BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Banyak sarjana yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang berpendidikan rendah. Banyak sarjana yang hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. mengatur serta menjamin keadilan dan keseimbangan dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. secara sepihak, dan berdampak pada meningkatknya pengangguran terdidik,

PANDUAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN Tim Penyusun: Divisi PMW IWJC Tim PMW Unesa

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Namun di sisi lain dengan jumlah penduduk yang besar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAUHULUAN. dan terus berupaya melakukan dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. Praktik Kerja Lapangan untuk selanjutnya disingkat PKL, adalah

PENGARUH MOTIVASI DAN MENTAL KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERWIRAUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah Pengangguran di Indonesia masih belum bisa diatasi oleh

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

PEDOMAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA

MENINGKATKAN MOTIVASI TECHNOPRENEURSHIP SEBAGAI POTENSI INOVASI MAHASISWA UNTUK BERBISNIS. A. Yani Ranius. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini lapangan pekerjaan semakin terbatas, sementara masyarakat yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 menunjukkan angka pengangguran terbuka lulusan diploma dan sarjana pada Agustus tahun 2014 masing-masing sebesar 193.517 dan 495.143 orang. Pada tahun yang sama jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia 816.505. Padahal jumlah mahasiswa diperguruan tinggi negeri maupun swasta pada tahun 2013/2014 sejumlah 5.839.587. Persaingan yang begitu ketat dalam seleksi pekerjaan dan banyaknya orang yang mencari pekerjaan membuat generasi muda menjadi pengangguran. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa merupakan alternatif jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran, para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri. Salah satu perwujudan upaya tersebut adalah meningkatkan minat kewirausahaan pada masyarakat terutama mahasiswa. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak universitas bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan serta motivasi berwirausaha kepada para lulusannya (Zimmerer, 2002). 1

Para mahasiswa yang menerima pendidikan kewirausahaan di bangku kuliahnya, dipertimbangkan menjadi wirusahawan unggul di masa depan (Kuorilsky dan Walstad, 1998). Pada pelaksanaanya, wirausaha mahasiswa masih menghadapi berbagai hambatan dan tidak mampu mengembangkan kelangsungan bisnisnya sehingga lebih tertarik untuk mencari kerja. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak hanya didasari motif spekulasi, melainkan perhitungan yang matang dan berani mengambil risiko. Oleh sebab itu, wirausahawan selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Outcome tersebut harus nyata/jelas dan objektif, serta merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003). Di samping itu, pengambilan keputusan pelaku bisnis sebaiknya mempertimbangkan tingkat toleransi akan adanya resiko. Seorang wirausahawan dapat dikatakan risk averse (menghindari resiko) dimana mereka hanya mau mengambil peluang tanpa resiko, dan dikatakan risk lover (menyukai resiko) dimana mereka mengambil peluang dengan tingkat resiko yang tinggi. Belajar dari negara Jepang, keberhasilan pembangunannya ternyata disponsori para wirausahawan yang berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya (Ranu, 1982). Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara. Kewirausahaan dapat membantu menyediakan 2

kesempatan kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara. Seiring berkembangnya arus globalisasi, kewirausahaan juga semakin menjadi perhatian penting dalam menghadapi tantangan ekonomi global dalam hal kreativitas dan inovasi (Peterson & Lee, 2000). Organisasi-organisasi yang terampil dalam berinovasi menghasilkan ide baru akan mendapatkan keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di pasar dunia yang terus berubah cepat (West, 1997 dalam Mahesa, 2012). Tingkat wirausahawan di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Pasifik. Rasio kewirausahaan dibanding dengan penduduk Indonesia hanya 1:83, sedangkan di Filipina 1:86 dan Jepang 1:25, bahkan di Korea kurang dari 1:20. Rasio unit usaha yang ideal yaitu 1:20 antara penduduk suatu negara dengan pihak yang berwirausaha (Suryana dan Bayu, 2010). Masyarakat Indonesia masih banyak yang beranggapan bahwa kewirausahaan identik dengan bakat, sesuatu yang sudah menjadi bakat mereka sejak lahir. Seperti yang diungkapkan Swasono (2003) bahwa banyak pihak yang kurang yakin kewirausahaan dapat diajarkan melalui upaya-upaya pendidikan. Mereka yang berpendapat semacam ini bertitik tolak dari suatu keyakinan bahwa kewirausahaan adalah suatu properti budaya dan sikap mental, oleh karena itu bersifat attitudinal dan behavioral. Seorang wirausaha lebih memiliki streetsmart daripada booksmart, maksudnya adalah seorang wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari pengalaman dibandingkan dengan belajar dari buku dan pendidikan formal. 3

