BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri telekomunikasi Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1970-an meskipun saat itu memang masih tergolong sangat sederhana, yaitu hanya terbatas pada penggunaan telepon dan telegraf. Itu pun hanya bisa dinikmati oleh golongan masyarakat kelas menengah ke atas. Namun dewasa ini, sistem telekomunikasi menjadi sarana dan prasarana yang mendukung laju pertumbuhan ekonomi Negara. Di Indonesia, terdapat berbagai ragam sektor indutri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Salah satunya industri jasa yang di bagi kedalam 4 sektor yaitu (1) sektor properrti dan real estate, (2) sektor infrastruktur, utilitas & transportasi, (3) sektor keuangan, (4) sektor perdagangan, jasa & investasi. Untuk sektor infrastruktur, utilitas & transportasi di bagi atas beberapa subsektor yaitu (a) subsektor energi, (b) subsektor jalan tol, pelabuhan, bandara, dan sejenisnya, (c) subsektor telekomunikasi, (d) subsektor transportasi, dan (e) subsektor konstruksi non bangunan. (Sumber : http://www.sahamok.com/ diakses 17 September 2015). Berdasarkan Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014, jumlah perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI selama periode adalah sebagai berikut : a. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Telkom Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom Group melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan 1
internet dan komunikasi data. Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloudbased and server-based managed services, layanan e-payment dan IT enabler, e-commerce dan layanan portal lainnya (Sumber : http://www.telkom.co.id/ diakses pada tanggal 21 September 2015). b. Indosat Tbk. PT Indosat Tbk didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telekomunikasi internasional melalui satelit internasional. Pemerintah Indonesia menjual 8,10% saham di Indosat kepada publik dan selanjutnya menjual 41,94% kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT). Selanjutnya pemerintah Indonesia memiliki 15% saham, STT memiliki 41,94% saham dan publik memiliki 43,06% saham Indosat (Sumber : http://www.indosat.com/ diakses pada tanggal 21 September 2015). c. XL Axiata Tbk. Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996, XL Axiata menjadi yang terbaik di wilayah Asia, dan dimiliki secara mayoritas oleh Axiata Group Berhad dengan saham sebesar 66,55% dan selebihnya menjadi milik publik dengan saham sebesar 33,45%. XL Axiata menyediakan layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas diseluruh Indonesia (Sumber : http://www.xl.co.id/ diakses pada tanggal 21 September 2015). d. Bakrie Telecom Tbk. PT Bakrie Telecom Tbk atau dikenal juga dengan nama BTEL adalah operator telekomunikasi yang menyelenggarakan jasa fixed wireless access (FWA) dengan layanan mobilitas terbatas. Berdiri pada tahun 1993 dengan nama awa; PT Radio Telepon Indonesia kemuadian berubah nama menjadi Bakrie Telecom di tahun 2003 dengan menggunakan teknologi CDMA 2000 1x. Di awal berdirinya perusahaan hanya menyelenggarakan layanan dasar suara dan SMS maka di tahun 2
2010 Bakrie Telecom melakukan transformasi layanan dengan menyelenggarakan pula layanan broadband wireless access (BWA) dengan menggunakan teknologi CDMA EVDO (Evolution Data Optimized) (Sumber : http://www.bakrietelecom.com/ diakses pada tanggal 21 September 2015) e. Smartfren Telecom Tbk. Jasa dan layanan Smartfren memiliki nilai-nilai (values) yaitu sebagai mitra yang terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas dalam layanan-layanan telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman hidup pelanggan dalam berkomunikasi. Sebagai operator CDMA yang menyediakan jaringan internet kecepatan tinggi bergerak (mobile broadband) yang terluasdi Indonesia, Smartfren berkomitmen untuk menjadi penyedia layanan telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakatdengan kualitas terbaik (Sumber : http://www.smartfren.com/ diakses pada tanggal 21 September 2015). f. Inovisi Infracom Tbk. PT Inovisi Infracom Tbk adalah perusahaan induk investasi terdiversifikasi dalam bidang usaha telekomunikasi, energi dan sumber daya alam, listrik dan engineering, mobile internet, media dan e- commerce. Didirikan dengan nama PT Cipta Media Rekatama pada 11 Mei 2007. Berubah nama menjadi PT Inovisi Infracom pada 2008 dan mencatatkan saham pada PT Bursa Efek Indonesia pada 3 Juli 2009 (Sumber : http://www.inovisi.com/ diakses pada tanggal 21 September 2015). 1.2 Latar Belakang Penelitian Kondisi persaingan yang cukup ketat antar penyedia jasa layanan telekomunikasi serta kebijakan pemerintah berdampak pada tuntutan perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk yang dihasilkan, serta meningkatkan nilai ekonomis perusahaan melalui penggunaan dana yang tersedia. Dengan semakin banyaknya pilihan di pasar, konsumen dan pemodal 3
