Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 FIKSASI JARINGAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

= 0,04 ml/ekor. = 0,001 mg/g BB

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS. Perhitungan dosis pembanding (Andriol)

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perhitungan dosis ekstrak etanol buah mengkudu (EEBM) (Morinda citrifolia)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Vili Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

KONVERSI DOSIS. Berat rerata hewan coba yang digunakan dalam penelitian = 22.5 gram. Dosis Asetosal = 30 mg/100 g tikus ( Wahjoedi, 1989)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

Lampiran Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN A HARGA NORMAL PARAMETER PATOLOGI KLINIK PADA HEWAN COBA TIKUS

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran A. Dokumentasi Gambar Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus Testis Mencit

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

No. Nama Alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat. Jelo Tech Mengeringkan daun pare Perkembangan inkubator Hewan. Pyrex Iwaki. - Menyaring ekstrak.

Lampiran 1. Deskriptif Statistik Kandungan Amilosa Tepung Singkong

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan pendekatan

BAB IV METODE PENELITIAN Waktu, Lokasi dan Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

LAMPIRAN 1 PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL BIJI PALA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan "Post test only control group design". Kelompok penelitian dibagi

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan. Marmot. Kelinci. 400 g. 1,5 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober Perlakuan

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Transkripsi:

LAMPIRAN 30

31 Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. Berat keseluruhan daging buah kepel yang masih basah:440 g, dan setelah dikeringkan diperoleh 60 g serbuk simplisia kering. Jadi rendemen kepel:60 g/440 g x 100% = 13.63% Dosis empiris konsumsi kepel pada manusia adalah 2 buah kepel dalam 2 hari. Jika diasumsikan berat kepel adalah 70 g/buah dan BB manusia 70 kg, maka konsumsi kepel pada manusia dalam dua hari adalah 140 g/70 kg. Konsumsi buah kepel dalam bentuk serbuk kering pada manusia adalah: 13.63/100 x 140 g= 19.08 g atau rata-rata 20 g serbuk kering. Faktor konversi dosis manusia ke mencit: 0.0026 (Laurence & Bacharach 1964), sehingga dosis konsumsi kepel normal (sama dengan dosis pada manusia) adalah: = 20 g x 0.0026 = 0.052 g/20g mencit = 52 mg/20 g mencit = 2.6 mg/g BB mencit (Dosis 1x) Dosis 5x= 2.6 mg/g BB x 5 = 13 mg/g BB.

32 Lampiran 2. Penghitungan Volume Pemberian Kepel. Dosis 1x = 2.6 mg/g BB Volume pemberian = (Dosis x BB)/Konsentrasi = (2.6 mg/g BB x 20 g)/10% = (2.6 mg/g x 20 g)/(10 g/100 ml) = (52 mg)/100 mg/ml = 0.5 ml Dosis 5x = 13 mg/g BB Volume pemberian = (Dosis x BB)/konsentrasi 0.5 ml= (13 mg/g x 20 g BB)/konsentrasi Konsentrasi = 260 mg/0.5 ml = 520 mg/ml Konsentrasi = 5.2 g/10ml 5.2 g serbuk buah dilarutkan ke dalam 10 ml akuades. Kepel tidak dapat tersuspensi dengan baik dalam akuades karena terlalu pekat sehingga untuk dosis 5x, konsentrasi yang digunakan sebesar 2.6 gr/10 ml, dan didapat volume pemberian sebesar 1 ml.

