STUDI PERBANDINGAN ANALISIS KOLOM PERSEGI DENGAN KOLOM PIPIH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DIAGRAM INTERAKSI KOLOM PADA PERENCANAAN KOLOM PIPIH BETON BERTULANG (042S)

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

STUDI KAPASITAS PENAMPANG EKIVALEN KOLOM PERSEGI TERHADAP PENAMPANG KOLOM L, T DAN + PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN BEBAN GEMPA

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

STRUKTUR BETON BERTULANG II

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

Bab V Studi Kasus Studi Kasus Ketahanan Kolom Terhadap Eksentrisitas berdasarkan Kekuatan Beton Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.1 Gambar 5.

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SUPERMARKET PRASADA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SK SNI T DI KABUPATEN BLITAR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG


PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG LIPPO CENTER BANDUNG

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

1.2) Kolom Tampang L a) Kondisi Regangan Berimbang b) Kondisi Tekan Menentukan c) Kondisi Tarik Menentukan BAB III.

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DINDING GESER DI BANDUNG

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

STRUKTUR BETON BERTULANG II

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

BAB III METODE PENULISAN

1.6 Tujuan Penulisan Tugas Akhir 4

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. beban maka struktur secara keseluruhan akan runtuh. yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

ABSTRAK. Kata kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, dinding geser, tahan gempa, SNI

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Jenis-jenis Kolom : Kolom Ikat ( tied column Kolom Spiral ( spiral column Kolom Komposit

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk Jembatan SNI dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

Transkripsi:

STUDI PERBANDINGAN ANALISIS KOLOM PERSEGI DENGAN KOLOM PIPIH R. S. Kwandou 1, R.I. Halim 1, J. Tanijaya 2, H.T. Kalangi 3 1,3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atmajaya Makassar, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar Email: robbykwandouw@yahoo.com 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Perintis Kemerdekaan Km 13 Makassar Email: depeka@indosat.net.id 1. ABSTRAK Tulisan ini membahas hasil studi perbandingan analisis antara kolom persegi dengan kolom pipih pada struktur portal tanpa pengaku lateral. Bentuk penampang kolom persegi yang umumnya digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk penampang seperti huruf L (L-shaped column), huruf T (T-shaped column) dan bentuk + (plusshaped column) dengan ukuran lebar mengikuti tebal dinding sehingga tidak terlihat adanya tonjolan pada dinding. Perhitungan momen lentur menggunakan pendekatan metode uniaksial ekivalen dengan prinsip mengubah momen dua arah (biaxial bending) menjadi momen satu arah (uniaxial bending). Luas penampang kolom yang digunakan untuk kolom persegi dan kolom pipih memiliki nilai yang sama yaitu 900 cm 2 dan 1600 cm 2. Hasil perhitungan dengan metode uniaksial ekivalen terlihat bahwa terjadi peningkatan luas tulangan sebesar 21,62%, 31,50% dan 51,57% masingmasing dari kolom tepi berbentuk L, kolom tepi tengah berbentuk T dan kolom tengah berbentuk + secara berturut-turut terhadap hasil perhitungan kolom persegi dengan bantuan program SAP2000 v14 (metode lentur biaksial). Kata kunci: uniaksial, biaksial, momen inersia PENDAHULUAN Dalam suatu perencanaan struktur bangunan/gedung, perencana struktur biasanya menyesuaikan dengan letak dan proporsi ruangan yang telah dibuat oleh perencana arsitektur. Namun setelah perencanaan struktur dilakukan biasanya luas pemakaian ruangan akan berkurang akibat penonjolan penampang kolom sehingga mengurangi luas sesungguhnya dari ruangan tersebut. Oleh karena itu sebagai alternatif dibuat kolom pipih dengan tebal mengikuti lebar ukuran dinding agar masalah pengurangan luas ruangan yang telah direncanakan teratasi. Sekarang ini kolom pipih semakin banyak digunakan dalam konstruksi rumah tinggal. Bentuk penampang kolom yang umumnya digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk penampang seperti huruf L (L-shaped column), huruf T (T-shaped column) dan bentuk + (plus-shaped column). Penerapan kolom pipih ini dilaksanakan mengikuti lebar dinding sehingga memberikan nilai estetika yaitu memberi kesan ruangan menjadi lebih luas. Namun pengetahuan atau informasi mengenai penggunaan kolom pipih ini masih sangat kurang terutama mengenai sifat mekanik dan kekuatannya. 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Resmi Bestari Muin (2008), kolom merupakan elemen tekan yang menumpu/menahan balok yang memikul beban-beban pada lantai sehingga kolom ini sangat berarti bagi struktur. Jika kolom runtuh, maka bangunan akan runtuh pula secara keseluruhan. Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi juga momen (Gambar 1). Gambar 1. Kolom beton (Resmi Bestari Muin, 2008) SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-205

Penataan ruang dari segi arsitektural telah menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan sekarang ini. Oleh sebab itu penggunaan kolom persegi mulai ditinggalkan lalu digantikan dengan kolom pipih. Kolom pipih ini memiliki bentuk yang tidak hanya berupa bentuk segiempat melainkan juga berbentuk L, bentuk T dan juga bentuk + (Gambar 2). Menurut Ghoneim (2008), kolom merupakan elemen terpenting struktur dari suatu gedung. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya keruntuhan gedung yang terjadi diakibatkan oleh keruntuhan kolom. Kolom pada struktur memikul beban yang berasal dari pelat dan balok kemudian meneruskannya ke pondasi dan oleh sebab itu maka pada umumnya kolom merupakan komponen tekan disamping juga menerima momen yang terjadi disebabkan karena kontinuitas yang ada pada struktur (W.H. Mosley, 1987). 3. Gambar 2. Kolom pipih berbentuk khusus HUBUNGAN BEBAN AKSIAL DAN MOMEN Gaya aksial P u bekerja pada kolom berjarak e terhadap sumbu pusat kolom dapat dinyatakan dengan rumus: M u = P u. e (1) Eksentrisitas tidak terduga dapat timbul akibat pelaksanaan pekerjaan di titik-titik buhul yang tidak sempurna sehingga terjadi pergeseran sumbu sistem bangunan ataupun akibat penggunaan bahan berbeda mutu. Dengan pertimbangan tersebut, perencanaan kolom umumnya didasarkan pada momen akibat dari beban aksial dengan eksentrisitas relatif besar (Gambar 3). Gambar 3. Hubungan beban aksial-momen-eksentrisitas (Istimawan Dipohusodo,1994) Kekuatan suatu penampang kolom dapat diperhitungkan terhadap banyak kemungkinan kombinasi pasangan beban aksial dan momen sehingga terdapat beberapa kemungkinan kuat beban aksial yang berbeda, dengan masing-masing mempunyai pasangan kuat momen tersendiri. 4. METODE UNIAKSIAL EKIVALEN Metode uniaksial ekivalen dilakukan dengan cara mengubah nilai momen arah-x dan arah-y menjadi suatu nilai momen ekivalen. Nilai dari M y dan M x diubah menjadi momen resultan tunggal dengan mengalikan suatu faktor penambahan nilai momen sebesar 15%. 2 2 Me 1,15 M x M y dengan M e = momen ekivalen [N-mm], M x = momen arah-x [N-mm] dan M y = momen arah-y [N-mm] Arah resultan momen yang terjadi berpengaruh dalam menentukan letak garis netral. Arah resultan tersebut ditentukan berdasarkan nilai momen lebih besar yang bekerja terhadap sumbu-x ataupun sumbu-y. Apabila M x > M y maka letak garis netral ditentukan berdasarkan arah sumbu-x dan demikian pula sebaliknya bila M x < M y maka letak garis netral ditentukan berdasarkan arah sumbu-y. Prinsip perhitungan kolom pipih ini memberikan keuntungan untuk perhitungan pada kolom dengan berbagai macam bentuk penampang. Selanjutnya maka dilakukan perhitungan momen inersia kolom, titik berat penampang, luas penampang kolom dan jari-jari girasi kolom. (2) S-206 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Pengaruh kelangsingan kolom dalam perhitungan perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah kolom akan dianalisis sebagai kolom pendek atau kolom langsing. Pengaruh kelangsingan untuk struktur kolom tanpa pengaku lateral dapat ditentukan berdasarkan angka kelangsingan yang dinyatakan dengan rumus: k u < 22 (3) r Ig r (4) A g dengan k = faktor panjang efektif panjang efektif [m], r = jari-jari girasi [m], I g = momen inersia bruto penampang [m 4 ] dan A g = luas penampang bruto penampang [m 2 ]. Apabila termasuk kolom langsing dan angka kelangsingan tidak lebih besar daripada 100 maka digunakan metode perbesaran momen untuk menghitung hasil momen akhir yang diperoleh. Rumus perbesaran momen yang digunakan yaitu: M c = M ns + s M s (5) dengan M c = momen pada kolom setelah terjadi perbesaran [N-mm], M ns = momen pada kolom akibat dipengaruhi gaya gravitasi [N-mm], M s = momen pada kolom akibat dipengaruhi gaya lateral [N-mm] dan s = faktor perbesaran momen akibat adanya pergoyangan. Setelah memperoleh nilai M c untuk masing-masing arah momen yang bekerja maka momen akhir setelah diperbesar akan diubah menjadi momen satu arah (uniaksial ekivalen) dengan menggunakan persamaan (2). Selanjutnya dihitung nilai eksentrisitas yang terjadi lalu ditetapkan suatu nilai c asumsi yang akan digunakan dalam perhitungan penulangan. 5. PERHITUNGAN PENULANGAN KOLOM PADA EMPAT SISI Perhitungan penulangan kolom pada empat sisi memberikan kesulitan tersendiri dalam hal menentukan nilai c secara tepat. Oleh karena itu digunakan metode coba-coba (trial-error) dalam menentukan nilai c yang tepat. Perhitungan dipisahkan berdasarkan momen dan aksial yang diterima penampang beton dan yang diterima oleh tulangan. Masing-masing nilai tersebut akan diakumulasikan untuk memperoleh nilai momen nominal dan kapasitas aksial nominal penampang kolom. Diagram regangan yang terjadi merupakan gabungan antara regangan beton dengan regangan tulangan (Gambar 4). Nilai a (tinggi blok ekivalen) perlu diperhatikan dalam perhitungan momen dan aksial pada beton sedangkan nilai d i merupakan nilai yang perlu diperhatikan dalam perhitungan momen dan aksial pada tulangan (Gambar 5). Gambar 4. Diagram regangan beton c d f i y fsi 600 x (6) c γ s æ 7 e ö γ 1,15 x ç (7) s è 6 3 ø F si = Σ{f si (n i x A si )} (8) M si = F si (y p - d i ) (9) Perhitungan momen dan aksial pada beton pada dasarnya juga memiliki prinsip perhitungan yang sama dengan momen dan aksial pada tulangan yang diperoleh dengan menjumlahkan tiap-tiap baris yang ada apabila terdapat perbedaan lebar penampang b. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-207

