Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2. Agustus 2011

Rina Indah Agustina ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DENGAN KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI DESA SUKOMULYO ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

HUBUNGAN PENGUNAAN INTERNET TERHADAP GAYA BERPACARAN REMAJA DI DESA SENDANGHARJO KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. Sugiarto*, Amirul Amalia**

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

69 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : titiek sadi@yahoo.co.id ABSTRAK Ada berbagai bentuk sosialisasi, salah satu diantaranya adalah pacaran, berbagai gaya pacaran mereka lampiaskan dengan berbagai cara, salah satunya adalah perilaku seksual yang sering disalahgunakan oleh para remaja dalam berpacaran. Banyak para remaja yang melakukan hubungan seksual mulai dari berpelukan, berciuman, melakukan petting, hingga mengeluarkan bujuk rayuan agar mau berhubungan seksual. Hal ini mereka lakukan disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja tentang pacaran yang sehat terutama mengenai perilaku seksual. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMA Teuku Umar Kota Semarang. Penelitian ini termasuk Penelitian remaja dengan rancangan cross sectional dan termasuk Penelitian korelasi. Populasi Penelitian adalah seluruh siswa SMA Teuku Umar kelas XII sebanyak 107 orang. Sedangkan jumlah sampel 52 orang, sampel yang diambil secara purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Sedangkan Analisa data yang digunakan adalah analisa data secara univariat dan bivariat. Pada analisis univariat variabel didistribusikan dengan masing-masing proporsi sedangkan pada analisis bivariat di gunalam akan uji chi square (X 2 ) dengan menggunakan kuesioner. Hasil dari Penelitian tingkat pengetahuan remaja tentang pacaran yang sehat di SMA Teuku Umar kota Semarang didapakan yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 23 (44,2%) responden, dan perilaku seksual yang termasuk kategori sikap positif sebanyak 30 (57,7%) responden. Jadi, dengan demikian ada hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja siswa SMA Teuku Umar kota Semarang. Dengan nilai p value 0,000 dimana p value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja yaitu perlu meningkatkan pengetahuan dan informasi akibat seks bebas, sehingga para remaja dapat lebih memahami akibat dari perbuatan seks bebas tersebut dan para remaja dapat menjaga diri dalam bergaul. Dan bagi orang tua diharapkan memberikan pantauan dan bimbingan pada anaknya agar tidak terjerumus dalam perilaku seks bebas Kata kunci : Tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat, perilaku seks bebas, remaja. 1

PENDAHULUAN Masa puber adalah bagian dari masa remaja, sebab masa remaja diawali dengan pubertas. Ketika seorang anak telah mengalami pubertas maka ia dianggap sudah memasuki masa remaja mereka. Masa remaja sendiri yaitu masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanak-kanak menuju dunia orang dewasa (Depkes RI, 2005). Dalam kehidupan, kita pasti melakukan sosialisasi dengan orang lain. Kita tidak bisa hidup tanpa sosialisasi dengan orang lain, ada berbagai bentuk sosialisasi salah satunya adalah pacaran. Pacaran sendiri merupakan salah satu pilihan dalam kehidupan remaja (PKBI,1999). Pada usia remaja ini dapat dikatakan matang secara seksual namun secara emosional belum stabil dan dapat dengan mudah terombang-ambing oleh berbagai macam hal mulai dari mencari jatidiri dan bersosialisasi, sering dikatakan bahwa remaja merupakan masa yang penuh dengan konflik, dan pertentangan, yang bergelora dan ada yang mengatakan seperti masa badai dan topan (Willopo, 2008). Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik ( BPS ) kota Semarang tahun 2008, jumlah data remaja di Indonesia pada tahun 2008 mencapai sekitar 64 juta jiwa, sedang di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah remaja 4.824.307 jiwa dan di Wilayah Kota Semarang dengan jumlah 255.681 jiwa. Sekitar 15 persen remaja di Indonesia, menurut data hasil sebuah penelitian yang diungkapkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat tahun 2006, diketahui telah melakukan hubungan seks diluar nikah (pra -nikah) (Herdi Mansyah, 2006). Maka dari itu dilakukan penelitian di salah satu SMA di Kota Semarang dengan mengambil tempat di SMA Teuku Umar dan telah didapatkan data jumlah siswa dan siswi 2

kelas XII yaitu jumlah laki-laki 87 siswa (64%) dan perempuan 20 siswi (36%). Berdasarkan usia rentang 16-18 tahun dengan jumlah 90 siswa (89%), dan usia 19-21 tahun dengan jumlah 17 siswa (11%). SMA Teuku Umar merupakan salah satu SMA swasta di Kota Semarang terletak di Jalan Karangrejo Tengah. Menurut keterangan guru Bimbingan Konseling bahwa secara formal diajarkan pendidikan seksual melalui salah satu mata pelajaran yaitu agama dan biologi. Berdasarkan data di SMA, pada tahun 2007-2008 telah mengeluarkan 5 orang siswinya secara berturut-turut karena mengalami hamil diluar nikah. Oleh karena itu dilakukan survey awal melalui wawancara dengan kuesioner dan hasilnya menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang mengetahui pemahaman tentang pacaran yang sehat. Dari hasil sampel 15 siswa dan siswi didapatkan hasil 5 orang (33,3%) pernah melakukan cium bibir, 4 orang (26,67%) melakukan cium leher, 3 orang (20%) pernah melakukan petting atau bercumbu sampai menempelkan alat kelamin dan hampir menjurus ke senggama, 2 orang (13,3%) hanya berpegangan tangan, dan hanya 1 oran g (6,67%) siswa yang mengakui pernah melakukan senggama, mereka melakukan perilaku tersebut paling banyak di rumah ketika sedang sepi. Hal ini mereka lakukan atas dasar suka sama suka. Keterangan yang diperoleh bahwa sebagian siswa dan siswi di SMA tersebut yang berpacaran melakukan, aktifitas seperti di atas. Dan yang paling banyak mereka lakukan adalah perilaku cium bibir dan cium leher, karena resiko terbesar dari perilaku tersebut adalah terjadinya hubungan seksual sebelum menikah. Kesimpulan yang didapat bahwa siswa dan siswi SMA Teuku Umar belum mengetahui tentang arti dari mereka berpacaran, sehingga sebagian dari mereka melakukan aktifitas seperti di atas. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian, Hubungan tingkat 3

pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMA Teuku Umar Kota Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Menurut Notoatmodjo, 2005 rancangan cross sectional yaitu pengukuran variabelnya dilakukan satu kali dalam periode yang sama. Didalam penelitian ini variabel independen yaitu (tingkat pengetahuan remaja tentang pacaran yang sehat) dan variabel dependen (perilaku seks bebas pada remaja).jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas XII SMA Teuku Umar kota Semarang yang berjumlah 107 orang dan sampel dalam penelitian ini 52 orang yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 26 orang perempuan. Sampling yang digunakan adalah purposive sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Univariat 1. Umur Dari hasil penelitian yang dilakukan sebagian besar respoden berumur antara 17 tahun sebanyak 26 (50,0%). Tabel 1 Distribusi frekuensi umur siswa kelas XII SMA Teuku Umar Kota Semarang Umur Jumlah % 16 tahun 19 36,5 17 tahun 26 50,0 18 tahun 7 13,5 Total 52 100 4

Masa remaja adalah mencakup semua periode atas masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja dibagi menjadi tiga yaitu masa remaja awal (umur 12 14 tahun), masa remaja menengah (umur 14 17 tahun) dan masa remaja akhir (umur 17 19 tahun). Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden berumur 17 tahun sebanyak 50%. Kategori masa remaja menengah menurut Partiwi (2006) adalah k elembutan dan ketakutan terhadap lawan jenis, kekhawatiran tentang daya tarik seksual dan sering berganti-ganti hubungan. Dengan umur 17 tahun tersebut remaja mulai mencari jati diri sehingga kadang-kadang terjerumus dalam perilaku seks bebas. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki para remaja tentang akibat perilaku seks bebas akan menjadikan memiliki kecenderungan pada perilaku seks bebas. Karena menurut Notoatmodjo (2003) bahwa umur sangat mempengaruhi pengetahuan karena semakin tua umur seseorang maka perilaku perkembangan mentalnya bertambah baik. 2. Tingkat Pengetahuan Dari hasil penelitian yang dilakukan sebagian besar respoden memiliki tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat termasuk kategori baik sebanyak 23 (44,2%) responden. Tabel 2. Distribusi tingkat pengetahuan siswa kelas XII SMA Teuku Umar Kota Semarang Tingkat Pengetahuan Jumlah % Kurang 12 23,1 Cukup 17 32,7 Baik 23 44,2 Total 52 100 5

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tersebut. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dengan tingkat pengetahuan yang baik tentunya tindakan yang dilakukannya berbeda dengan orang dengan tingkat pengetahuan yang kurang atau cukup. Karena dengan tingkat pengetahuan yang baik seseorang akan selalu mengambil sisi positif dan negatif dari hal-hal yang dilakukannya. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 23 (44,2%) responden. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pacaran yang sehat telah dipahami siswa dengan baik. Pengetahuan tentang pacaran yang sehat dapat diperoleh lewat berbagai mass media yang mengungkap tentang reproduksi sehat, dimana dalam materi-materi tentang reproduksi sehat bagi remaja mengupas tentang pacaran yang sehat. Hasil ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa informasi tentang pacaran yang sehat dapat diperoleh lewat televisi, radio, koran dan sebagainya. Disamping itu pengetahuan tentang pacaran yang sehat juga dapat diperoleh bagi bagian guru bimbingan dan konseling, dimana dari materi-materi yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling mengungkap tentang pacaran yang sehat, akibat-akibat yang ditimbulkan akibat pacarabn yang kurang baik seperti terjadinga kehamilan, tertularnya penyakit dan lain-lain. Disamping itu factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang pacaran yang sehat menurut Notoatmodjo (2003) berasal dari umur, intelegensi, lingkungan, social budaya, pendidikan, informasi, pengalaman 6

