PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Slamet Heri Winarno

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

S, 2015 KEMENARIKAN KAWASAN PERCANDIAN MUARAJAMBI SEBAGAI DESTINASI WISATA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kepariwisataan menjadi suatu industri yang populer karena manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata yaitu (1) meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik dalam bentuk jasa atau kemudahan-kemudahan yang diperlukan bagi wisatawan mancanegara yang hendak berkunjung ke-indonesia dan kemudahan bagi wisatawan nusantara dalam melakukan perjalanan untuk mengenali dan mencintai alam dan ragam budaya Indonesia; (2) mengambil langkah-langkah nyata guna mengoptimalkan akselerasi pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional dalam upaya menyejahterahkan masyarakat, membuka lapangan kerja, memberantas kemiskinan dan memeratakan pembangunan; (3) secara proaktif melakukan upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya untuk pembangunan kebudayaan dan pariwisata, dan (4) menggunakan tema Indonesia Ultimate in Diversity dalam setiap kegiatan promosi yang dilakukan di luar negeri dan tema "Kenali Negerimu Cintai Negerimu Ayo Tamasya Jelajahi Nusantara" dalam setiap kegiatan promosi di dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata dalam bentuk keindahan alam, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala. Daerah-daerah di Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang potensial untuk dikembangkan dalam kerangka kepariwisataan serta memiliki kemampuan untuk menjadi salah satu tujuan pariwisata dunia. Kekayaan alam berbasis bahari merupakan potensi yang tinggi untuk dikembangkan tanpa menghilangkan potensi yang ada di daratan seperti pegunungan, perbukitan, danau, dan sungai. Potensi kekayaan budaya juga patut diperhitungkan dalam mengembangkan suatu daerah sebagai tujuan utama. Keanekaragaman budaya dan kesenian telah dikenal masyarakat dunia, termasuk keterbukaan dan keramahan masyarakat, serta kekayaan kuliner dipercaya memberi andil besar bagi tumbuhnya minat wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu daerah. Selain dari

2 potensi alam dan budaya, keberadaan sarana dan prasarana kepariwisataan yang lengkap, aksesibilitas yang mudah dan kualitas pelayanan yang memadai mampu menjadi pendukung pengembangan daerah sebagai tujuan wisata. Keragaman obyek, daya tarik wisata dan kelengkapan sarana prasarana menjadi modal penting untuk menciptakan kegiatan pariwisata yang dapat memberikan efek positif terhadap pembangunan berskala nasional maupun lokal. Pariwisata di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembangunan, khususnya sebagai penghasil devisa negara di setelah sektor minyak dan gas. Adapun persentase kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Konstribusi pariwisata dalam perolehan devisa (dalam juta USD) No Sektor Perolehan Devisa (Juta USD) 2003 2004 1. Minyak dan Gas 12,290 15,590 2. Pariwisata 4,030 4,700 3. Garment 3,890 4,270 4. Industri Kayu Lapis 3,160 3,410 5. Industri Elektronik 3,120 3,230 Sumber : Biro Pusat Statistik, 2005. Secara ekonomi menurut Mill (1990) pariwisata menyumbang pengumpulan mata uang asing (devisa), meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja, dapat meningkatkan struktur perekonomian dan mendorong perkembangan usaha kecil. Sektor pariwisata memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian Indonesia, dimana pada tahun 2004 untuk nilai produk domestik bruto meningkat 16% dari tahun 2003. Peningkatan ini juga terjadi pada sektor pajak dan upah/gaji. Dampak dari pariwisata terhadap parameter ekonomi terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Dampak pariwisata terhadap parameter ekonomi nasional (rupiah) No. Dampak 2003 2004 1. PDB 99,240 Milyar 115,500 Milyar 2. Upah dan Gaji 29,310 Milyar 34,150 Milyar 3. Pajak 5,110 Milyar 5,950 Milyar Sumber : Biro Pusat Statistik, 2005.

3 Berdasarkan laporan akhir Studi Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional tahap II tahun 1996-1997 menyebutkan bahwa, Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah untuk pengembangan pariwisata dengan produk andalan adalah kawasan laut dan kawasan darat. Kawasan laut yang terkait adalah Kawasan Laut Siberut dan sekitarnya yang memiliki sektor unggulan perikanan dan pariwisata dengan orientasi adalah Kota Padang. Sementara kawasan darat yang terkait adalah Kota Bukit Tinggi, Padangpanjang, Payakumbuh, Batusangkar, dan Lubuk Sikaping. Kota-kota tersebut diatas memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan lokal (PPL) dalam struktur pelayanan nasional. Di Sumatera Barat, selain Bukittinggi yang terkenal dengan obyek wisata Jam Gadang-nya, obyek wisata yang tidak kalah menariknya dan menjadi salah satu tujuan wisatawan yang selalu dikunjungi yaitu keindahan alam dari danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Berdasarkan kondisi alamnya, Kabupaten Agam memiliki topografi yang bervariasi pada ketinggian antara 0 m (di Kec. Tanjung Mutiara) hingga 2.891 m (di Kec. Sungai Pua). Dengan kondisi geografis daerah yang merupakan perpaduan antara pantai, gunung, lembah dan danau, Kabupaten Agam sarat dengan puluhan tempat wisata alam dan bahari yang menawarkan pemandangan alam yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Kekayaan tempat-tempat bersejarah, budaya, kesenian rakyat dan aneka kerajinan rakyat yang merupakan atraksi wisata lainnya yang tak kalah menarik. Bedasarkan data Kabupaten Agam dalam angka tahun 2006 (BPS Kab. Agam, 2006), pariwisata di Kabupaten Agam pada saat ini memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan dan penerimaan daerah. Pada tahun 2006 diperoleh penerimaan daerah dari sektor ini sebesar Rp. 722 285 000.-. Untuk kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam, terjadi peningkatan wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara masing-masing sebesar 18 % dan 49 % pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan 5 % wisatawan lokal dan 19 % untuk wisatawan mancanegara. Dilihat dari total kunjungan untuk tahun 2004 dan 2005 terjadi peningkatan kunjungan masing-masing sebesar 25 % dan 9 %. Pada tahun 2006 terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam,

baik dari kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yaitu sebesar 15 %. Grafik kunjungan wisatawan tersebut terlihat pada Gambar 1. 4 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 7,535 13,423 11,264 9,896 18,356 21,646 22,734 20,973 2003 2004 2005 2006 - Wisatawan Mancanegara Wisatawan Lokal Gambar 1 Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam Tahun 2003-2006 Dalam pembangunan kepariwisataan masalah yang ditemui adalah mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata, kelangkaan sumberdaya, dan mengenai pemanfaatan yang sesuai dengan peruntukan dan kepemilikan. Hal ini berhubungan dengan upaya untuk menciptakan pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan (sustainable tourism development). Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) dalam Subadra (2007) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Ditinjau dari perpektif kepariwisataan sebagai sebagai salah satu sektor pembangunan, karakter keterkaitan antar sektor sangat tinggi. Keterkaitan antar sektor tersebut mencakup aspek makro, yaitu antara lain perencanaan, implementasi, dan pengawasan kebijakan, hingga aspek mikro yaitu perencanaan produk, atribut produk, pasar, kebijakan dan regulasi. Tatanan tersebut juga melibatkan dan menempatkan stakeholders kepariwisataan yang mencakup

5 masyarakat, pemerintah, pihak swasta dan wisatawan dalam posisi dan porsi yang berbeda. Tanpa pengelolaan yang tepat akan menimbulkan konflik dan tumpang tindih (overlap) dalam pelaksanaan kepariwisataan (Bahar, 2001). Pada saat ini di Kabupaten Agam, pembangunan kepariwisataan yang dilaksanakan masih mengalami kendala dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pengawasan dari obyek-obyek wisata yang ada. Hal ini terlihat di beberapa obyek wisata mengalami kerusakan-kerusakan, terutama pada sarana prasarana yang ada. Salah satu penyebabnya adalah menyebarnya obyek-obyek wisata tersebut dan belum adanya pengelompokan obyek-obyek wisata tersebut untuk memudahkan dalam pembangunan, pengelolaan dan pengawasannya. Oleh karena itu, untuk terlaksananya pembangunan pariwisata berkelanjutan dan terlaksananya percepatan pengembangan pariwisata di Kabupaten Agam maka diperlukan suatu strategi dan konsep pengembangan ruang pariwisata. Salah satu konsep yaitu dengan mengelompokan beberapa obyek wisata menjadi satu kesatuan yaitu Satuan Kawasan Wisata (SKW). SKW merupakan pengelompokan obyek-obyek wisata dalam satu kesatuan kawasan tujuan wisata berdasarkan kedekatan dan homogenitas atau kemiripan dari daya tarik obyek wisatanya. Konsep SKW ini lebih menguntungkan didalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Agam, antara lain: 1. Akan memudahkan kontrol/pengawasan pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata. 2. Memiliki faktor kedekatan jarak/akses antara satu obyek dengan obyek yang lain. 3. Pembangunan sarana prasarana relatif akan membutuhkan biaya investasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pengelompokan wisata yang tersebar. 4. Potensi pengembangan wilayah lebih besar, karena pengembangan obyekobyek wisata berada dalam kantong-kantong cluster. Perumusan Masalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional menyatakan pada pasal 11 ayat 1 menyebutkan bahwa kawasan pariwisata termasuk dalam kawasan budidaya

