Slide 1. MENGEMBANGKAN PERTANYAAN KRITIS MODEL WAYS OF KNOWING HABERMAS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Oleh: Nana Supriatna

dokumen-dokumen yang mirip
Jadwal dimulai jam 15.20

MENGEMBANGKAN PERTANYAAN KRITIS MODEL WAYS OF KNOWING HABERMAS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Oleh: Nana Supriatna

IMPLEMENTASI SI DAN SKL IPS SMK

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat suatu masalah dalam pembelajaran sejarah di sekolah saat ini.

Nana Supriatna Makalah disajikan dalam kegiatan Lokakarya Guru-guru PPL Universitas Unswagati Cirebon 20 November 2007

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BUKU MATERI POKOK Strategi Belajar Mengajar Sejarah

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

CRITICAL THEORIES Bagian III

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Azizah Indriyani, 2013

PENGGUNAAN KONSEP ILMU SOSIAL DALAM KONSTRUKSI PEMBELAJARAN SEJARAH KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendekatan Kontekstual (CTL) pada Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan penulis untuk memahami usaha Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMALB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

TIPE-TIPE PENGETAHUAN Dra. Yati Siti Mulyati, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN SD (GD 522)

I. PENDAHULUAN. dapat kita temukan dan juga berbagai bidang ilmu yang telah ada dapat dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Guna mengungkap realita sosial yang ada dalam usaha untuk

SISWA SEBAGAI PELAKU SEJARAH PADA JAMANNYA DALAM PRAKSIS PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang harus dimiliki memasuki era informasi dan teknologi, IPA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA MATERI FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMP

Transkripsi:

Slide 1. MENGEMBANGKAN PERTANYAAN KRITIS MODEL WAYS OF KNOWING HABERMAS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Oleh: Nana Supriatna Makalah disajikan dalam seminar Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis Himas tanggal 23 Mei 2007 di Ruang PTPG UPI 1

Slide 2. Pertanyaan-pertanyaan kritis: - dapat memfasilitasi para peserta didik kemampuan berpikir kritis - menjadikan siswa sebagai pelaku sejarah pada jamannya. - diperlukan kemampuan membaca fenomena - pertanyaan kritis bersifat emansipatoris. - dapat mendorong terjadinya empowering atau pemberdayaan. Slide 3. Pertanyaan Kritis Model Habermas - Berangakat dari critical theory. - Menurut teori kritis: pengetahuan (knowledge) itu terbentuk karena persepsi, hasrat, dan kepentingan (interest) manusia. Pengetahuan tidak bebas nilai (value-free) melainkan value-laden. Persepsi muncul karena cognitive interest yang merupakan bagian dari proses bekerjanya pikiran manusia (human mind). Slide 4. Hasrat manusia dalam penguasaan aspek teknis - Kepentingan atau hasrat manusia untuk melakukan penguasaan secara teknik (technical control) dalam kehidupannya dapat mendorong mereka untuk tahu (to know) mengenai fakta, benda fisik atau tokoh (figure) sebagai subjek. - Hal inilah yang kemudian mendorong manusia melakukan analisis-empiris dalam prosess of knowing. - Proses ini melahirkan tradisi positivistik untuk memuaskan hasrat penguasaan aspek yang bersifat teknis (technical control) dalam kehidupan. 2

Slide 5. Hasrat manusia dalam memahami makna. - Sedangkan hasrat, kepentingan (interest) manusia untuk memahami makna dibalik sebuah peristiwa (event) dapat mendorong mereka untuk melakukan eksplorasi terhadap dimensi dalam (inner dimensions) untuk mencoba menghubungkan satu faktor terhadap faktor yang lain. - Proses ini mendorong lahirnya historical hermeneutic dan berfungsi sebagai sarana untuk memahami secara total process of knowing. - Proses kedua ini melahirkan tradisi interpretative dalam process of knowing. Slide 6 Hasrat manusia dalam menjaga otonominya. - Kepentingan manusia dalam menjaga otonominya sebagai knower dapat mendorong mereka untuk melakukan refleksi secara kritis (critical reflection) pada subjek matter atau pada aspek yang menjadi hasrat atau kepentingannya dan atas beragam sumber (resources) serta dirinya sendiri (theirselves) sebagai agent of knowing. - Melalui refleksi diri secara kritis (critical or self reflective) maka terjadilah proses pemahaman (knowing) secara total. - Power (kuasa) melekat pada diri knower melalui proses itu. - Melalui proses tersebut maka dimungkinkan individu dapat memainkan peran historisnya sebagai agent of knowing. Slide 6. Ways of knowing dalam proses inquiry Habermas diaplikasikan ke dalam tiga jenis pertanyaan yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran: 1. pertanyaan teknis (technical question), 2. pertanyaan interpretatif (interpretative questions), dan 3