0,67 x fcu Fci x A γ γ c c æ 7 e ö 1,5 x ç è 6 3 ø ci (10) (11) A ci a x b (12) M ci = F ci (y p - ½ a) (13) Gambar 5. Contoh nilai d dan a pada kolom L (mm) Setelah memperoleh nilai ΣF ci dan ΣF si maka diperoleh nilai P n yang merupakan hasil penjumlahan antara keduanya. Untuk memperoleh nilai c yang sebenarnya maka nilai P n harus dibandingkan terhadap P u dengan persyaratan bahwa perbedaan antara nilai P n dan P u tidak lebih besar dari 5%. Apabila nilai P n telah mendekati nilai dari P u maka yang perlu dilihat perbandingan antara nilai M n dengan M u. Nilai M n diperoleh dari penjumlahan antara ΣM ci dan ΣM si. Apabila nilai dari M n > M u maka berarti penampang mampu memikul aksial dan lentur yang terjadi bersamasama sedangkan apabila M n < M u berarti penulangan harus ditambah atau luas penampang kolom harus diperbesar. Jarak spasi antartulangan sengkang tidak boleh lebih besar dari: 6. a. 48 kali diameter batang tulangan sengkang b. 16 kali diameter batang tulangan memanjang c. ukuran kolom arah terkecil HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN P n = ΣF ci + ΣF si (14) M n = ΣM ci + ΣM si (15) Berikut disajikan hasil perhitungan penulangan dan perbandingan antara kolom pipih dengan kolom persegi. Hasil penulangan yang diperoleh berasal dari perhitungan SAP2000 v14 (lentur biaksial) dan perhitungan manual menggunakan metode uniaksial ekivalen. Perhitungan gaya-gaya dalam yang diperoleh dengan menggunakan bantuan program SAP2000 v14 (lentur biaksial) untuk selanjutnya digunakan dalam menghitung penulangan dengan metode uniaksial ekivalen (Tabel 1). Tabel 1. Hasil perhitungan perbandingan kolom persegi dengan kolom pipih Kolom A4 (kolom tepi) Kolom C4 (kolom tepi tengah) Kolom C3 (kolom tengah) Kolom Kolom Kolom Kolom L Kolom T persegi persegi persegi Kolom + P c (kn) 1995.06 3058.53 1835.51 2218.89 5688.91 7941.57 δ s 2.38 1.74 2.38 1.74 2.38 1.74 My ns (kn-m) -15.99 9.77-27.05 14.17-4.43-4.53 My s (kn-m) -19.78 21.93-17.03 15.13-58.04-44.71 My c (kn-m) -63.14 48.04-67.63 40.56-142.77-82.54 Mx ns (kn-m) 19.92-12.09-1.35-1.24-5.49-5.93 Mx s (kn-m) 19.36-19.98-25.46-25.25-58.76-42.23 Mx c (kn-m) 66.08-46.95-62.04-45.29-145.53-79.61 M e (kn-m) 105.10 77.25 105.54 69.92 234.45 131.88 P u (kn) 501.28 514.42 1066.83 1063.10 2319.61 2317.48 I x (cm 4 ) 67500 103481.6598 67500 103481.6598 213333.3333 296663.75 S-208 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

I y (cm 4 ) 67500 103481.6598 67500 75058.75 213333.3333 296663.75 I min (cm 4 ) 67500 103481.6598 67500 75058.75 213333.3333 296663.75 I max (cm 4 ) 67500 103481.6598 67500 103481.6598 213333.3333 296663.75 A g (cm 2 ) 900 915 900 915 1600 1605 A s perlu dari SAP (mm 2 ) 1891.11-3107.59-3844.49 - A s uniaksial ekuivalen (mm 2 ) 3402.34 2412.74 5890.49 4536.46 9817.48 7938.80 Hasil perhitungan memberikan nilai perbandingan antara luas penulangan kolom persegi menggunakan SAP2000 v14 (lentur biaksial) dibandingkan dengan hasil penulangan kolom pipih L, T dan + menggunakan metode uniaksial ekivalen (Tabel 2). Tabel 2. Hasil rekapitulasi perhitungan kolom persegi SAP2000 v14 dengan kolom pipih metode uniaksial ekivalen 7. Nilai A s kolom (mm 2 ) Kolom Tepi Kolom Tepi Tengah Kolom Tengah Persegi L Persegi T Persegi + SAP2000 v14 1891.11-3107.59-3844.49 - Uniaksial ekivalen - 2412.74-4536.46-7938.80 % kenaikan 21.62% 31.50% 51.57% PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai luas penulangan secara berurutan mulai dari kolom tepi (L-shaped column), kolom tepi tengah (T-shaped column) dan kolom tengah (+-shaped column) yang digunakan sebesar 21.62%, 31.50% dan 51.57% terhadap kolom persegi hasil perhitungan SAP2000 v14 (lentur biaksial) bila dibandingkan terhadap kolom pipih hasil perhitungan metode uniaksial ekivalen. Luas penampang kolom yang digunakan antara kolom persegi dengan kolom pipih memiliki nilai yang sama yaitu 900 cm 2 dan 1600 cm 2. Walaupun memiliki nilai luas penampang yang sama namun momen inersia yang dimiliki kolom pipih lebih besar bila dibandingkan dengan kolom persegi sehingga akan dihasilkan faktor perbesaran momen yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kolom persegi. 8. KESIMPULAN Kolom pipih (uniaksial ekivalen) menghasilkan luas penulangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan kolom persegi (SAP2000 v14- lentur biaksial) dengan luas penampang yang sama. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Dipohusodo, I. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ghoneim, M. & El-Mihilmy, M. 2008. Design of Reinforced Concrete Structures, Volume 2. Cairo University. Menon, D. & Pillai, U. 2008. Reinforced Concrete Design, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw Hill. Mosley, W. H. & Bungey, J. H. 1987. Reinforced Concrete Design, Third Edition. London: Macmillan Education Ltd. Muin, Resmi B. 2008. Struktur Beton Bertulang II. (Online), (http://pskm.mercubuana.ac.id, diakses 10 Maret 2011). Nawy, Edward G. 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan Ketiga. Terjemahan oleh Bambang Suryoatmono. Bandung: PT Refika Aditama. Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). 2002. Bandung: Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITB. Wijaya, H. & Alfonso, J. 2006. Aplikasi Kolom Langsing Pada Bangunan Bertingkat Banyak. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Makassar. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-209

S-210 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5