STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

dokumen-dokumen yang mirip
diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

JURNAL FISIKA Himpunan Fisika Indonesia

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PEMBUATAN KODE KOMPUTER UNTUK ANALISIS AWAL TERMOHIDROLIK SUBKANAL PENDINGIN REAKTOR LWR

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

Definisi PLTN. Komponen PLTN

ANALISIS PRODUKSI RADIOISOTOP 99 MO PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR 6 HARI BURN-UP DENGAN METODE KOMPUTASI

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

Peran Dunia Pendidikan Dalam Memajukan Teknologi PLTN di Indonesia

DESAIN INTI TERAS REAKTOR (CORE) X-Y DUA DIMENSI MODEL REAKTOR PWR UNTUK REAKTOR SCWR MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR THORIUM. (Skripsi)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

KEANEKARAGAMAN PREDATOR DAN PARASITOID HAMA MANGROVE DI KAWASAN RESTORASI TAMAN NASIONAL SEMBILANG SUMATERA SELATAN

Bab 2 Interaksi Neutron

Analisis Neutronik Teras RSG-Gas Berbahan Bakar Silisida

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

PERHITUNGAN PEMBAKARAN LENGKAP (BURN-UP) REAKTOR AIR SUPERKRITIS BAHAN BAKAR THORIUM MODEL PERANGKAT (ASSEMBLY) HEKSAGONAL MENGGUNAKAN SRAC.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

Makalah Fisika Modern. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O Very Richardina 1*, Wahyu Setia Budi 1 dan Tri Wulan Tjiptono 2 1 Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro, Semarang 2 Badan Tenaga Atom Nasional Yogyakarta * Korespondensi penulis, E-mail: veryrichardina@undip.ac.id Abstract Research about study of Pressurized Water Reactor (PWR) parameters using UO 2 as fuel materials with moderator of H 2 O and coolant of H 2 O for heterogeneous infinite cylinder design has realized. There is one of design to make nuclear reactor, it is a neutronic design. At neutronic design, first must calculations to determine group constants ( neutron cross section and the multiplication factor). The neutronic equations with one dimensional transport theory for annulus geometry can be solved with WIMSD5B codes. Numeric method that used was one dimensional homogenization cell methods. To archieve steady state or reactor, used enrichment of U 235 between 2% until 3,2% with variation 0,05%. From the result with cluster methods with 32 groups and 10 regions, steady states of reactor at enrichment of U 235 is 2,9% with effective multiplication factor (k eff ) = 1,006491. Keywords: PWR, reactor parameters, effective multiplication factor (k eff ), WIMSD5B Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang studi parameter reaktor PWR berbahan bakar UO 2 dengan moderator H 2 O dan pendingin H 2 O untuk desain reaktor heterogen berbentuk silinder tak berhingga. Terdapat salah satu desain untuk membuat reaktor nuklir, yaitu desain netronik. Pada desain netronik pertama kali harus menghitung konstanta group (tampang lintang neutron dan faktor perlipatan efektif neutron). Persamaan netronik dengan teori transport satu dimensi untuk geometri annulus dapat diselesaikan dengan paket program WIMSD5B. Metode numeris yang digunakan adalah metode homogenisasi sel satu dimensi. Untuk memperoleh kondisi kritis reaktor digunakan pengayaan fraksi U 235 sebesar 2% sampai dengan 3,2% dengan variasi 0,05%. Dari hasil penelitian dengan metode cluster dengan 32 grup dan 10 daerah diperoleh kondisi kritis reaktor pada pengayaan fraksi U 235 sebesar 2,9% dengan nilai k eff = 1,006491. Kata kunci: reaktor PWR, parameter reaktor, faktor multiplikasi efektif neutron (k eff ), WIMSD5B Pendahuluan Dewasa ini perkembangan nuklir semakin pesat dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya pendayagunaan teknologi nuklir dalam bidang energi yang saat ini sudah berkembang secara besarbesaran yaitu dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). PLTN merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Selain bersih, harga listriknya sangat murah dan tidak mencemari lingkungan[1]. Pada PLTN, tenaga yang dibangkitkan berasal dari salah satu reaksi inti yang terkenal dengan sebutan reaksi fisi[2]. Reaksi fisi merupakan reaksi yang terjadi pada inti berat dan akan meluruh atau pecah menjadi inti-inti ringan secara berantai[3]. Pada reaksi tersebut dilakukan dengan cara menembaki sasaran (inti-inti fisil) dengan memakai neutron, sehingga menghasilkan inti baru yang tidak stabil, 95