3. pertanyaan emansipatoris (emancipatory questions). Slide 7. Pertanyaan teknis Pertanyaan yang sifatnya teknis menuntut jawaban yang sifatnya faktual dan eksplanasi tentang apa, dimana, kapan sesuatu terjadi dalam dimensi sejarah dan lingkungan sosial kita. Pertanyaan mengenai apa yang terjadi merupakan pertanyaan yang sifatnya teknis dan dapat membantu kita memecahkan persoalan yang dihadapi. Jenis pertanyaan seperti ini mengingatkan kita pada pertanyaan pengetahuan (faktual) dalam ranah kognitif menurut taksonomi Benjamin S Bloom. Pertanyaan seperti itu kerap uncul dalam pembelajran sejarah yang konvensional yang menekankan pada penguasaan fakta. Slide 8. Pertanyaan interpretatif: Pertanyaan interpretatif difokuskan pada: - mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi - bagaimana manusia melihat sesuatu dan melakukan interpretasi terhadap sesuatu yang terjadi atau dunia sekitarnya. - terkait dengan masalah interaksi antara manusia melalui bahasa yang digunakan dalam interaksi tersebut. - dapat mendorong mereka untuk melakukan eksplorasi terhadap dimensi dalam (inner dimensions) - dapat menghubungkan satu fakta, faktor atau cause terhadap fakta, faktor, atau cause yang lain. - Proses ini mendorong lahirnya historical hermeneutic dan berfungsi sebagai sarana untuk memahami secara total process of knowing. 4

Slide 9. Pertanyaan emansipatoris Pertanyaan emansipatoris difokuskan pada: - isu-isu mengenai pengaruh kuasa (power) terhadap apa yang terjadi. - dapat meningkatkan pemahaman dan mendorong individu menjadi penentu bagi dirinya sendiri sekaligus sebagai pelaku sejarah pada jamannya. - Dapat mendorong transformasi masyarakat yang terkait dengan masalah-masalah keadilan sosial, masalah kesenjangan sosial ekonomi, gender, kesempatan di segala bidang, demokratisasi, hak asasi manusia dan lain-lain. - Dapat membongkar atau mendekonstruksi teks sejarah yang selama ini lebih banyak difokuskan pada peranan elit dan mengabaikan peranan ordinary people - dapat menempatkan subjek berpartisipasi atau beremansipasi secara subjektif dalam memproduksi pengetahuan yang relevan dengan kesubjektivitasannya sambil menjadikan kuasa (power) melekat pada dirinya. - dapat meningkatkan pemahaman dan mendorong individu menjadi penentu bagi dirinya sendiri melalui refleksi. Slide 10 Cotoh pertanayaan model ways of knowing Habermas terhadap peristiwa Sumpah Pemuda 1928. 1. Pertanyaan teknis berkait dengan kapan, siapa, dimana dan mengapa peristiwa Sumpah Pemuda itu terjadi. (Pertanyaan tersebut bertujuan untuk menggali pengalaman teknis dan empiris yang terkait dengan peristiwa tersebut. 2. Pertanyaan interpretative bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemaknaan (meaning) dibalik sebuah peristiwa (event) Sumpah Pemuda 1928. (Misalnya, bagaimana makna Sumpah Pemuda bagi bangsa Indonesia? Apa makna kata-kata sumpah pemuda bagi diri Anda? Apa dan bagaimana relevansi Sumpah Pemuda bagi kehidupan Anda sekarang? Mengapa peristiwa yang dibacakan oleh beberapa orang pemuda itu memiliki makna yang besar bagi bangsa Indonesia baik pada saat itu maupun bagi masa sekarang? 5

Slide 11 Cotoh pertanayaan model ways of knowing Habermas terhadap peristiwa Sumpah Pemuda 1928. 3. Pertanyaan interpretative dan emansipatoris dapat dipakai sebagai sarana penghubung antara peristiwa Sumpah Pemuda pada masa 1928 dengan persoalanpersoalan kontemporer. Misalnya: apa makna dan arti (meaning) dibalik peristiwa serta kata-kata Sumpah bagi dirimu? Bagaimana peran dirimu sebagai seorang siswa dalam menumbuhkan semangat kebangsaan; memecahkan persoalan kontemporer yang terkait dengan melemahnya semangat kebangsaan; apakah sumpah pemuda pada masa 1928 perlu diperingati? bagaimana peranan siswa sebagai kelompok terpelajar (yang sama dengan kelompok terpelajar yang melahirkan peristiwa 1928) dalam menumbuhkan semangat - semangat apapun yang diperlukan untuk mengubah keadaan sekarang - bagaimana cara siswa sebagai golongan terpelajar - mengekspresikan kecintaannya pada Negara, lingkungan setempat atau keluarga, dan lain-lain. 6