BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Ohoiwutun (2002: 14) menyatakan bahasa digunakan sehari-hari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. (al-qattan, 1973: 11). Di dalam al-qur an Allah menjelaskan beberapa ketentuan

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yakni Al-Qur`an dan Hadits yang di dalamnya. Akhlak dalam Islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya. memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia siap memperbaiki

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Darwis, kemudian dikenal dengan KH A Dahlan.

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

SAMBUTAN BUPATI LEBAK PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-70 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang disegala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan

Mbah Said, Sebuah Catatan Tentang Moderasi Islam Bagian I

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif

BAB I PENDAHULUAN. Novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral merupakan novel

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan mampu bersaing di ranah perjuangan ini. yang siap dan bisa menghadapi tantangan di segala aspek baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berupa ajakan, seruan dan sebagai pemberi peringatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan zaman. Pendidikan juga merupakan sarana pelancar

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. peran di lingkungannya secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. demikian, persaingan harus diikuti dengan standar-standar yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner pada saat itu dalam bidang agama dan pendidikan. Meskipun dia bukan berasal dari kalangan terpelajar tapi ide-ide cemerlangnya mampu membawa rakyat Indonesia ke arah perubahan. Sebagai salah satu contoh, beliau merubah sistem pendidikan di Indonesia, yang semula hanya ada pendidikan gubernemen milik pemerintah Hindia-Belanda dan pendidikan agama di madrasah-madrasah. Kemudian dia mempunyai gagasan untuk memadukan antara pendidikan agama dengan sistem pendidikan gubernemen. 1 Sebagaimana telah diketahui, kemiskinan dan kebodohan telah melanda rakyat di Indonesia akibat penjajahan yang berkepanjangan. Penjajahan telah menciptakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat bangsa Indonesia pada waktu itu. 2 Sehingga kemiskinan dan kebodohan juga sangat melekat pada umat Islam. Hal ini berpengaruh juga pada pola fikir umat Islam yang terbelenggu dalam kejumudan dan hanya mementingkan masalah ritual keagamaan semata. 3 Tidak mudah untuk melakukan perubahan kondisi masyarakat bagi K.H. Ahmad Dahlan pada waktu itu. Beliau banyak mendapat tantangan keras dari masyarakat sekitar. Berbagai macam tuduhan diarahkan kepadanya. Ada yang menuduh bahwa beliau dikatakan hendak mendirikan 1 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Sekolah dalam Kurun Moderen (Jakarta: LP3ES, 1996), hal. 54. 2 Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Bandung: Mizan, 1998), hal.138. 3 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada) hal. 328. 1

agama baru, ada pula yang mengatakan Kiai palsu, bahkan ada yang mengatakan beliau adalah seorang Kiai kafir karena sudah meniru-niru Kristen dan macam-macam tuduhan yang lain. 4 Namun K.H. Ahmad Dahlan tidak surut semangatnya dalam berusaha mewujudkan citacitanya. Beliau terus berjuang di antaranya melalui jalan dakwah dan dunia pendidikan. Melalui dunia pendidikan ini, dia mampu merubah cara pandang masyarakat sekitar sedikit demi sedikit. Usaha yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dalam pendidikan ini merupakan salah satu jalan efektif yang dapat ditempuh untuk mengawali jalan perjuangannya. Dia mendedikasikan sebagian hidupnya di dalam dunia pendidikan. Hal ini merupakan upaya K.H. Ahmad Dahlan dalam memikirkan dan mempersiapkan generasi bangsa agar memiliki karakter diri menuju perubahan meskipun negeri dalam kondisi terjajah. Kegiatan mengajar dia lakukan di langgar yang dibangunnya maupun di tempat lain. 5 Beliau memulai mengajar dengan memberikan pengajian kecil kepada beberapa anak muda di lingkungan sekitar yang datang kepadanya. Kemudian memberikan pengajaran yang memancing daya pikir mereka dengan cara yang unik. 6 Cara pengajaran ini merupakan salah satu kreatifitas yang dimiliki K.H. Ahmad Dahlan dalam memberikan pendidikan kepada beberapa muridnya. Ini berarti menunjukkan bahwa beliau memiliki cara pengajaran tersendiri, yang berbeda dengan pengajaran-pengajaran pada umumnya. Pengajaran yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan mampu menggerakkan murid-muridnya untuk melakukan amal perbuatan dan akhirnya diwujudkan dalam suatu lembaga amal yang bergerak pada bidang sosial. Proses transfer pelajaran yang diberikan kepada murid-muridnya 4 Solichin Salam, KH. Ahmad Dahlan, Cita-Cita dan Perjuangannya (Jakarta : Depot Pengajaran Muhammadiyah), hal. 12. 5 Steenbrink, Op.Cit, hal. 52. 6 Film Sang Pencerah, Disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Produksi film; Raam Punjabi. 2

