BAB I PENDAHULUAN. dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah.

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

DISPARITAS PRASARANA SMA ANTAR PROVINSI DI INDONESIA. Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1 Selaras

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

karena merupakan modal awal yang harus dimiliki sehingga seyogyanya 1 Herlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium

BAB II KAJIAN TEORI. dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah


PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. utuh. Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 41 Tahun 2014 Seri E Nomor 32 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan sarat perkembangannya, sehingga perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM BIDANG SARANA DAN PRASARANA DI SD MUHAMMADIYAH 1 KESAMBEN BLITAR SKRIPSI

Penilaian potensi kepemimpinan. kepala sekolah. Suryanto Kepala Lembaga Pengembangan pembelajaran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

.' 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan;

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

STANDAR LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui kualitas pendidikan di era sekarang ini memperoleh prioritas dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkembang, karena pembangunan hanya dipersiapkan melalui

NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

ALIKOTA YO GYAKARTYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2017

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup

BAB II DESKRIPSI PROYEK. 2. Lokasi : Jalan Patuha Bandung. : Perumahan penduduk. : Bangunan kantor, perumahan. : Bangunan kantor, hotel, pabrik kue

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Pustaka Amani, 2005), hlm Redaksi Citra Umbara, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas &

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR : % TAHUN 2017

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 (Studi Multi Situs di SDN Dinoyo 2 Malang dan SDN Madyopuro 1 Malang)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kepala sekolah yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan tugas pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

PENGARUH STANDARISASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SDN 006 KECAMATAN SANGASANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEDANYANG KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sejahtera lahir dan batin. Semua itu diperoleh dengan menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses belajar sepanjang hidup manusia, sejak lahir hingga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang masalah yang menjadi dasar diadakannya suatu kegiatan. Oleh karena itu, latar belakang menguraikan dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan tujuan pendidikan dirumuskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut dapat diperoleh melalui sekolah, karena disekolah peserta didik dibekali pengetahuan yang tidak diperoleh diluar. Sekolah mempunyai manajemen untuk mengatur pelaksanaan peningkatan mutu sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah dijamin oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, prinsip 1

2 Manajemen Berbasis Sekolah secara tegas dinyatakan dalam UU Nomor 20/2003 sebagai prinsip dalam pengelolaan pendidikan baik untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Manajemen sangat penting untuk peningkatan mutu sekolah karena tidak mungkin tanpa manajemen yang baik tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku disekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efisien. Kerangka inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya manajemen berbasis sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggungjawabkan, mengatur, serta memimpin sumber-sumber daya insani serta barang-baranguntuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah. Manajemen berbasis sekolah juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Untuk itu, perlu dipahami fungsi-fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Dalam prakteknya keempat fungsi tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan (Mulyasa, 2012:20). Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang ditunjukkan dengan pernyataan

3 politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro (Mulyasa, 2012:11). Manajemen berbasis sekolah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu sekolah dan memudahkan dalam proses belajar mengajar peserta didik. Ada 8 bidangdalam MBS yaitu bidang Kepegawaian, Sarana dan prasarana, Kurikulum, Kesiswaan, Keuangan, Penilaian, Hubungan Masyarakat, danwaktu.faktor penting untuk menjalankan MBS di sekolah salah satunya adalah bidang Sarana dan Prasarana.Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sarana pendidikan, yaitu perlengkapan yang secara langsung dipergunakan untuk proses pendidikan (Minarti, 2012:252). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (PERMENDIKNAS) Nomor 24 Tahun 2007, Tentang : Standart Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana seperti, Ruang Kelas, Ruang Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang Pimpinan, Ruang