Ketidakyakinan mahasiswa yang kurang percaya pada kemampuan berwirausaha menjadi kekurangan mereka. Para pemuda Indonesia khususnya mahasiswa lulusan UGM seharusnya mampu menggalakan wirausaha sehingga mampu membuka lapangan kerja (Lupiyoadi, 2006). Pembelajaran kewirausahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran terutama dikalangan lulusan sarjana dan diploma. Universitas Gadjah Mada sebagai perguruan tinggi nasional berkelas dunia yang unggul dan inovatif, pendidikan kewirausahaan adalah subjek yang harus diberikan di perguruan tinggi. UGM mendirikan lembaga yang memfasilitasi pembelajaran kewirausahaan yaitu Center of Entrepreneur Development (CED), bertujuan untuk membina mahasiswa dalam berwirausaha. Disamping itu Direktorat Kemahasiswaaan (Ditmawa) mendirikan program pembelajaran kewirausahaan yaitu klinik kewirausahaan UGM. Klinik Kewirausahaan UGM merupakan salah satu program dari sub direktorat Pengembangan Karakter Mahasiswa pada Direktorat Kemahasiswaan yang ditujukan kepada mahasiswa UGM. Program ini terbentuk karena pendampingan kewirausahaan yang belum maksimal pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang berminat untuk berwirausaha (Ditmawa UGM). Program kewirusahaan juga ada pada salah satu sekolah di UGM yaitu Sekolah Vokasi yang mendidik lulusannya siap kerja (60% muatan kurikulum adalah mata kuliah praktik) 1. Adapun program kewirausahaan Sekolah Vokasi adalah Entrepreneurship School atau sekolah kewirausahaan yang dirilis 1 Buku Panduan Kurikulum 2013 Departemen Ekonkomika dan Bisnis UGM. 4

pada 27 Maret 2015. Program tersebut bertujuan untuk melatih dan menciptakan wirusahawan lulusan Sekolah Vokasi UGM. Salah satu departemen pada Sekolah Vokasi yang mempunyai pembelajaran tentang wirausaha adalah Departemen Ekonomika dan Bisnis. Matakuliah praktikkum kewirausahaan ada pada kurikulum D3 Ekonomika dan Bisnis yang harus ditempuh mahasiswa pada semester 4 ataupun 5. Pemahaman dan hal-hal yang terkait faktor pendukung terbentuknya jiwa wirausaha mahasiswa Diploma Ekonomi UGM Yogyakarta yang telah menyelesaikan matakuliah praktikkum kewirausahaan menjadi permasalahan yang penting untuk diteliti, sehingga dapat dikembangkan program yang sesuai untuk melahirkan banyak wirausaha dari kampus. Alasan dipilihnya Program Diploma Ekonomika dan Bisnis karena salah satu mata kuliah praktikum kewirausahaan yang mengandung materi untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di mata mahasiswa. Alasan tersebut diperkuat juga dengan kegiatan expo kewirausahaan yang diadakan setiap tahunnya di kampus serta terdapat lab kewirusahaan bagi mahasiswa. Pemilihan objek adalah mahasiswa yang telah menempuh matakuliah kewirausahaan pada tahun 2015 yaitu minimal angkatan 2012 sesuai dengan kurikulumnya. Di samping itu, mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya dihadapkan pada 3 pilihan, yaitu pilihan untuk menjadi pegawai baik pegawai perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pilihan kedua menjadi pengangguran intelektual karena sulitnya 5

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria. Pilihan ketiga adalah membuka usaha sendiri atau berwirausaha (Indarti & Rostiani, 2008). 1.2 Rumusan Masalah Pengaruh pendidikan kewirausahaan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuh-kembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda (Indarti dan Rostiani, 2008). Secara umum mahasiswa Departemen Diploma Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM memiliki pemahaman pengetahuan yang relatif baik mengenai kewirausahaan, tapi tidak memiliki ketrampilan dan mind-set berwirausaha. Pembahasan kewirausahaan di universitas lebih didasarkan pada pengajaran substansi buku teks, daripada memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik untuk berwirausaha, sehingga tidak mampu mengubah pola pikir dan sikap peserta didik. Sebagai contoh matakuliah kewirausahaan di kampus telah menerapkan mahasiswanya untuk melakukan praktik berwirausaha, akan tetapi masing-masing individu berbeda tingkat keseriusannya. Setelah mengetahui hal tersebut diperlukan kajian lebih mendalam pada mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada minat terhadap berwirausaha sebagai pilihan karir ke depan. 1.3 Tujuan: 1. Mengetahui hubungan minat kewirausahaan dengan faktor sikap mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Tahun 2015. 6

2. Mengetahui hubungan minat kewirausahaan dengan faktor kontekstual mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Tahun 2015. 1.4 Manfaat penelitian: 1. Terujinya hubungan minat kewirausahaan dengan faktor sikap mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Tahun 2015. 2. Terujinya hubungan minat kewirausahaan dengan faktor kontekstual mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Tahun 2015. 1.5 Batasan Masalah: Penelitian ini dibatasi oleh: 1. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi akuntansi, manajemen, dan ekonomika terapan Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada yang telah menempuh matakuliah praktikkum kewirausahaan. 2. Objek penelitian adalah faktor sosial dan ekonomi terhadap minat wirausaha mahasiswa Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada yang telah menempuh matakuliah praktikkum kewirausahaan. 7

1.6 Kerangka Penulisan Gambar 1. Kerangka penulisan Latar belakang: Jiwa wirusaha pada mahasiswa Diploma Ekonomi UGM tahun 2015 terbentuk setelah menyelesaikan matakuliah praktikum kewirausahaannya. Kemudian yang menjadi masalah adalah minat mahasiswa terhadap kewirausahaan sebagai pilihan karir setelah lulus. Rumusan Masalah: Pemahaman pengetahuan mahasiswa tentang kewirausahaan relatif baik, tapi tidak memiliki ketrampilan dan mind-set berwirausaha. Diperlukan analisis tentang minat kewirausahaan pada mahasiswa. Alat analisis: Korelasi Spearman s Tujuan: Mengetahui hubungan faktor sosial dan kontekstual terhadap minat kewirausashaan mahasiswa Hasil: 1. secara simultan faktor sikap mempengaruhi minat kewirausahaan. 2. secara simultan faktor kontekstual berhubungan signifikan terhadap minat kewirausahaan mahasiswa. 8