BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di berbagai bidang telah memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN. lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya perkembangan teknologi dan globalisasi budaya memberikan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak yang positif maupun negatif. Perubahan lingkungan, gaya hidup dan perilaku masyarakat Indonesia khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan pengaruh bagi kesehatan masyarakat khususnya pada peningkatan kejadian penyakit degeneratif, misalnya dislipidemia yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner (Lesmana, 2008). Profil lipid darah dimana terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL dan penurunan kadar kolesterol HDL merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (NCEP ATP III, 2002). Pada konferensi konsesus, The European Atherosklerosis Society (EAS) telah menetapkan bahwa dislipidemia menempati posisi pertama sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK). Risiko PJK meningkat secara progresif dengan meningkatnya kadar kolesterol dan LDL serum, sebaliknya risiko tersebut berkurang 2% pada setiap penurunan 1% kolesterol serum. Konsentrasi HDL kolesterol yang rendah (< 35 mg/dl) juga merupakan faktor risiko, tetapi konsentrasi HDL kolesterol yang tiggi memiliki efek protetktif terhadap penyakit jantung koroner (Kalim, 1997). Studi-studi prospektif jangka panjang mengungkapkan bahwa peningkatan kadar serum kolesterol pada usia dewasa muda dapat menjadi prediktor terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada usia dewasa 1

2 menengah. NCEP menyarankan bahwa sebaiknya pemeriksaan kadar lipid dan lipoprotein darah dimulai pada usia 20 tahun, karena diharapkan pada usia ini, beberapa faktor risiko penyakit yang muncul pada tahap awal dapat dideteksi lebih dini sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan primer(ncep ATP III, 2002). Neuhouser et al (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa 42 % responden dengan penyakit diabetes, kardiovaskular, dislipidemia, atau hipertensi ternyata memiliki pola makan serta aktivitas fisik yang buruk. Aktivitas fisik yang buruk yaitu pola kehidupan sehari-hari yang cenderung tidak melakukan gerakan gerakan otot. Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian MONICA (Monitoring trends and determinants of Cardiovascular Disease) di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria. Dibeberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl (Anwar, 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kamso et al (2004) terhadap 656 responden di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang) didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol 240 mg/dl) pada orang berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan Jakarta ( 56%), diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada pria (47%). Dari keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut

3 ditemukan prevalensi dislipidemia terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%) dibandingkan pada rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun (52,6%) (Craig, 2010). Hasil studi kohort yang dilakukan oleh Skoumas et al (2003). pada subyek dengan rentang usia 18-86 tahun, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar kolesterol HDL wanita, tetapi tidak demikian untuk kadar kolesterol LDL. Penurunan kadar kolesterol LDL lebih disebabkan oleh adanya penurunan IMT sebagai dampak dari melakukan aktivitas fisik. Tingginya konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta rendahnya konsumsi serat juga menjadi faktor terjadinya dislipidemia. Tingginya asupan karbohidrat terutama karbohidrat sederhana akan meningkatkan risiko terjadinya dislipidemia. Kelebihan glukosa dari hasil asupan karbohidrat sederhana yang tinggi akan dikonversi menjadi asam lemak dan trigliserida terutama oleh hati dan jaringan lemak. Asupan protein akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh sebagai trigliserida yang lama-kelamaan akan menyebabkan kegemukan. Lemak jenuh adalah salah satu lemak terbanyak yang terkandung dalam makanan terutama makanan yang berasal dari hewani dan minyak kelapa sawit. Lemak jenuh berisiko tinggi dalam menaikkan kadar kolesterol darah lebih dari jenis makanan lainnya (Ginting, 2011) Kebiasaan merokok berdampak buruk terhadap kesehatan, diketahui dari banyaknya penyakit yang terbukti timbul karena kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok, tetapi juga orang-orang disekitarnya (Tandra, 2006). Merokok merupakan faktor risiko dislipidemia karena dapat menurunkan kadar kolesterol HDL maupun melalui mekanisme yang lain yaitu