Very Richardina dkk Studi Parameter Reaktor untuk menjadi stabil inti-inti tersebut akan meluruh dengan memancarkan radiasi[4]. Salah satu reaktor fisi yang banyak dipakai di dunia adalah jenis PWR (Pressurized Water Reactor), pada PWR, air ringan digunakan sebagai pendingin dan medium pelambat neutron (moderator neutron). PWR menggunakan air yang bertekanan tinggi untuk mengambil panas dari reaktornya. Tekanan tinggi ini diperlukan agar dalam pemindahan panas dari teras reaktor air tersebut tidak mendidih. Pada PWR bahan bakar Uranium dioksida (UO 2 ) dalam bejana reaktor (reactor vessel) dipakai untuk memanaskan air pendingin primer bertekanan tinggi dengan alat pengendali tekanan (pressurizer) untuk mempertahankan tekananya. Di dalam sistem primer tidak diperbolehkan terjadi pendidihan, karena itu sistem dibuat bertekanan tinggi. Air pendingin primer selanjutnya dialirkan ke sistem pembangkit uap (steam generator) untuk memproses pertukaran panas dari sistem pendingin primer ke sistem pendingin sekunder, pertukaran panas ini menyebabkan air sistem pendingin sekunder mendidih dan menghasilkan uap yang selanjutnya dipakai untuk memutar turbin dan generator untuk menghasilkan tenaga listrik[5]. Pada umumnya bahan bakar yang digunakan reaktor jenis PWR adalah U 235 dengan tingkat pengayaan 2% sampai dengan 3% sebagai bahan bakar dalam bentuk persenyawaan Uranium dioksida (UO 2 ). Dengan latar belakang tersebut, maka perlu dipelajari parameter-parameter apa saja yang berkaitan dengan rancang bangun reaktor nuklir guna menghasilkan kondisi paling optimal dari kinerja reaktor nuklir. Salah satu parameter yang dapat ditentukan melalui paket program WIMSD5B adalah faktor penggandaan efektif neutron. Hal utama dari kebanyakan model perhitungan reaktor nuklir adalah perhitungan untuk menganalisis sifat neutronik di dalam teras reaktor. Perhitungan yang digunakan biasanya berdasarkan pemecahan persamaan transport dan difusi banyak kelompok untuk harga k eff dan fluks neutron, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan besarnya distribusi daya reactor. Persamaan Transport Neutron Jumlah neutron di dalam volume sembarang V dengan rentang energi antara E sampai E+dE, dan arah gerak dari sampai dapat dinyatakan dalam persamaan (1): Laju perubahan jumlah neutron terhadap waktu dinyatakan dalam persamaan 2: Persamaan (2) merupakan persamaan transport neutron yang relatif sulit penyelesaiannya, sehingga digunakan pendekatan yang paling sederhana terhadap teori transport disebut teori difusi. WIMSD5B merupakan salah satu paket program komputer yang berbasis persamaan transport neutron. Persamaan Difusi Neutron Persamaan difusi merupakan suatu bentuk pendekatan yang paling sederhana terhadap teori transport. Solusi dari persamaan difusi ini memberikan bentuk distribusi fluks neutron tehadap ruang dan selanjutnya dapat diperoleh bentuk distribusi daya yang bergantung pada ruang. Pada persamaan ini energi neutron diasumsikan memiliki grup-grup energi 96

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 sehingga persamaan ini disebut persamaan difusi multigrup. Persamaan keseimbangan jumlah neutron: Gambar 1. Persamaan keseimbangan jumlah Neutron[6]. Dengan indeks-g merupakan indeks grup 1,2,...g dimulai dari grup neutron yang mempunyai energi tertinggi sampai ke grup neutron dengan energi terendah. Tanda minus (-) menunjukkan jumlah neutron berkurang dan tanda plus (+) menunjukkan jumlah neutron yang bertambah. Konsep keseimbangan pada Gambar 2 secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: dengan suku sumber neutron, (3) (4) perubahan neutron yang hilang karena absorpsi maupun hamburan dapat digabung jadi suku removal yaitu dapat ditulis pada persamaan (5): (5) dalam keadaan tunak (steady state ) : (6) sehingga persamaan difusi multigroup dapat ditulis pada persamaan sebagai berikut, (7) Solusi untuk persamaan difusi dua grup masih bisa dilakukan secara analitik, tetapi untuk persamaan yang lebih dari dua grup diperlukan penyelesaian secara numerik. Faktor Multiplikasi Neutron Di dalam teras reaktor terjadi reaksi berantai yang mengakibatkan neutron dalam jumlah tertentu. Faktor multiplikasi k, dalam reaktor nuklir didefinisikan sebagai perbandingan jumlah neutron yang dihasilkan dalam suatu generasi dibagi dengan jumlah neutron yang dihasilkan pada generasi sebelumnya. Harga faktor multiplikasi tersebut dapat digunakan sebagai parameter suatu teras reaktor apakah dalam keadaan subkritis, kritis atau superkritis. Jika teras reaktor dianggap tak berhingga perubahan jumlah neutron akibat reaksi berantai biasa disebut dengan faktor multiplikasi tak hingga(k inf ) dan tidak memperhitungkan mengenai kebocoran reaktor. Faktor multiplikasi tak hingga (k inf ) juga biasa dikenal sebagai empat faktor formula dan dapat dituliskan pada persamaan (9)[7], (9) Dengan, : Faktor multiplikasi tak hingga : Faktor fisi cepat : Probabilitas tangkapan resonansi : Faktor pemanfaatan termal : Faktor reproduksi Jika kebocoran neutron diperhitungkan pada reaktor berhingga, maka faktor multiplikasi yang memperhitungkan kebocoran disebut faktor multiplikasi efektif (k eff ). Faktor multiplikasi efektif (k eff ) biasa disebut dengan faktor enam formula. Perhitungan faktor multiplikasi efektif (k eff ) adalah sebagai berikut, (10) Dengan adalah kemungkinan neutron cepat tidak bocor dan adalah kemungkinan neutron termal tidak bocor. 97

Very Richardina dkk Studi Parameter Reaktor Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencari parameter reaktor nuklir PWR berbahan bakar UO 2 dengan moderator H 2 O dan pendingin H 2 O untuk reaktor silinder tak hingga sampai dengan kondisi kritis reaktor yaitu nilai k eff = 1 dengan menggunakan paket program WIMSD5B sesuai dengan persamaan difusi multigroup dengan memvariasi jumlah pengayaan fraksi U 235 dalam bahan bakar sebesar 2% sampai dengan 3,2% dengan interval 0,05%. Metode yang digunakan adalah homogenisasi sel satu dimensi, diasumsikan sel memiliki panjang tak hingga dengan tinggi dan tebal sel tetap, serta memiliki geometri berbentuk annulus. Setiap sel merupakan representasi dari elemen-elemen penyusun teras reactor[8]. Dimensi yang digunakan dalam input program merupakan dimensi dari reaktor Almaraz II. Dimensi kritis dalam sel bahan bakar (fuel bundle) reaktor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Dimensi Kritis Sel Bahan Bakar (Fuel Bundle)[9] Parameter Reaktor Jejari Terluar (cm) Bahan Bakar (UO 2 ) 0.410713 Gas Gap (He) 0.418488 Kelongsong (Zr) 0.475669 Spacer Grid 0.477579 Moderator dan 1.992472 pendingin (H 2 O) Desain reaktor ditunjukkan pada Gambar 2. Fuel Gas Gap Cladding Spacer Grid Moderator r Gambar 2. Fuel Rod Unit Cell Geometry Model kinfinitif 1.2 keffektif 1.15 1.1 1.05 1 Nilai k 0.95 0.9 0.85 0.8 0.75 0.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3 3.1 3.2 Pengayaan Bahan Bakar (%) Gambar 3. Pengaruh pengayaan bahan bakar terhadap k inf dan k eff 98

Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 95-100 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan faktor multiplikasi dengan variasi pengayaan bahan bakar sebesar 2% sampai dengan 3,2% dengan menggunakan program WIMSD5B diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Reaktor dikatakan berada dalam kondisi kritis jika nilai k eff sama dengan 1.Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin besar jumlah pengayaan bahan bakar, maka nilai k inf dan k eff akan samakin besar pula. Hal ini disebabkan karena semakin besar jumlah pengayaan UO 2 akan menyebabkan semakin besar pula fraksi bahan bakar. Semakin besar fraksi bahan bakar maka semakin banyak pula fission product yang terbentuk. Berdasarkan persamaan (10), perubahan hanya karena perubahan pengayaan U 235. Peningkatan karena lebih sedikit U 238 pada reaktor membuat lebih banyak neutron yang diserap oleh U 235 dan menyebabkan fisi. Hal ini juga berarti bahwa laju absorbsi oleh bahan bakar akan bertambah sehingga jumlah neutron fisi yang dihasilkan juga akan bertambah dan nilai k inf dan k eff akan bertambah pula. Nilai k inf selalu lebih besar dari k eff, hal ini disebabkan karena untuk nilai k inf diasumsikan bahwa tidak ada kebocoran neutron pada reaktor. Sedangkan pada k eff sudah diperhitungkan adanya kebocoran neutron pada reaktor. Berdasarkan Gambar 3. terlihat bahwa nilai k inf sama dengan 1,003751 ketika bahan bakar diperkaya sebesar 2,65% dan kondisi paling optimum (kondisi kritis) reaktor diperoleh ketika nilai k eff sama dengan 1,006491, yaitu ketika bahan bakar diperkaya sebesar 2,9%. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi paling optimum (kondisi kritis) reaktor diperoleh ketika bahan bakar diperkaya sebesar 2.9% dengan nilai k eff sebesar 1,006491. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan analisis terhadap distribusi daya reaktor serta analisis termal hidrolik pada desain reaktor. Daftar Pustaka [1] Soenarmo. Nuklir, Pembangkit Listrik Nan Ekonomis. www.pikiranrakyat.com. [2] Suripto, Asmedi. 1985. Daur Bahan Bakar. Yogyakarta : BATAN [3] Soetjipto dan Mosik. 2004. Konsep Dasar Fisika Modern. Semarang: IKIP Semarang Press. [4] Wardhana, W.A. 1994. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset. [5] Batan, Pengenalan PLTN. www.batan.go.id. [6] Pramuditya, Syeilendra. 2007. Pengembangan Kode Komputer Terintegrasi untuk Studi Desain Awal PLTN Jenis PWR. Tesis Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung [7] Glasstone, S. 1952. The Element of Nuclear Reactor Theory. New York: D. Van Norstrand Company, Inc. [8] Kamajaya, K. dkk. 2004. Penentuan Konstanta Kelompok Reaktor Trga Mark II Bandung dengan Program WIMS. www.batan.go.id. [9] Fuzaeatun. 2007. Penentuan Distribusi Daya Reaktor PLTN dengan Bahan Bakar Dimuati Thorium, Skripsi S1 Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang. 99

Very Richardina dkk Studi Parameter Reaktor 100