(investor) mempunyai kemampuan daya tawar yang lebih tinggi dalam memilih produk atau berinvestasi sesuai dengan kebutuhannya. Persaingan ini menuntut perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar mampu memenangkan persaingan tersebut (Bakar, 2010:20). Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat pengajuan izin prinsip proyek investasi di sektor infrastruktur sepanjang periode Oktober 2014 hingga Juni 2015 mencapai Rp334,96 triliun, naik 202 % dibanding periode yang sama tahun lalu. Kepala BKPM Franky Sibarani melalui keterangan tertulis, mengatakan fokus pemerintah untuk membangun berbagai proyek infrastruktur telah mendorong adanya kenaikan minat investasi di sektor tersebut (Sumber : http://www.antaranews.com/ diakses pada tanggal 26 September 2015). Emiten sektor telekomunikasi hingga akhir tahun 2014, pendapatan dan laba bersih emiten telekomunikasi hanya tumbuh tipis, bahkan sebagian emiten masih mencetak rugi bersih. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) membukukan pendapatan Rp 89,7 triliun atau tumbuh 8% dari tahun sebelumnya. Namun, laba bersihnya hanya tumbuh 3% menjadi Rp 14,6 triliun dari sebelumnya Rp 14,2 triliun. PT XL Axiata Tbk (EXCL) memperoleh pendapatan Rp 23,46 triliun, naik 10,34% dari tahun sebelumnya Rp 21,26 triliun. Meski demikian, EXCL mencetak rugi bersih sebesar Rp 891,06 miliar. Padahal, di akhir tahun 2013 EXCL mengantongi laba bersih Rp 1,05 triliun. Kerugian ini disebabkan kinerja negatif dari PT Axis Telekom yang baru diakuisisi EXCL. Nasib serupa dialami PT Indosat Tbk (ISAT) yaitu menanggung rugi sebesar Rp 1,98 triliun, turun 28,7% dari tahun sebelumnya Rp 2,78 triliun. Pendapatan ISAT pun hanya tumbuh tipis menjadi Rp 24 triliun dari sebelumnya Rp 23,8 triliun (Sumber : http://investasi.kontan.co.id/ diakses pada tanggal 26 September 2015). 4
Tabel 1.1 Pertumbuhan Emiten Subsektor Telekomunikasi (Dalam Trilliun Rupiah) Emiten Pendapatan Laba/Rugi 2014 2013 2014 2013 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 89,7 82,9 14,6 14,2 PT XL Axiata Tbk 23,46 21,26 (0,891) 1,05 PT Indosat Tbk 24 23,8 (1,98) (2,78) Sumber : http://investasi.kontan.co.id/ PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) tahun 2015 menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar 25-30% dari posisi pendapatan Rp 89,7 triliun di 2014. Jumlah ini setara dengan Rp 22,42 triliun-rp 26,91 triliun. Dana capex akan dialokasikan kepada beberapa lini. Sebesar 60% digunakan untuk penguatan infrastruktur broadband mobile yaitu Telkomsel, 30% akan difokuskan pada broadband darat maupun laut, sedangkan sisanya 10% untuk anak usaha atau bisnis lainnya (Sumber : http://www.telkom.co.id/ diakses pada tanggal 26 September 2015). Tahun 2015 ini anggaran belanja modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih tinggi di bandingkan tahun 2014 yang menganggarkan belanja modal hanya Rp 17,5 triliun (Sumber : http://katadata.co.id/ diakses pada tanggal 1 Oktober2015). XL Axiata, menyediakan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp7 triliun. Capex tersebut rencananya akan digunakan untuk membangun jaringan, seperti untuk jaringan 3G, sebagian jaringan 4G, dan 2G sebagai pelengkap (Sumber : http://ekbis.sindonews.com diakses pada tanggal 26 September 2015). PT Indosat Tbk. berencana menganggarkan belanja modal sebesar Rp6,5 triliun hingga Rp7,5 triliun pada 2015. Belanja modal ini lebih tinggi dari realisasi belanja modal 2014 sebesar Rp6,4 triliun. Rinciannya, pada kuartal I/2014 Indosat menghabiskan belanja modal sebesar Rp1,59 triliun, kuartal II Rp1,67 triliun, kuartal III Rp1,57 triliun, dan kuartal 5
IV Rp1,62 triliun (Sumber : http://market.bisnis.com/ diakses pada tanggal 26 September 2015). Dengan semakin berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), perusahaan dituntut untuk berpikir keras dalam melakukan inovasi infrastruktur guna menyediakan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat. Pendapatan yang dihasilkan mengalami pertumbuhan yang sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, maka perusahaan dituntun untuk berpikir keras dalam mengalokasikan anggaran belanja modal untuk pengembangan infrastruktur guna meningkatkan laba bersih yang bisa dihasilkan perusahaan. Kemudian mengukur value added perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas perusahaan yang memperhatikan kontribusi dari karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan tidak hanya dari direct stakeholders (pemilik modal). Kemudian perusahaan perlu melakukan analisis keuangan untuk mengentahui kinerja perusahaan selama periode yang telah di tentukan dengan melihat pendapatan yang telah dihasilkan dalam satu periode, tingkat laba atau kerugian yang didapat serta penggunaan modal yang tersedia. Analisis keuangan merupakan suatu penilaian terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek pada masa datang. Analisis keuangan diperlukan oleh berbagai pihak, seperti para pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan ini mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan yang bersangkutan daripada perusahaan lainnya dalam satu kelompok industri (Moeljadi dalam Ningtias et.al 2014:3). Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai landasan penyusunan rencana dimasa yang akan datang. Salah satu cara menganalisis kinerja keuangan yaitu dengan menggunakan income statement approach (ISA) dan value added statement (VAS). Menurut Rifai (2013:21), pendekatan laba rugi adalah gambaran mengenai prestasi atau kemampuan kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Value added statement yaitu sebagai 6
laporan keuangan tambahan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas dihitung dengan juga memperhatikan kontribusi pihak lain seperti karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan. Sehingga profit yang diperoleh dalam distribusinya tidak hanya sebatas pada direct stakeholders saja melainkan juga kepada indirect stakeholders (Wahyudi dalam Reza & Adityawarman, 2014:2). Penelitian menggunakan pendekatan income statement approach dan value added statement pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian Reza dan Adityawarman (2014) dengan objek pada perbankan syariah mengukur kinerja keuangan menggunakan pendekatan income statement dan value added approach, mengatakan bahwa kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROA, ROE, LBAP, dan NPM pada periode tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa antara income statement approach dan value added approach terdapat perbedaan yang signifikan. Secara keseluruhan tingkat profitabilitas perbankan syariah yang diukur menggunakan pendekatan income statement dan value added mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Menurut hasil penelitian ini besarnya rasio yang diperoleh menggunakanpendekatan value added lebih tinggi dibandingkan dengan income statement. Penelitian yang dilakukan oleh Wiranti (2014), melakukan analisis komparatif kinerja keuangan berdasarkan income statement approach dengan value added statement. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan menggunakan rasio ROA, ROE, NPM, dan BOPO. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara income statement approach dan value added statement. Hasil analisis ROA, ROE, NPM, terdapat perbedaan yang signifikan antar income statement approach dan value added statement periode 2009 2012, namun pada rasio BOPO tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara income statement approach dengan value added statement periode 2009 2012. Kemudian dengan menggunakan value added statement diketahui perolehan nilai tambah (laba) periode 2009 2012 lebih besar jika dibandingkan perolehan laba bersih yang menggunakan income statement approach. 7
Dilihat berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya, alat yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio. Rasio yang digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Laba Bersih per Aktiva Produktif (LBAP). Indikator yang digunakan dalam perhitungan menggunakan rasio tersebut untuk income statement approach adalah besarnya laba bersih, sedangkan untuk value added statement yaitu besarnya nilai tambah (value added). Berdasarkan latarbelakang, teori, dan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Statement (Studi pada Perusahaan Subsektor Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014). 1.3 Perumusan Masalah Dengan semakin berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi infrastruktur guna menyediakan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat. Pendapatan yang dihasilkan mengalami pertumbuhan yang sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, maka perusahaan dituntun untuk berpikir keras dalam mengalokasikan anggaran belanja modal untuk pengembangan infrastruktur guna meningkatkan laba bersih yang bisa dihasilkan perusahaan. Kemudian mengupayakan profitabilitas perusahaan dengan memperhatikan kontribusi pihak lain seperti karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan. Sehingga profit yang diperoleh dalam distribusinya tidak hanya sebatas pada direct stakeholders saja melainkan juga kepada indirect stakeholders. Pendekatan income statement digunakan untuk mengetahui performansi perusahaan dalam menciptakan laba bersih dari pendapatan yang dihasilkan dengan pengeluaran belanja modal untuk pengembangan infrastruktur yang tidak sedikit serta value added statement untuk mengukur 8
profitabilitas kekayaan yang diciptakan oleh bisnis selama periode tertentu dan kekayaan yang didistribusikan di antara berbagai pemangku kepentingan yang menciptakannya Alat yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yaitu rasio keuangan. Indikator yang digunakan dalam perhitungan menggunakan rasio keuangan untuk income statement approach adalah besarnya laba bersihnya, sedangkan untuk value added statement yaitu besarnya nilai tambah. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latarbelakang dan perumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian pada penelitian ini yaitu : a. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 menggunakan income statement approach? b. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 menggunakan value added statement? c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan pada perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 menggunakan income statement approach dan value added statement? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latarbelakang, perumusan masalah, dan pertanyaan penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu : a. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 menggunakan income statement approach. b. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 menggunakan value added statement. 9
c. Untuk mengetahi apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan pada perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 menggunakan income statement approach dan value added statement. 1.6 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak nantinya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dibidang keuangan berdasarkan income statement approach dan value added statement. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan. Kemudian penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menerapkan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya, terutama penelitian tentang topik permasalahan yang serupa. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengukur kinerja keuangan menggunakan income statement approach dan value added statement. Objek penelitian ini yaitu perusahaan subsektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2014 yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama periode tersebut. 1.8 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal yang dibahas dalam setiap Bab. Berikut sistematika penelitian ini, yaitu : 10
BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : PENDAHULUAN Berisi penjelasan secara umum, ringkas, dan padat mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Berisi mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan mendukung solusi permasalahan, dan berisi penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi serta hipotesis penelitian. : METODE PENELITIAN Berisi penjelasan mengenai karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data dan sumber data, dan teknik analisis data. : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saransaran bagi penelitian dimasa yang akan datang. 11
Halaman Sengaja Dikosongkan 12