BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Wilayah Kota Madiun) Menggunakan Program QUAL2Kw

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

III. METODE PENELITIAN

SINKRONISASI STATUS MUTU DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR SUNGAI METRO

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 12 Peta Teluk Youtefa

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Makalah Baku Mutu Lingkungan

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 7. Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km 2

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI


BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

Transkripsi:

186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di perairan Teluk Youtefa berkisar antara 89 267,5 mg/l dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 191,72 mg/l. Nilai tersebut telah melampaui baku mutu air laut untuk biota laut. Nilai ph air di perairan Teluk Youtefa berfluktuasi disetiap stasiun, tetapi masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 7 8,5. Nilai ph perairan Teluk Youtefa pada sembilan stasiun berkisar antara 7,15 7,65, dengan nilai rata-rata keseluruhan 7,45. Nilai oksigen terlarut pada sembilan stasiun di perairan Teluk Youtefa berkisar antara 2,31mg/l 5,79 mg/l dengan nilai rata-rata 4,9 mg/l. Nilai BOD berkisar antara 7,91 mg/l -24,5 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan 8,83 mg/l. Berdasarkan baku mutu kualitas air nilai ambang batas BOD untuk biota laut adalah 20 mg/l (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI nomor 51 tahun 2004) masih berada dibawah ambang batas atau baku mutu. Nilai nitrat di perairan Teluk Youtefa berkisar antara 0,006 mg/l 0,03 mg/l, nilai rata-rata keseluruhan 1,0125 mg/l. Nilai amonia perairan Teluk Youtefa berkisar antara 0,03 0,24 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0,08 mg/l. Nilai fosfat (P-PO 4 ) di perairan Teluk Youtefa berkisar antara 0,02 00, 65 mg/l, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0,26 mg/l. 2. Status mutu air Teluk Youtefa berdasarkan nilai storet termasuk dalam kondisi tercemar sedang hingga berat dengan nilai indeks berkisar -17 hingga -33. Sedangkan berdasarkan Pollution Index tingkat pencemaran perairan Teluk Youtefa berada dalam status tercemar ringan hingga sedang dengan nilai Pollution Index berkisar 2,51 5,81. Parameter BOD, fosfat, dan nitrat memberikan kontribusi tertinggi terhadap buruknya status mutu air perairan Teluk Youtefa. 3. Pencemaran perairan Teluk Youtefa terutama bersumber dari limbah domestik. Total beban pencemaran perairan Teluk Youtefa untuk BOD 144,40032 ton/bulan (5,71%), TSS 1626,16896 ton/bulan (65%), NH 3 8,5326048 ton/bulan (0,33%), COD 700,368768 ton/bulan (27,75%), NO 3 23,3360352 ton/bulan (0,92%), dan PO 4 16,568064 ton/bulan (0,64%). Beberapa parameter telah berada diatas nilai kapasitas asimilasi, artinya bahwa daya dukung Teluk Youtefa telah menurun.

187 4. Strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa dapat dilakukan dengan pendekatan kelembagaan, implementasi pendekatan hukum, Pendekatan Sosial Budaya, pendekatan ekonomi, pendekatan penataan ruang, penerapan instrumen pengendalian lingkungan, 5. Sub elemen kunci dalam pengembangan pengelolaan perairan Teluk Youtefa diawali dengan adanya dukungan yang kuat dari LMA, ondoapi, kepala suku; peningkatan pola pikir masyarakat; manajemen transportasi teluk yang baik,; terlaksananya kesamaan tujuan di lapangan; stabilitas politik lokal yang kondusif, keragaman biota, menurunnya jumlah bahan pencemar. Sub elemen ini menjadi penggerak utama keberhasilan pengelolaan Teluk Youtefa. 6. Model dinamik untuk pengelolaan Teluk Youtefa yang dibangun dapat menggambarkan perilaku sistem nyata, dapat mengetahui perkembangan sumbersumber pencemar, beban pencemar, dan kualitas air, sehingga dapat dilakukan kebijakan strategis yang berkaitan dengan degradasi Teluk Youtefa dapat diantisipasi. Hasil prediksi beban pencemaran perairan Teluk Youtefa yang akan terjadi selama 30 tahun mendatang akan sangat bergantung pada kebijakan yang akan dipilih oleh pengelolan Teluk Youtefa. Kebijakan yang dapat diterapkan untuk menekan beban pencemaran perairan Teluk Youtefa agar sesuai dengan baku mutu air yang ditetapkan berdasarkan prioritas adalah menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan melakukan distribusi penduduk. Skenario optimis merupakan skenario realistis yang bisa terjadi dimasa depan untuk pengelolaan perairan Teluk Youtefa dengan mempertimbangkan aspek lingkungan sosial, namun perlu didukung beberapa kebijakan berupa implementasi peraturan mengenai pencemaran, komitmen pemerintah daerah, meningkatkan sistem dan kapasitas kelembagaan pengelola perairan Teluk Youtefa, 6.2. Saran 1. Karena peningkatan beban pencemaran di perairan Teluk Youtefa terjadi secara menyeluruh mulai dari daerah hulu sampai hilir dan sistem pengelolaan belum memadai, maka pengelolaan perairan Teluk Youtefa harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan semua instansi stakeholder. Upaya yang perlu dilakukan antara lain: a) mendorong dunia usaha dan rumah tangga membangun instalasi pengolahan limbah secara individu atau menyeluruh, b) melakukan pengurangan laju pertumbuhan penduduk, c) melakukan sosialisasi larangan