6 sedangkan yang dimaksud dengan kawasan pariwisata meliputi kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pada pasal 49 menyebutkan bahwa kriteria kawasan budidaya untuk kawasan pariwisata adalah : (1) kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan; (2) kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat memberikan manfaat: a) meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi; b) meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; c) tidak mengganggu fungsi lindung; d) tidak mengganggu upaya pelestarian sumber daya alam; e) meningkatkan pendapatan masyarakat; f) meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; g) meningkatkan kesempatan kerja; h) melestarikan budaya; dan i) meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan pasal 4 menyebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata terdiri atas wisata alam (flora dan fauna), museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Kabupaten Agam merupakan salah satu tujuan wisata di Propinsi Sumatera Barat. Pada daerah ini terdapat lebih kurang 94 obyek wisata yang tersebar di 14 kecamatan yang terdiri dari 3 jenis wisata yaitu wisata alam, wisata sejarah dan budaya, dan wisata minat khusus (Renstra Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Agam 2006-2010). Banyaknya obyek wisata yang ada teryata terdapat permasalahan yang harus mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Agam. Terutama belum adanya suatu acuan yang baku untuk penentuan prioritas pengelolaan, pengembangan dan pembangunan yang jelas dari pemerintah Kabupaten Agam terhadap obyek pariwisata yang mempunyai potensi tinggi. Permasalahan lain yang cukup mempengaruhi dalam pengembangan pariwisata juga dialami oleh Kabupaten Agam, yaitu faktor aksesibilitas ke beberapa lokasi wisata yang tidak bisa dilalui kendaraan, kurangnya sarana dan prasarana pendukung obyek wisata dan daya tarik dari obyek wisata itu sendiri.

7 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka timbul beberapa pertanyaan yaitu: 1. Bagaimana menilai keunggulan setiap obyek wisata dari sisi sumberdaya fisik dan kriteria yang dipakai untuk penilaian tersebut. 2. Bagaimana memetakan setiap lokasi wisata sehingga antar lokasi wisata dapat memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. 3. Bagaimana membuat suatu kawasan pariwisata yang bisa mendukung antara satu obyek wisata dengan obyek yang lainnya. Tujuan Penelitian 1. Menentukan dan memetakan obyek-obyek wisata aktual yang dapat dikembangkan berdasarkan kriteria yang ada. 2. Menyatukan obyek-obyek wisata menjadi beberapa Satuan Kawasan Wisata (SKW). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan beberapa manfaat, yaitu: 1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Agam sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam perencanaan pembangunan kepariwisataan. 2. Sebagai salah satu model, informasi dasar dan data dalam proses perencanaan dan pengembangan wisata. Ruang Lingkup Penelitian Dalam rangka penentuan kawasan wisata, terdapat dua permasalahan yang perlu dikaji yaitu: (1) obyek wisata yang bagaimana yang layak untuk dikembangkan, dan (2) pendekatan apa yang dilakukan untuk bisa meningkatkan pengembangan pariwisata dalam jangka panjang. Penelitian ini dalam pengambilan data primer (kuisioner) lebih menekankan kepada keinginan dan ketertarikan pengunjung/wisatawan (demand side) terhadap obyek wisata aktual atau obyek wisata yang sudah ada di Kabupaten Agam. Namun sesuai dengan tujuan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah menentukan dan memetakan obyek-obyek wisata aktual yang dapat dikembangkan dan

8 mengelompokkan obyek-obyek wisata tersebut menjadi beberapa Satuan Kawasan Wisata (SKW). Penentuan suatu kawasan wisata didasari oleh kemiripan daya tarik dan kedekatan obyek wisata yang ada. Pembentukan satuan kawasan wisata selain lebih efisien dalam proses pengembangan pariwisata juga akan memudahkan kontrol/pengawasan dan pemeliharaan obyek wisata.