4 akibat terjadinya peningkatan oksidasi kolesterol HDL yang menyebabkan rusaknya struktur partikel. Dari hasil penelitian Lipid Research Clinics Follow up, HDL menurun sebanyak 5-9 mg/dl pada perokok. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi dislipidemia yaitu adanya keadaan yang tidak normal pada salah satu atau lebih profil lipid. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah ada hubunganfaktor faktor risiko seperti aktivitas fisik, pola makan dan kebiasaan merokokdengankejadian dislipidemia pada PNS UGM yang medical check-up di GMC Health Center. Berbagai upaya terus dilakukan supaya pegawai UGM dapat bekerja dengan optimal salah satunya adalah dengan fasilitas Medical Check-Up yang dilakukan setiap tahun. Program medical check-up setiap tahun secara gratis diberikan kepada pegawai UGM baik edukatif maupun non edukatif yang menginjak usia 40 tahun keatas. Penelitian ini akan dilaksanakan pada pegawai UGM yang melakukan Medical Check-Up di GMC Health Center. Berdasarkan grafik hasil medical check-up pada pegawai non edukatif pada tahun 2013, dari total 1240 peserta yang menjalani medical checkupdiperoleh jumlah peserta yang memiliki kadar kolesterol total pada kategori waspada sebanyak 438 dan kategori bahaya sebanyak 8 orang, jumlah peserta yang memiliki kadar trigliserid dalam kategori waspada sebanyak 274 orang, dan kategori bahaya sebanyak 19 orang, serta jumlah peserta dengan kadar HDL dalam kategori waspada sebanyak 9 orang. Sedangkan untuk kadar LDL, terdapat karyawan yang memiliki kategori waspada sebanyak 14 orang. Berdasarkan grafik hasil medicalcheck-up pada pegawai edukatif tahun 2013, diketahui dari total 946 peserta seluruh peserta berada dalam kategori baik untuk

5 hasil pemeriksaan HDL, sedangkan untuk pemeriksaan LDL terdapat 7 peserta dalam kategori waspada. Untuk pemeriksaan kadar kolesterol total sebanya 377 peserta berada dalam kategori waspada dan 2 peserta dalam kategori bahaya. Untuk pemeriksaan trigliserid terdapat 205 peserta dalam kategori waspada dan 13 peserta dalam kategori bahaya (Rekam medis GMC, 2013). Penelitian akan dilakukan di GMC Health Center, yang merupakan klinik kesehatan milik UGM yang menyediakan berbagai macam fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, dosen, maupun karyawan ugm. Penelitian dilakukan ditempat ini agar peneliti mudah mendapatkan data kesehatan karyawan UGM.

6 B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dislipidemia pada pegawai UGM yang Medical Check-Up di GMC Health Center? 2. Apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian dislipidemia pada pegawai UGM yang yang Medical Check-Up di GMC Health Center? 3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian dislipidemia pada pegawai UGM yang Medical Check-Up di GMC Health Center? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antaraaktivitas fisik, pola makan, dan kebiasaan merokok antara penyandang dislipidemia dengan non dislipidemia pada PNS UGM yang melakukan MedicalCheck-Up di GMC Health Center 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dislipidemia pada pegawai UGM b. Mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian disllipidemia pada pegawai UGM c. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian dislipidemia pada pegawai UGM

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas dalam penelitian ilmiah tentang perbedaan antara aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan pola makan terhadap penyandang dislipidemia dan non dislipidemia sehingga dapat menerapkannya di kemudian hari untuk mewujudkan pengabdian yang tulus dalam masyarakat. 2. Bagi Instansi terkait Penelitian ini diharapkan berguna bagi para ahli gizi, dokter dan petugas kesehatan lainnya untuk mengantisipasi meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada masyarakat khususnya pegawai UGM yang diakibatkan oleh dislipidemia sehingga usaha peningkatan mutu kesehatan SDM dapat tercapai. 3. Bagi sasaran/ responden Memberikan informasi mengenai perbedaan aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan pola makan antara penyandang dislipidemia dan non dislipidemia. 4. Bagi pembaca/ peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lanjutan E. Keaslian Penelitian 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Lipid Pasien Dislipidemia di Poliklinik Gizi RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta: Rahmawati, T (2006)