4 Guru, Tempat Beribadah, Ruang UKS, Toilet, Gudang, Ruang Sirkulasi, dan Tempat Bermain/Berolahraga. Salah satu faktor yang penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah sarana dan prasarana. Didalam proses pendidikan dan pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya fasilitas yang mendukung, salah satunya yaitu sarana dan prasarana sekolah. Kenyataan di lapangan, ditemukan fakta yang berbeda dari yang diharapkan,saat dilakukan observasi awal pada SD Muhammadiyah 1 Kesamben Kabupaten Blitar, diketahui bahwa disekolah tersebut masih belum mempunyai sarana dan prasarana yang mendukung disebabkan sekolah tersebut tergolong sekolah baru. Dikatakan sekolah tersebut masih tergolong sekolah baru karena dibuka dan diresmikan pada tahun 2010. Ruang kelas yang dimiliki sekolah tersebut masih terbatas dan siswanya hanya terdiri dari kelas 1 hingga kelas 4 pada tahun ini. Fasilitas yang dimiliki sekolah juga masih terbatas untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Belum mempunyai perpustakaan, lapangan dan halaman sekolah masih berupa tanah, ruang kelas kurang, dan tidak adanya ruang aula sekolah. Usaha yang dilakukan untuk melengkapi fasilitas/sarana dan prasarana pada sekolah terus dilakukan, dan karena usaha itu sekarang sekolah tersebut sudah mempunyai fasilitas/sarana dan prasarana yang cukup lengkap dari sebelumnya. Adanya perpustakaan, penambahan ruang kelas, hingga 2 unit mobil antar jemput sudah tersedia bagi siswa. Berdasarkan dari permasalahan yang ada pada sekolah, maka diangkat judul skripsi tentang Analisis Penerapan Manajemen

5 Berbasis Sekolah (MBS) dalam Bidang Sarana dan Prasarana di SD Muhammadiyah 1 Kesamben Blitar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dibidang sarana dan prasarana di SD Muhammadiyah 1 Kesamben Blitar? 2. Apakah faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dibidang sarana dan prasarana di SD Muhammadiyah 1 Kesamben Blitar? 3. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi hambatan yang dihadapi sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dibidang sarana dan prasarana di SD Muhammadiyah 1 Kesamben Blitar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yakni sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dibidang sarana dan prasarana. 2. Menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi sekolah dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dibidang sarana dan prasarana.

6 3. Menjelaskan solusi dari hambatan yang dihadapi dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dibidang sarana dan prasarana. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Teoretis Secara teoretis diharapkan dapat menambah pengetahuan karya ilmiah pada bidang Sarana dan Prasarana terutama pada tingkat sekolah dasar. Dapat menjadi bahan referensi pada mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), juga sebagai bahan referensi bagi para peneliti-peneliti yang akan melaksanakan penelitian serupa di masa yang akan datang. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Skripsi dan menyelesaikan program studi S1 PGSD di Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Praktis Secara praktis dapat memberikan beberapa manfaat yang diberikan kepada beberapa pihak, antara lain: a. Bagi Peneliti 1) Mengetahui secara nyata kondisi sarana dan prasarana sekolah sekaligus dapat menambah pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dikemudian hari.

7 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan motivasi dalam melaksanakan kebijakan pengembangan sarana dan prasarana dalam kaitannya dengan penerapan MBS di sekolah. b. Bagi Sekolah 1) Sebagai sumber penunjang dalam proses pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Kesamben Kabupaten Blitar. 2) Dapat menjadi gambaran dan masukan guna mempersiapkan dan berbenah diri dalam rangka optimalisasi Manajemen Berbasis Sekolah khususnya pengembangan sarana dan prasarana. c. Bagi Dinas/Instansi Terkait 1) Dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sarana dan prasarana. E. Definisi Istilah Menghindari penafsiran yang keliru terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan definisi sebagai berikut : 1. Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu program pemerintah berkaitan dengan adanya asas desentralisasi maka muncullah otonomi pendidikan. Dimana sekolah diberikan kewenangan untuk mengelola sekolahnya sendiri tanpa

8 meninggalkan kebijakan-kebijakan strategis yang ditetapkan oleh pemerintah pusat (Minarti, 2012:52). 2. Sarana dan Prasarana Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2012:49).