188 pemanfaatan lahan bantaran sungai yang bermuara ke perairan Teluk Youtefa dan pembangunan permukiman di kawasan Teluk Youtefa terutama di daerah entrop yang terus menekan perairan Teluk Youtefa, d) melakukan pengawasan dan pemantauan secara berkala kondisi kualitas dan kuantitas perairan Teluk Youtefa, e) mencegah pembangunan pemukiman di daerah entrop yang terus mendesak ke arah laut perairan Teluk Youtefa. 2. Perlu melakukan pengawasan pemerintah daerah dalam pembuangan limbah ke badan air saluran dengan cara pemasangan meter air untuk menghindari pembuangan air limbah secara berlebihan. 3. Untuk menjaga kelestarian perairan Teluk Youtefa perlu penelitian lanjutan yang mengkaji sumber pencemar, beban pencemar yang belum diteliti terutama dari limbah pertanian, dan peternakan buaya 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan menganai logam, vegetasi mangrove, lamun, dan sedimen, baik di sedimen teluk serta laju peningkatan sedimen di muara sungai yang bermuara ke perairan Teluk Youtefa. 5. Karena Teluk Youtefa memiliki keunikan yaitu semi tertutup, bahwa pergerakan air tidak seperti pada teluk terbuka, oleh karena itu supaya limbah maupun material lain dari hulu terasimilasi dengan cepat di teluk maupun ke laut bebas, maka perlu dipertimbangkan untuk membuka aliran air di daerah antara Enggros dengan holtekam. 6. Supaya pemerintah lebih memberdayakan LMA, Ondoapi, dan para kepala suku agar berperan aktif dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan Teluk Youtefa mulai dari hulu sampai hilir.

189 Daftar Istilah Beberapa istilah yang akan digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1) Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. 2) Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penangulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. 3) Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. 5) Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. 6) Rencana pendayagunaan air adalah rencana yang memuat potensi pemanfatan atau penggunaan air, pencadangan air berdasarkan ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan atau fungsi ekologis. 7) Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri. 8) Daya dukung adalah kemampuan lahan untuk mendukung kehidupan.

190 9) Kapasitas asimilasi adalah kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukkannya. 10) Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. 11) Beban pencemaran adalah jumlah konsentrasi limbah yang masuk kesuatu perairan berdasarkan banyaknya limbah per satuan waktu (ton/bulan) atau beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung didalam air atau air limbah. 12) Self purification adalah daya pulih perairan Teluk Youtefa secara alami. 13) Sistem adalah suatu gugus yang terdiri dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan. 14) Sistem dinamik adalah suatu pendekatan yang meneyeluruh dan terpadu, yang mampu menyederhanakan masalah yang rumit tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian. 15) Analisis sistem adalah suatu pernyataan tentang proses bekerjanya suatu sistem untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan berdasarkan output yang spesifik dan kinerja sistem dalam mencapai tujuan. 16) Model adalah suatu abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual, atau suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses, atau gambaran dunia nyata. 17). Model 2 kategoti yaitu model fisik (merupakan miniatur replika dari keadaan sebenarnya sehingga dapat menggambarkan perilaku sistem dengan variabel yang sama seperti yang digunakan pada sistem nyata; Model dinamik (model abstrak merupakan model yang bukan fisik tetapi dapat menjelaskan kinerja dari sistem 18) Pemodelan diartikan sebagai suatu gugus pembuatan model yang akan menggambarkan sistem yang dikaji. 19) Pengembangan kebijakan alternatif adalah suatu proses berfikir kreatif menciptakan ide ide baru untuk mempengaruhi sitem agar mencapai tujuan yang diinginkan, baik dengan cara mengubah parameter maupun struktur modelnya.

191 20) Analisis kebijakan alternatif adalah suatu proses yang dilakukan untuk memilih satu kebijakan terbaik dari beberapa alternatif kebijakan yang ada, dengan mempertimbangkan perubahan sistem lama ke sistem baru, serta perubahan lingkungan ke depan. 21) Simulasi adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses 22). Sistem dinamik merupakan sebuah teori struktur sistem dan sekelompok alat untuk merepresentasikan sistem yang kompleks dan menganalisis perilaku dinamiknya atau perilaku sistem yang dipengaruhi waktu yang diatur dengan tujuan penggambaran dan pemahaman sistem melalui model kuantitatif dan kualitatif, bagaimana perilaku umpan balik mengatur perilakunya, dan perencanaan struktur informasi umpan balik yang sempurna dan kebijakan kendali melalui simulasi dan optimisasi, atau sistem dinamik adalah sebuah metode kompleks dari deskripsi sistem yang menyediakan alternatif analisis bagi pengambilan kebijakan berdasarkan sifat-sifat sistem 23) Tujuan simulasi untuk memahami gejala atau suatu proses 24) Diagram simpal kausal adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab akibat (causal relationship) kedalam bahasa gambar tertentu 25) Suatu model dinamik adalah kumpulan dari variabel-variabel yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam suatu kurun waktu 26) Analisis adalah suatu pekerjaan intelektual untuk memperoleh pengertian dan pemahaman 27) Kebijakan adalah suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan.