BAB I PENDAHULUAN. pengaruhi oleh 3P yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan tenaga (power)

dokumen-dokumen yang mirip
ROSLENA Mahasiswa. Kata Kunci: Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan, Rupture Perineum

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

ANALISIS PERBEDAAN POSISI MENERAN TERLENTANG DAN KOMBINASI TERHADAP LAMA KALA II DAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

1. Pendahuluan. STIKES Widyagama Husada Malang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN TAHUN 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

AKTIVITAS / MOBILISASI PIMPINAN MENERAN DUKUNGAN MENTAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA POSISI MIRING DAN POSISI SETENGAH DUDUK

HUBUNGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA DENGAN VBAC (VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREA) DI RSUD ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012.

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda Aceh

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POSISI MIRING KIRI DENGAN PROSES MEMPERCEPAT PENURUNAN KEPALA JANIN PADA PROSES PERSALINAN DI BPM NY. M SLEROK KOTA TEGAL

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

PENGARUH POSISI MENERAN SETENGAH DUDUK, POSISI JONGKOK, DAN MIRING PADA IBU PRIMI PARA TERHADAP PROSES PERSALINAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM DENGAN PROSES KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RSUD SIDOARJO. Abdul Muhith *) ABSTRAK

EFFEKTIFITAS SENAM HAMIL TERHADAP LAMA PERSALINAN KALA I PRIMIPARA ABSTRAK

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM SPONTAN DI BPM WIWIK AZIZAH SAID DESA DURIWETAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PARADISE TAHUN 2015

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : / HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

CUT ROSMAWAR¹ ¹Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Jurnal Siklus Volume 6 No 1 Januari 2017

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Perbedaan Posisi Miring Ke Kiri Dan Posisi Setengah Duduk Terhadap Waktu Kala II Pada Ibu Multipara Di RSUD Idaman Banjarbaru

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Limba B Kota Selatan Tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

POSISI-POSISI DALAM PERSALINAN. Hasnerita, S.Si.T. M.Kes

EFEKTIVITAS POSISI TANGAN PENOLONG DALAM PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA KALA II PERSALINAN DI RSIA Bunda arif PURWOKERTO TAHUN 2013

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat di pengaruhi oleh 3P yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan tenaga (power) dan 2P yaitu position dan phsycologi (Manuaba, 2005). Persalinan dengan berat badan janin besar dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, polihidramnion (cairan ketuban berlebih), persalinan lama, persalinan sulit misalkannya karena bahu macet, perdarahan pasca persalinan dan Ruptur perineum (Krisnadi, 2009), selain itu resiko berat badan janin besar pada janin itu sendiri adalah terjadinya patah tulang selangka pada saat persalinan (Andro, 2012). Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu, kematian ibu ini disebabkan oleh perdarahan postpartum (plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri). Salah satu penyebab perdarahan adalah robekan jalan lahir (rupture perineum), robekan ini dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan karena serviks atau vagina (Saifudin, 2001). 1

2 Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi fakum, trauma alat dan episiotomi. (Winkjosastro,2005). Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan maupun episiotomi. Ruptur perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan dan perdarahan, sedangkan Ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, juga bisa terjadi karena beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan yang lebih penting lagi Ruptur perineum terjadi karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya, oleh karena efek yang ditimbulkan dari Ruptur perineum sangat kompleks (Partiwi, 2009).

3 Menurut Stefen, seorang tokoh WHO dalam bidang Obgyn, jumlah patah tulang osteoporotik meningkat dengan cepat. Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik. (Hilmy, 2010). Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami rupture perineum, 40 % diantaranya mengalami rupture perineum karena kelalaian bidannya. 20 juta diantaranya adalah ibu bersalin. Dan ini akan membuat beban biaya untuk pengobatan kira-kira 10 juta dolar pertahun (Heimburger,2009). Menurut penelitian di Australia, setiap tahun 20.000 ibu bersalin akan mengalami rupture perineum ini disebabkan oleh ketidaktahuan bidan tentang asuhan kebidanan yang baik. Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum didunia terjadi di Asia (Campion, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25 30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia 32 39 tahun sebesar 62 %. Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2009-2010 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami rupture perineum akan meninggal dunia dengan persen ( 21,74 % ) ( Siswono, 2003 ).