33 Lampiran 3. Pembuatan Sediaan Histopatologi dan Pewarnaan HE. Hati difiksasi dalam larutan Buffer Neutral Formalin 10% selama 3 hari. Hati yang sudah difiksasi dipotong-potong atau ditrimming dan dimasukkan kedalam tissue cassette. Selanjutnya jaringan didehidrasi dengan cara dimasukkan secara berturutturut ke dalam larutan alkohol 70%, 80%, 90% dan alkohol 95% selama 2 jam. Kemudian dehidrasi dilanjutkan ke dalam alkohol absolut I selama 2 jam, alkohol absolut II selama 2 jam, xylol I, xylol II dan xylol III masing-masing selama 40 menit, parafin I, parafin II, parafin III dan parafin IV masing-masing selama 30 menit dalam suhu 60 o C. Proses selanjutnya adalah embedding dimana jaringan dimasukkan ke dalam blok pencetak berisi parafin cair kemudian parafin cair ditambahkan lagi ke dalam blok pencetak hingga penuh dan ditunggu sampai seluruh parafin mengeras. Setelah paraffin mengeras blok paraffin dimasukkan ke dalam refrigerator dengan suhu sekitar 4-6 C. Proses pembuatan sediaan histopatologi dilanjutkan dengan pengirisan blok parafin menggunakan mikrotom dengan ketebalan 3-5 mµ. Kemudian potongan jaringan tersebut diletakkan di atas permukaan air hangat dengan suhu 45 C untuk menghilangkan lipatan-lipatan. Setelah itu potongan jaringan diangkat (mounting) dengan kaca objek yang sudah diulas dengan larutan albumin. Sediaan dikeringkan selama minimal 2 jam dalam inkubator bersuhu 58 C. Selanjutnya dilakukan pewarnaan HE, dengan mencelupkan sediaan ke dalam larutan-larutan dengan urutan sebagai berikut: larutan xylol I dan xylol II masingmasing selama dua menit, alkohol absolut selama 2 menit, alkohol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, kemudian dicuci dalam air keran atau akuades selama 1 menit, dilanjutkan dengan memasukkan sediaan ke dalam larutan pewarna Mayer s Hematoksilin selama 8 menit, kemudian dicuci kembali dengan air keran selama 30 detik. Setelah itu sediaan dimasukkan ke dalam larutan lithium karbonat selama 15-30 detik dan kembali dicuci dengan air keran atau akuades selama 2-3 menit. Selanjutnya sediaan diwarnai dengan pewarna eosin selama dua menit dan dicuci dalam air keran selama 30-60 detik.

34 Langkah selanjutnya adalah mencelup sediaan ke dalam larutan alkohol 95% sebanyak sepuluh kali, alkohol absolut I sebanyak sepuluh kali, alkohol absolut II selama dua menit, xylol I selama satu menit, dan xylol II selama dua menit. Setelah itu sediaan dikeringkan dan diberi perekat permount, lalu ditutup dengan kaca penutup dan disimpan selama beberapa menit sampai zat perekat mengering dan sediaan siap untuk diamati.

35 Lampiran 4 Analisis Perubahan Degenerasi Hidropis Pada Sel Hati. dh * perlakuan Dh perlakuan Mean N Std. Deviation kontrol 36.0500 60 12.49736 dosis 1x 41.4500 60 13.07012 dosis 5x 57.7000 60 12.57291 Total 45.0667 180 15.65323 Duncan Dh Subset perlakuan N 1 2 3 kontrol 60 36.0500 dosis 1x 60 41.4500 dosis 5x 60 57.7000 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 167.583.

36 Lampiran 5 Analisis Perubahan Apoptosis Pada Sel Hati. apoptosis * perlakuan apoptosis perlakuan Mean N Std. Deviation kontrol 25.1667 60 13.56862 dosis 1x 21.6667 60 7.74743 dosis 5x 12.1333 60 6.46887 Total 19.6556 180 11.16975 Duncan apoptosis Subset perlakuan N 1 2 3 dosis 5x 60 12.1333 dosis 1x 60 21.6667 kontrol 60 25.1667 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 94.077.

37 Lampiran 6 Analisis Sel Hati Normal. normal * perlakuan normal perlakuan Mean N Std. Deviation kontrol 38.7833 60 15.00406 dosis 1x 36.8833 60 12.67467 dosis 5x 30.1667 60 11.71724 Total 35.2778 180 13.64353 Duncan normal Subset perlakuan N 1 2 dosis 5x 60 30.1667 dosis 1x 60 36.8833 kontrol 60 38.7833 Sig. 1.000.443 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 183.017.