3. Perilaku seks Bebas Dari hasil penelitian yang dilakukan sebagian besar respoden dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 30 (57,7%) responden. Tabel 3 Distribusi frekuensi perilaku seks bebas siswa kelas XII SMA Teuku umar Kota Semarang Perilaku Jumlah % Kurang 22 42,3 Baik 30 57,7 Total 52 100 Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku seks bebas adalah bersetubuh yang dilakukan melalui beberapa tahan yaitu kissing (berciuman), necking (cium leher), petting ( seks dalam dan menghindari kehamilan) intercourse (penetrasi penih ke dalam vagina). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku seas remaja sebagian besar termasuk dalam kategori baik sebanyak 30 (57,7%) responden. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar remaja dengan perilaku seks bebas yang baik. Perilaku seks bebas yang baik tersebut dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik keluarga maupun lingkungan pergaulan. Dengan lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan yang baik akan mengakibatkan perilaku seks bebas yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2003) bahwa perilaku seks bebas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya kurangnya menghayati ajaran agama, factor lingkungan keluarga dan pergaulan, 7

pengawasan masyarakat semakin menurun, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang, penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih, adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita. 4. Hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMA Teuku Umar kota Semarang Tingkat Perilaku Seks bebas Total Pengetahuan Kurang Baik n % n % n % Kurang 12 100 0 0,0 12 100,0 cukup 7 41,2 10 58,8 17 100,0 Baik 3 13,0 20 87,0 23 100,0 Total 22 42,3 30 57,7 52 100.0 Chi square = 24,442, p value = 0,000 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Teuku Umar kota Semarang mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja. Hal ini didasarkan pada hasil uji chi square yang diperoleh ρ value 0,000 (ρ < 0,05). Pada responden dengan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat yang termasuk dalam kategori baik memiliki kecenderungan pada perilaku seks bebas yang baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan seseorang dalam hal pacaran yang sehat berhubungan dengan perilaku yang dilakukan. Karena dengan pengetahuan yang baik tersebut responden lebih mengetahui akibat yang diderita apabila melakukan seks bebas. Dimana akibat seks bebas bagi remaja adalah pada remaja pria tidak perjaka dan remaja putri tidak perawan, menambah resiko tertular penyakit menular seksual (PMS), remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, trauma kejiwaan 8

(depresi, rasa berdosa, hilang harapan masa depan), kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan kerja.(sarwono, 2003). Sedangkan pada responden dengan tingkat pengetahuan kurang memiliki kecenderungan pada perilaku seks bebas yang kurang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang akibat perilaku seks bebas, pengaruh kemajuan teknologi informasi yang banyak menayangkan situs-situs porno di internet sehingga menjadikan para remaja memiliki keinginan untuk mencobanya. Dapat pula disebabkan oleh faktor lingkungan pergaulan remaja yang kurang baik sehingga para remaja memiliki kecenderungan pada perilaku seks bebas yang kurang baik. SIMPULAN Pada penelitian yang dilakukan di SMA Teuku Umar kota Semarang mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja, didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden dengan umur 17 tahun sebanyak 26 (50,0%) responden 2. Sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat termasuk dalam kategori baik sebanyak 23 (44,2%) responden. 3. Sebagian besar responden dengan perilaku seks bebas yang baik sebanyak 30 (57,7%) responden. 4. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang pacaran yang sehat dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMA Teuku Umar kota Semarang dengan p value sebesar 0,000. 9

KEPUSTAKAAN Alimul, H. 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan ilmiah. Salemba Medika, Bandung. Al Mighwar Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Pustaka Setia, Bandung. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. PT Asdi Mahasatya, Jakarta. Basri, H. 2004. Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan Solusinya. Mitra Pustaka, Jakarta. Charles, D dan Amy, G. 2006. Bicara soal Cinta, Pacaran, dan Seks. Erlangga, Jakarta. Gilbert, P dan Nash, B. 2006. Panduan Kesehatan Seksual. Prestasi Pustaka, Jakarta. Nanang, M.1999. Perkembangan Seksualitas Remaja. UNFPA, Bandung. Marty Klein.1999. Tanya Jawab Paling Lengkap Tentang Seks. Mitra Utama, Jakarta. Monks, F.J. 2006. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Pardede. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Dekes RI,. Jakarta. Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Tugu Publisher, Yogyakarta. Sarlito, W. 2005. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada, Jakarta.. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Wenita. 2004. Ketika Anak Remaja. PT Gramedia, Jakarta. Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 10