4 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit ibu an anak bahwa angka kejadin rupture perineum yang pada tahun 2012 sebanyak 97 orang, dengan kriteri rupture tingkat 1 sebanyak 50 orang dengan berat badan lahir rata-rata>3100 gr, rupture tingkat2 sebnyak 46 orang dengan berat badan lahir rata-rata 2800 gr, rupture tingkat 3 sebanyak 1 orng dengan berat badan lahir rata-rata<3300 gr. Jumlah bayi yang lahir dengan berat>4000 gr sebanyak 2 orang, dan pada posisi persalinan dalam satu hari persalinan mencapai 10 persalinan normal/duduk, 2 jongkok,dan 2 lagi dibantu oleh suami untuk setengah duduk, hal ini yang melatar belakangi peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul. Hubungan Antara Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Banda Aceh Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Antara Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan dengan Rupture Perineum spontanbanda Aceh Tahun 2013. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan posisi partus, berat badan lahir, teknik mengedan dengan terjadinya rupture perineum spontan.

5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui posisi partus pada ibu bersalin di Rumah Sakit Ibu Dan Anak b. Untuk mengetahui berat badan lahir paa ibu bersalin di Rumah Sakit Ibu Dan Anak c. Untuk mengetahui teknik mengedan pada ibu bersalin di Rumah Sakit Ibu Dan Anak D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat 1. Bagi peneliti Untuk menambahkan wawasan dan masukan dalam memahami dan menganalisa suatu masalah dalam hal ini yang berkaitan dengan hubungan berat badan lahir. 2. Bagi tempat penelitian Sebagai masukan dan bahan informasi bagi tenaga kesehatan setempat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan persalinan secara optimal. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil peneliti ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa jurusan Kebidanan sehingga dapat merncanakan dan mengembangkan penelitian selanjutnya. Meningkatkan sumber bacaan tentang bubungan berat badan lahir.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posisi Partus Posisi dalam persalinan adalah posisi yang digunakan untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat bersalin dan dapat mempercepat proses persalinan (Syarifuddin, 2012). Posisi persalinan memegang peranan penting ketika seorang ibu dinyatakan sudah siap untuk proses persalinan. Ada beberapa posisi yang di rekomendasikan dengan berbagai macam pertimbangan segi manfaat dan efektifitas selama proses persalinan berlangsung. Namun pada pelaksanaannya dapat pula dilakukan kombinasi berbagai macam posisi persalinan. Misalnya anjuran miring ke kiri, ke kanan, telentang atau posisi jongkok (Romana, 2012). Pada saat memasuki proses persalinan, seorang ibu hamil boleh memilih posisi yang paling nyaman sembari menunggu pembukaan lengkap. Bahkan ketika ketuban masih utuh ( belum merembes atau pecah) maka seorang ibu hamil yang akan melahirkan boleh melakukan aktifitas berjalan - jalan di sekitar ruang bersalin dan di bawah pemantau seorang bidan agar setiap saat dapat dilakukan monitoring kondisi detak jantung bayi maupun kontraksi rahim (Diah, 2012). Posisi dalam persalinan dan kelahiran sangat penting,karena akan membantu menjadi lebih nyaman selama proses persalinan. Beberapa posisi juga akan membantu mempercepat proses persalinan. Banyak dari posisi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan pasangan, suami, doula atau perawat. Dengan mengenal

7 dan melatihnya sebelum persalinan akan membuat posisi-posisi ini lebih familier serta lebih nyaman dalam persalinan (Romana, 2012). Tidak ada posisi yang sempurna untuk persalinan, tetapi sering perubahan posisi selama persalinan dapat membantu menjadi rileks dan tetap dapat mengendalikan rasa sakit. Cobalah berbagai posisi sampai menemukan satu yang membuat ibu merasa paling nyaman. 1. Macam-macam posisi persalinan dan manfaatnya Menurut (Diah, 2012). Ada beberapa macam posisi yang dapat digunakan pada saat bersalin diantaranya adalah : a. Terlentang Posisi ini juga menyebabkan waktu persainan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti : Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Ibu mengalami gangguan untuk bernafas. Buang air kecil terganggu.

