpan selama beberapa menit sampai zat perekat mengering dan sediaan siap untuk diamati.
35 Lampiran 4 Analisis Perubahan Degenerasi Hidropis Pada Sel Hati. dh * perlakuan Dh perlakuan Mean N Std. Deviation kontrol 36.0500 60 12.49736 dosis 1x 41.4500 60 13.07012 dosis 5x 57.7000 60 12.57291 Total 45.0667 180 15.65323 Duncan Dh Subset perlakuan N 1 2 3 kontrol 60 36.0500 dosis 1x 60 41.4500 dosis 5x 60 57.7000 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 167.583.
36 Lampiran 5 Analisis Perubahan Apoptosis Pada Sel Hati. apoptosis * perlakuan apoptosis perlakuan Mean N Std. Deviation kontrol 25.1667 60 13.56862 dosis 1x 21.6667 60 7.74743 dosis 5x 12.1333 60 6.46887 Total 19.6556 180 11.16975 Duncan apoptosis Subset perlakuan N 1 2 3 dosis 5x 60 12.1333 dosis 1x 60 21.6667 kontrol 60 25.1667 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 94.077.
37 Lampiran 6 Analisis Sel Hati Normal. normal * perlakuan normal perlakuan Mean N Std. Deviation kontrol 38.7833 60 15.00406 dosis 1x 36.8833 60 12.67467 dosis 5x 30.1667 60 11.71724 Total 35.2778 180 13.64353 Duncan normal Subset perlakuan N 1 2 dosis 5x 60 30.1667 dosis 1x 60 36.8833 kontrol 60 38.7833 Sig. 1.000.443 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 183.017.