8 Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan crossectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah faktor-faktor asupan lemak dan lemak tak jenuh, asupan kolesterol, status gizi, frekuensi dan durasi latihan jasmani, jumlah batang rokok/hari dapat mempengaruhi kadar lipid pada pasien dislipidemia. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa asupan lemak dan lemak tak jenuh tidak mempengaruhi kadar lipid. Asupan kolesterol tidak mempengaruhi kadar kolesterol total, trigliserida dan kadar HDL, tetapi berpengaruh terhadap kadar LDL. Status gizi tidak mempengaruhi kadar kolesterol total, trigliserida dan kadar LDL, tetapi berpengaruh terhadap kadar HDL. Frekuensi latihan jasmani tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol total, trigliseridan dan kadar LDL, tetapi berpengaruh terhadap kadar HDL. Sedangkan durasi latihan jasmani tidak mempengaruhi kadar lipid. Persamaan dengan penelitian ini adalah topik yang dibahas yaitu mengenai dislipidemia serta pada rancangan penelitian dimana penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Perbedaan terdapat pada variabel bebas dimana dalam penelitian ini variabel bebas berupa aktivitas fisik, pola makan dan kebiasaan merokok. 2. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Dislipidemia Pada Karyawan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta: Subardjo, Y.P (2009) Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dislipidemia cpada karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

9 Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 41 orang dari kelompok kasus dan 41 orang dari kelompok control. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola aktivitas fisik dengan kejadian dyslipidemia pada karyawan RSUP Dr. Sardjito. Sebaran aktivitas responden kelompok dyslipidemia dan non dyslipidemia hamper sama. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini dilakukan proses matching yang terlalu ketat. Matching dilakukan dengan persamaan bagian tempat bekerja. Hal ini menyebabkan kecenderungan pola aktivitas yang sama antara responden kelompok dislipidemia dengan responden matchingnya. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara pola aktivitas fisik dengan kejadian dislipidemia. Durasi aktivitas berat berhubungan dengan kadar HDL. Durasi aktivitas berjalan berhubungan dengan kadar trigliserid. Kebiasaan berolahraga berhubungan dengan kejadian dislipidemia. Index Masa Tubuh (IMT) berhubungan dengan kadar LDL, HDL, dan trigliserid. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu dislipidemia. Perbedaan terletak pada variabel bebas yaitu penelitian ini meneliti tentang pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok serta perbedaan desain penelitian dimana penelitian ini menggunakan desain cross sectional. 3. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Dislipidemia Pada Pasien Poli Penyakit Dalam Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta: Lesmana, L (2008)

10 Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kasus kontrol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dengan kejadian dislipidemia pada pasien poli penyakit dalam di RS Panti Rapih Yogyakarta. Pada variabel kebiasaan merokok dengan hubungannya terhadap kejadian dislipidemia, terdapat subjek sebanyak 22 orang dari kelompok kasus dan 12 orang dari kelompok control. OR yang diperoleh adalah 2,49 yang membuktikan bahwa subjek yang memiliki kebiasaan merokok berisiko terkena dyslipidemia 2,49kali lebih besar disbanding subjek non perokok. Pada variabel aktivitas fisik dengan hubungannya terhadap kejadian dyslipidemia, terdapat subjek sebanyak 42 orang dari kelompok kasus dan 32 orang dari kelompok control. OR yang diperoleh adalah 2,95 yang membuktikan bahwa subjek yang memiliki aktivitas fisik yang ringan berisiko terkena dyslipidemia 2,95 kali lebih besar daripada subjek yang memiliki aktivitas sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian dislipidemia, terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian dislipidemia, dan tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah batang rokok per hari dengan kejadian dislipidemia. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dan variabel terikat yaitu dislipidemia. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain yang

11 digunakan dimana penelitian ini menggunakan desain cross sectional serta perbedaan kelompok subjek penelitian. 4. Pengaruh Merokok Dengan Risiko Terjadinya Dislipidemia; Kajian Pada Remaja Laki-Laki: Prastyanto, S (2013) Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan merokok dengan disliidemia pada remaja laki-laki. Subjek dalam penelitian ini adalah 100 orang, dengan perbandingan 1:1 yaitu 50 orang pada kelompok dengan faktor risiko dan 50 orang pada kelompok tanpa faktor risiko. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah remaja laki-laki merokok mempunyai faktor risiko 4 kali lebih tinggi mengalami dislipidemia, merokok lebih dari 5 batang perhari dan lebih dari 2 tahun meningkatkan secara signifikan kadar total kolesterol, trigliserida, dan LDL kolesterol. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel merokok dan dislipidemia, serta pada rancangan penelitian yaitu cross sectional. Perbedaan terletak pada kelompok subjek penelitian.