8 Mobilisasi ibu kurang bebas. Ibu kurang semangat. Resiko laserasi jalan lahir bertambah. Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Rasa nyeri yang bertambah. b. Berdiri Manfaatnya : Dapat membantu membuat kontraksi/ rasa mules tidak begitu sakit, membantu janin segaris dengan sudut panggul, dapat meningkatkan desakan untuk mengejan pada kala dua c. Bejalan jalan Manfaatnya : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul, posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih mampu untuk melakukannya, dapat mempercepat turunnya kepala janin. Perhatian : Dengan posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah d. Duduk tegak Manfaatnya: Memperlebar satu sisi panggul (satu kaki diangkat keatas kursi) merangsang rotasi ubun ubun posterior dari janin, dapat juga dilakukan pada posisi berdiri atau berlutut. e. Setengah duduk Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman.

9 Manfaatnya : 1. Posisi yang digunakan untuk pemeriksaan vagina ( alat kemaluan ) 2. Dapat meningkatkan rasa nyeri pinggang 3. Merupakan posisi yang mudah dilakukan 4. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal f. Merangkak Manfaatnya: 1. Membantu meredahkan sakit pinggang 2. Dapat membantu janin kalau ada masalah dengan tali pusat 3. Membantu rotasi bayi dalam osiput posterior 4. Memungkinkan panggul digerakan mengayun 5. Meredakan tekanan pada wasir 6. Mengurangi desakan mengejan yang terlalu dini g. Posisi menungging Manfaatnya: 1. Mendorong kepala bayi keluar dari panggul dari panggul selama kontraksi 2. Kadang-kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk mengurangi nyeri pinggang 3. Mengurangi tekenan pada leher rahim yang bengkak

10 h. Berbaring miring Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Manfaatnya: 1. Dapat mengurangi nyeri pinggang 2. Membantu menurunkan tekanan darah yang tinggi 3. Dapat mempercepat perkembangan persalinan bila dilakukan silih berganti dengan berjalan-jalan 4. Meredakan tekanan pada wasir, dan peredaran darah balik ibu dapat mengalir lancar 5. Pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. i. Berjongkok Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Manfaatnya : 1. Dapat meredakan nyeri pada pinggang 2. Memperlebar rongga panggul 3. Dapat meningkatkan rotasi dan turunnya bayi yang posisinya sulit

11 B. Berat Badan Lahir 1. Pengertian Berat Badan Lahir Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB),yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayicukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2009). 2. Klasifikasi Berat bayi lahir berdasarkan berat badan dapat dikelompokkan menjadi a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi, BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm. Bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas :

12 1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. 2. Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan (Adnan, 2012). Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup (moehji sjahmien, 2003). a. Bayi Berat Lahir Normal Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir > 2500-4000 gram (Tsyania, 2012). b. Bayi Berat Lahir Lebih

13 Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih > 4000 gram. Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik ratarata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat janin > 3600 gram sebesar 44,5% pada kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan term sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram pada kehamilan posterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term (Prawirohardjo, 2008). Selain itu faktor resiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan (Prawirohardjo, 2007). Ruptur merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak dari vulva dan anus. perineum terdiri dari otot dan fascia urogenetalis serta diafragma pelvisa. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan terjadi pada hamper pada semua primigravida (wiknjosastro, 2003). Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya

14 ruptur perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu, kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum hal ini disebabkan oleh karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar (Wiknjosastro, 2007). b) Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir Berat lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut (Anynemous, 2011). 1. Umur Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir, kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul

15 penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-35 tahun. Ibu sebaiknya ibu hamil pada umur 20-35 tahun, karena masa tersebut merupakan masa yang aman untuk hamil alasanya, mulai umur 20 tahun rahim dan bagian-bagian lainya sudah benar-benar siap untuk untuk menerima kehamilan. Pada umur tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi ibu. Dan sebaiknya tidak hamil pada usia >35 tahun, karena kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada umur 20-35 tahun, biasanya ibu sudah mempunyai dua anak atau lebih, kemungkinan memperoleh anak cacat lebih besar. Menurut Depkes RI (2009) menyatakan bahwa kehamilan pada umur dibawah 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan hamil, sedangkan kehamilan pada

16 usia > 35 tahun kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik seperti pada umur 20-35 tahun sebelumnya, hingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan. Selain itu semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur yang muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. 2. Jarak Kehamilan/Kelahiran Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami robekan perineum derajat tiga atau empat, sehingga pemulihan belum sempurna dan robekan perineum dapat terjadi (Depkes, 2004).

17 Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun. Menurut William (2008) terdapat beberapa definisi penting untuk menghasilkan rekam medis yang perinatal dan akurat : a. Primipara : seorang wanita yang pernah sekali melahirkan janin yang mencapi viabilitas b. Multipara : seorang wanita yang pernah dua kali sampai dengan tiga kali sampai usia viabilitas c. Grandemulti : seorang wanita yang pernah empat kali atu lebih hamil sampai usia viabilitas C. Tehnik Meneran Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat dilakukan yaitu 1. Menurut Manuaba (2003), cara meneran yaitu : a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi. b. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran (atur nafas jangan terengah-engah).

18 c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi. d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada. e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran. 2. Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus. Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut a. Pasien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul. b. Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir. c. His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal. d. Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan dengan demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir. e. Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali untuk dipergunakan mengejan.

19 3. Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu : a. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya. b. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berada diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. c. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna. D. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Menurut Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan, yaitu : 1. Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap. 2. Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi miring. 3. Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.

20 E. Rupture Perineum 1. Pengertian Rupture Perineum Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak dari vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2005). Perineum adalah bagian yang terletak diantara kedua belah paha, vulva dan anus. Karena bagian luar dari dasar panggul. Rupture perineum adalah luka perineum yang terjadi Karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur (Prawirohardjo, 2006). Trauma jalan lahir harus mendapatkan perhatiaan karena dapat menyebabkan difungsi organ bagian paling luar sampai alat reproduksi vital, sebagai sumber perdarahan yang berakibat fatal, dan sumber atau jalan masuknya infeksi. Oleh karena itu, setiap trauma jalan lahir memerlukan tindakan yang cepat dan tepat dengan tujuan melakukan operasi rekontruksi, mengangkat perdarahan dan sumber infeksi sehingga jiwa penderita dapat diselamatkan (Manuaba, 2008).

21 2. Klasifikasi Jenis robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut: a. Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum b. Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan otot-otot perineum c. Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani eksterna d. Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang meluas sampai ke mukosa (Sumarah, 2009). Terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu (jumlah paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana semestinya, riwayat persalian, ekstraksi cunam, ekstraksi vacum, trauma alat dan episiotomi (Wiknjosastro, 2005).

22 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori Winkjosastro (2005) terjadinya rupture perineum. Maka kerangka konsep dapat dijadikan sebagai berikut : Variable Independen Variable Dependent Posisi partus Berat badan lahir Rupture perineum spontan Teknik Mengedan Gambar 3.1 Kerangka konsep

23 B. Definisi operasional Tabel 3.1 Definisi operasional No Variable independen Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Dependen 1 Rupture perineum spontan Robekan jalan lahir yang dialami ibu bersalin setalah melahirkan secara tidak sengaja Observasi register rekam medik dengan kriteria - Tingkat sedang bila, (Ibu rupture TK I dan II) - Tingkat berat bila ibu rupture tingkat III dan IV Register rekam medik - Tingkat sedang ( I dan II) - Tingkat Berat ( III dan IV) Ordinal independen 1 Posisi partus Posisi yang dilakukan ibu untuk kenyamana n dirinya saat persalinan Membagikan kuesioner, dengan kriteria telentang bila memilih posisi litotomi/supine tidak terlentang bila ibu memilih posisi lain seperti semi fauler, jongkok, berdiri, berbaring miring - Kuesioner - Telentang - Tidak terlentang Nominal

24 2. Berat Berat badan Observasi rekam Register rekam - BBLR Ordinal badan lahir saat medik dengan medik - Normal lahir dilahirkan kriteria penilaian BBLR : <2500 gr Normal : 2500-4000 gr 3. Teknik Cara Membagikan - Kuesioner - Baik Ordinal mengedan mengedan kuesioner dengan - kurang ibu dalam kriteria : persalinan - baik bila melakukan semua teknik yang dianjurkan - Kurang bial salah satu teknik yang dianjurkan tidak dilakukan C. Hipotesa 1. Ha : Ada hubungan antara posisi partus dengan terjadi rupture perineum spontan pada persalinan normal 2. Ha : Ada hubungan antara berat badan lahir dengan terjadi rupture perineum spontan pada persalinan normal 3. Ha : Ada hubungan antara teknik mengedan dengan terjadi rupture perineum spontan pada persalinan normal

25 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan coss sectional study yang variabel independent dan dependent di ukur secara bersamaan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSIA Banda Aceh 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 29 Juli-2 Agustus 2013 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu-ibu yang bersalin di RSIA. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang ada dalam penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling (yaitu sampel yang diteliti secara kebetulan)

26 D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian mengenai perbedaan berat badan lahir dengn terjadinya rupture perineum pada persalinan normal di rumah sakit ibu dan anak. 2. Data sekunder Data yang diperoleh dari RSIA Banda Aceh di ruang bersalin. E. Cara Pengolahan Data Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2007). a. Editing Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik(angka)terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. c. Transfering Dimana data yang diberi kode disusun secara berturut-turut dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel. d. Tabulating Yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah dan dipindahkan kedalam tabel untuk masing- masing tabel dan untuk masing- masing variabel.

27 F. Teknis Analisis Data a. Analisa univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya penelitian ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisa yang digunakan adalah analisa uraian yaitu yang dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel yang diamati, sehingga dapat mengetahui karakteristik atau gambaran dari variabel yang di teliti. Dalam analis univariat ini digunakan rata-rata mean untuk menganalisa hasil rata-rata hitung dari semua hasil pengamatan yang telah dilakukan, analisa ini digunakan karena kemungkinan ditemukan adanya kesamaan pada hasil pengukuran/pengamatan, sedangkan standar deviasi digunakan untuk memperoleh gambaran adanya hasil nilai tengah secara berbeda. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : 1. Rata-rata(mean) = Ket: n x : Mean rata-rata : Nilai X ke 1 sampai ke n : Jumlah Sampel

28 b. Analisa bivariat Analisa bivariat merupakan hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa di lakukan analisa statistic dengan menggunakan uji data chi-square test pada tingkat kemeknaannya adalah 95% (P<0,05), sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program perhitungan uji chi-square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. Perhitungan yan digunakan pada uji chi-square untuk program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut (Hartono, 2005) : 1. Bila pada table 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah fisher exact 2. Bila pada table 2x2, dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity correction. 3. Bila table lebih dari 2x2 masih juga terdapat frekuensi (harapan) e kuarang dari 5, maka dialkukan koreksi dengan menggunakan rumus yate s correction contunity. 4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tiga variabel.

29 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara Demografi lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak berada di jalan Prof. A. Majid Ibrahim no.13.rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah Aceh yang dibentuk berdasarkan Qanun (Perda) Pemerintah Aceh nomor 5 tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh,selanjutnya dengan Qanun nomor 5 tahun 2007 terjadi perubahan nomenklatur menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Provisi Aceh. RSIA Pemerintah Aceh adalah rumah sakit dengan tipe B khusus,kapasitas tempat tidur 98 TT, berdiri pada area seluas 9.307 m dengan luas bangunan 8.575 m, sesuai dengan fungsinya RSIA Pemerintah Aceh bertugas menyenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan Ibu dan Anak dengan jenis pelayanan meliputi Pelayanan Medik yaitu pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, kamar bedah, rawat intensif, penunjang medik, Rawat Jalan yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pelayanan imunisasi. Rawat Inap yaitu perawatan kebidanan, perawat penyakit anak, perawatan bedah, perawatan penyakit dalam. Gawat Darurat yaitu pelayanan trauma, pelayanan non trauma. Perawatan intensif yaitu NICU /PICU,ICU.

30 Di tinjau dari segi geografis Rumah Sakit Ibu dan Aank Provinsi Aceh di batasi oleh : 1. Bagian Barat berbatasan dengan sungai 2. Bagian Timur berbatasan dengan jln.prof A.Masjid Ibrahim 3. Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima Kodam Iskandar Muda 4. Bagian Utara berbatasan dengan lorong bonsai B. Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan dari tanggal 29 Juli-2 Agustus 2013 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Jumlah sampel yang diperoleh sebagai responden yaitu 40 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden menggunakan observasi untuk mengukur Rupture Perineum Spontan dan Berat Badan Lahir. Untuk mengukur Posisi partus menggunakan kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan dengan mencantumkan gambar-gambar posisi dalam persalinan. Untuk mengukur tehnik mengedan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan. C. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen yang terdiri dari Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Tehnik mengedan dan Rupture Perineum Spontan.

31 a. Posisi Partus Tabel : 5.1 Distribusi Frekuensi Posisi Partus di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013 No Posisi Partus Frekuensi(F) Persentase(%) 1 Tidak Terlentang 33 82,5 2 Terlentang 7 17,5 Jumlah 40 100 Sumber Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 40 responden mayoritasnya menggunakan posisi partus secara tidak terlentang sebanyak 33 orang (82,5%). b. Berat Badan Lahir Tabel : 5.2 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Dirumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013 No Berat Badan Lahir Frekuensi (F) Presentase (%) 1 2 Normal BBLR 36 90 4 10 Jumlah 40 100 Sumber Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 40 responden, yang memiliki Berat Badan Lahir Normal sebanyak 36 Orang (90%).

32 c. Teknik Mengedan Tabel : 5.3 Distribusi Frekuensi Teknik Mengedan Dirumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013 No Teknik Mengedan Frekuensi (F) Presentase (%) 1 Baik 32 80 2 Kurang 8 20 Jumlah Sumber Data Primer diolah Tahun 2013 40 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 40 responden yang memiliki teknik mengedan yang baik sebanyak 32 Orang (80%). d. Rupture Perineum Spontan Tabel : 5.4 Distribusi Frekuensi Rupture Perineum Spontan Dirumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013 No Rupture perineum Frekuensi (F) Presentase (%) spontan 1 Sedang 33 82,5 2 Berat 7 17,5 Jumlah 40 100 Sumber Data Primer diolah Tahun 2013

33 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang memiliki rupture perineum spontan dengan tingkat sedang sebanyak 33 Orang (82,5%). D. Analisa Bivariat 1. Hubungan Posisi Partus Terhadap Rupture Perineum Spontan Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu hubungan posisi partus terhadap rupture perineum spontan pada persalinan dengan melakukan uji statistik chisquare dengan menggunakan uji Fisher s Exact Test dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai P<0,05. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Posisi Partus terhadap Rupture perineum Spontan Pada persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013 No Posisi Partus Rupture Perineum Spontan Sedang Berat F % f % Jumlah % 1 Terlentang 0 0 7 100 7 100 2 Tidak terlentang 33 100 0 0 33 100 Total 33 82,5 7 17,5 40 100 P- Value 0.000

34 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang melakukan posisi partus tidak terlentang, semua responden 33(100%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 7 orang responden yang melakukan posisi partus secara terlentang, semua responden 7(100%) mengalami rupture perineum spontan tingkat berat. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara posisi partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P<0,05. 2. Hubungan berat badan lahir Terhadap Rupture Perineum Spontan Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu hubungan berat badan lahir terhadap rupture perineum spontan pada persalinan dengan melakukan uji statistik chi-square dengan menggunakan uji Fisher s Exact Test dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai P<0,05. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan berat badan lahir terhadap Rupture perineum Spontan Pada persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013 No Berat Badan lahir Rupture Perineum Spontan Sedang Berat Jumlah % P- Value f % f %

35 1 Normal 30 83,3 6 16,7 36 100 2 BBLR 3 75,0 1 25,0 4 100 Total 33 82,5 7 17,5 40 100 0,552 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 36 responden yang berat badan lahir normal, sebanyak 30 responden (83,3%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 4 orang responden yang berat badan lahir rendah, sebanyak 3 responden (75,0%) mengalami rupture perineum spontan tingkat sedang. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P>0,05. 3. Hubungan teknik mengedan Terhadap Rupture Perineum Spontan Analisa Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu hubungan teknik mengedan terhadap rupture perineum spontan pada persalinan dengan melakukan uji statistik chi-square dengan menggunakan uji Fisher s Exact Test dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai P<0,05. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hubungan teknik mengedan terhadap Rupture perineum Spontan Pada persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Tahun 2013

36 No Teknik mengedan Rupture Perineum Spontan Sedang Berat f % f % Jumlah % 1 Baik 33 100 0 0 33 100 2 Kurang 0 0 7 100 7 100 Total 33 82,5 7 17,5 40 100 P- Value 0,000 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang teknik mengedan baik, semua responden 33 (100%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 7 orang responden yang teknik mengedannya kurang, semua responden 7(100%) mengalami rupture perineum spontan tingkat berat. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P<0,005. E. Pembahasan 1. Hubungan posisi partus dengan rupture perineum spontan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden yang melakukan posisi partus tidak terlentang, semua responden 33(100%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 7 orang responden yang melakukan posisi partus secara terlentang, semua responden 7(100%) mengalami rupture perineum spontan tingkat berat.

37 Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa ada hubungan antara posisi partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P= 0,000. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro(2005), mengemukakan bahwa rupture perineum selain disebabkan oleh faktor ibu, pimpinan persalinan yang tidak sebagaimana mestinya seperti posisi saat persalinan (Posisi partus) yang tidak benar yakni posisi terlentang dapat menyebabkan rupture perineum yang lebih berat, sehingga untuk menghindari terjadinya rupture yang berat dengan memimpin persalinan secara benar yakni sebaiknya posisi setengah duduk atau berbaring miring. Hasil penelitian Rahmi, F (2006), bahwa ada hubungan antara Posisi persalinan dengan rupture perineum pada ibu primigraviga di Bps. Sri Hariati Bandung. Dimana ibu ibu primigravida yang melakukan posisi persalinan secara tidak terlentang umumnya 13 responden (64,2%) mengalami rupture perineum ringan, sedangkan ibu yang melahirkan dengan posisi terlentang 18 (68,6%) responden yang mengalami rupture perineum berat. Berdasarkan asumsi peneliti bahwa posisi partus berhubungan dengan rupture perineum spontan karena jika ibu menggunakan posisi terlentang, hal ini disebabkan ibu dengan posisi terlentang akan lebih mudah mengangkat bokongnya, maka kemungkinan besar akan terjadinya rupture yang berat.

38 Namun jika ibu melakukan posisi yang benar maka rupture akan lebih ringan seperti setengah duduk posisi ini cukup membuat ibu nyaman, posisi ini juga digunakan untuk pemeriksaan vagina (alat kelamin), dan suplai oksigen dari ibu kejanin pun juga dapat berlangsung secara maksimal. Sehingga mengurangi frekuensi terjadinya rupture perineum. 2. Hubungan berat badan lahir Terhadap Rupture Perineum Spontan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 responden yang berat badan lahir normal, sebanyak 30 responden (83,3%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 4 orang responden yang berat badan lahir rendah, sebanyak 3 responden (75,0%) mengalami rupture perineum spontan tingkat sedang. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P= 0,552. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro (2005), mengemukakan bahwa Berat Badan Lahir merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya rupture perineum. Bila berat badan lahir rendah kemungkinan lebih kecil frekuensi terjadinya rupture perineum. Namun paritas dan jarak kelahiran juga merupakan faktor terjadi rupture perineum, jarak kelahiran yang telalu dekat memungkinkan terjadi rupture perineum yang berat.

39 Hasil penelitian Suliswati (2010), bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum di Rumah Sakit Umum fauziah Bireuen. Dimana berat badan lahir dengan makrosomia yang menyebabkan terjadinya rupture perineum umumnya 15 responden (68,2%) mengalami rupture tingkat sedang, sedangkan ibu yang melahirkanbayi dalam kategori normal, 18 (61,6%) responden yang mengalami rupture perineum berat. Berdasarkan asumsi peneliti bahwa berat badan lahir tidak berhubungan dengan rupture perineum spontan karena dimana seorang ibu yang melahirkan dengan berat badan lahir rendah tidak menutupi kemungkinan ibu tersebut mengalami tingkat rupture perineum yang sama dengan ibu yang melahirkan dengan berat badan bayi dalam kategori normal. Begitu hal nya dengan Berat badan dengan makrosomia tapi mengalami rupture perineum yang kecil, bahkan bayi yang lahir dengan berat badan rendah bisa mengalami rupture yang besar, itubisa disebabkan oleh mengedan yang salah. 3. Hubungan teknik mengedan Terhadap Rupture Perineum Spontan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden yang teknik mengedan baik, semua responden 33 (100%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 7 orang responden yang teknik mengedannya kurang, semua responden 7(100%) mengalami rupture perineum spontan tingkat berat.

40 Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P= 0,000. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2003), mengemukakan bahwa mengedan yang benar dengan mengedan sesuai dengan dorongan alamiah selama kontaksi. Selain itu juga ibu tidak di anjurkan untuk menahan nafas pada saat mengedan atau nafas jangan terengah-engah. Teknik mengedan yang benar yakni dimana saat ibu mengedan tidak mengangkat bokongnya. Menurut asumsi peneliti bahwa ada hubungan teknik mengedan dengan rupture perineum, karena jika teknik mengedan salah maka rupture perineum juga bisa lebih berat dibandingkan dengan teknik mengedan secara benar. Hal ini disebabkan oleh cara seseorang dalam mengatur nafas saat mengedan dan juga cara melakukan dorongan saat mengedan. Sehingga diperlukan pengetahuan ibu dan bantuan dari penolong agar ibu dapat mengedan dengan benar untuk mengurangi rupture perineum.

41 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara posisi partus, berat badan lahir, teknik mengedan dengan terjadinya rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dapat disimpulkan hasil pembahasan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara posis partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013. 2. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013. 3. Ada hubungan antara teknik mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013.

42 B. Saran 1. Kepada ibu yang akan bersalin agar melakukan posisi persalinan secara tidak terlentang dan teknik mengedan secara benar untuk mengurangi resiko terjadinya rupture perineum spontan saat persalinan normal. 2. Kepada Pegawai rumah sakit ibu dan anak agar menganjuurkan pasien untuk melakukan posisi tidak terlantang saat persalinan agar mengurangi frekuensi rupture perineum derajat 3 dan 4. 3. Kepada institusi pendidikan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum.

43 DAFTAR PUSTAKA Adnan, 2012, Bayi Berat Badan Lahir Rendah, copyright 2011-2012 kesehatan masyarakat. Powered by blogger. Di akses tanggal 09 januari 2013 Alimul, 2005. Riset Dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Pertama, Jakarta, Selemba Medika Andro, 2012, Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida, @Androskripsi.blogspot.Com Di akses tanggal 24 desmber 2012 Arikunto, 2003. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rinika Cipta Budiarto,E.2002. Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat, Jakrta, EGC Depkes, 2004. Rupture Perineum. //www.lestdtudy-ryny.blogspot.com. di akses pada tanggal 12 januari 2013 Diah Nur, 2012. Posisi Meneran Saat Persalinan. http ://www. Blogdiah. Blogspot. com.diakses pada tanggal 12 maret 2013 Heimburger, 2009. Rupture Perineum.http ://www.scribd.com. diakses pada tanggal 09 januari 2013 Hilmy, 2010. Rupture Perineum. http://scribd.com. Diakses pada tanggal 09 januari 2013 Krinadi, 2009. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Rupture Perineum Persalinan Nomal Pada Persalinan Primigravida.http://www. Androskripsi. Blogspot.com.diakses pada tanggal 09 januari 2013 Lia, 2012. Cara Mengejan. http ://www. Bidanlia.blogspot.com.diakses pada tanggal 12 maret 2013 Manuaba, 2005. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Pada Primigravida.http://www. skipsi.pediat.com.diakses pada tanggal 13 januari 2013 Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta

44 Pratiwi, 2006. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Terjadinya Rupture Perineum Spontan Pada Persalinan Normal, Yayasan Harapan Bangsa Banda Aceh Prawirohardjo, 2007. Acuan Asuhan Persalinan Normal. YBPS : Jakarta Sarifuddin, 2005. Posisi Meneran Saat Persalinan. Salemba medika Jakarta Sastroasmoro, 2002. Pendekatan Metode Penelitian. Rineka Cipta Jakarta Siswono, 2003. Rupture Perineum. Rajawali Press Jakarta Sjahmien moehji, 2003. Ilmu Gizi Dan Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti Bhratara. Jakarta Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Fitramaya : Yogyakarta Susi salfianti. 2001. Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum Dan Sesudh Menggunkan Kontrasepsi Suntik Di Bidan Praktek Swasta Ratna Ramlah Banda Aceh, Yayasan U budiyah Banda Aceh Tsyania, 2007. Bayi Baru Lahir. Rineka Cipta Jakarta Winkjosastro, 2005. Rupture Perineum, Fitramaya : Jakarta