bukan hanya sekedar dalam bentuk mengetahui, memahami, dan menerapkan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sebagaimana yang saat ini dikenal dengan teori Taksonomi Bloom. Akan tetapi, materi pelajaran yang disampaikannya itu diwujudkan dalam bentuk amal usaha yang manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di sekitarnya. Sejarah telah mencatat, metode Ahmad Dahlan dalam setiap memberikan pelajaran kepada siapapun bukan hanya sekedar teori tapi dibimbingnya pula dengan aksi seperti slogan yang diajarkan kepada muridnya yaitu sedikit bicara banyak bekerja. 7 Demikian juga ketika ia mengajarkan surat Al-Ma un kepada beberapa muridnya selalu diulang-ulang. Akan tetapi muridmuridnya tidak sampai pikirannya dengan apa yang dimaksud oleh beliau. Hingga beliau memberikan pertanyaan balik (feed back) kepada muridnya yang menyebabkan rasa malu dengan ketidak fahamannya atas pelajaran yang diberikan. Tidak hanya selesai di situ saja, Ahmad Dahlan juga memberikan solusi sekaligus perintah untuk dilaksanakan segera. 8 Rupanya Ahmad Dahlan melakukan suatu terobosan dalam mendidik (mengajar) yang masih sangat baru pada zamannya. Di mana pada waktu itu pelajaran agama diajarkan masih sangat tekstual dan sarat ritual semata. 9 Inilah salah satu pengajaran K.H. Ahmad Dahlan yang terkenal, dan nantinya dikenal juga dengan teologi surat Al-Ma un, dari kajian surat inilah akan muncul amal usaha yang peduli dengan kondisi umat. Sebagai seorang ulama beliau menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Disampaikannya ilmunya kepada masyarakat, dan di saat masyarakat memerlukan petunjuk dan penerangan beliau penuhi itu dengan harapan dan penerangan. Selain itu, dia bukan hanya 7 Steenbrink, Op.Cit., hal. 52. 8 Film Sang Pencerah, Op.Cit. 9 Steenbrink, Op.Cit., hal. 10. 3

memiliki dan mengetahui berbagai ilmu-ilmu dan hukum-hukum agama melainkan juga mengerti benar-benar akan Tuhan dan perintah-nya, serta takut terhadap larangan-nya. Sebagai seorang ulama, beliau ingin mempraktekkan ilmu yang dimiliki dan yang telah diajarkannya dengan sungguh-sungguh dan konsekuen. 10 Jika diamati dalam masalah pendidikan agama pada waktu itu, Banyak orang yang akrab dengan Al-Qur an namun sebagian hanya sebatas pada kegiatan membaca, menghafal, dan menggunakan pada waktu salat semata. 11 Padahal Al-Qur an merupakan hudan li an-nas, yang membawa manusia kepada pencerahan. Dalam hal ini, Al-Qur an berkedudukan paling fungsional sebagai al-huda, suatu sumber nilai yang membuka cakrawala pemikiran baru dan mendinamiskan masyarakat. 12 Dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur an khususnya surat Al-Ma un, terdapat sesuatu yang membuatnya berfikir serius dan sungguh-sungguh. Kenapa orang yang mengaku menjalankan salat masih dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama? Maka hal ini tentunya ada keterkaitan antara ayat-ayat ini dengan pengamalan dalam kehidupan. 13 Ayat-ayat ini merupakan masalah yang difikirkan Kiai Dahlan sepanjang siang dan malam. Sehingga timbullah pertanyaan yang menggoncangkan hati Kiai Dahlan untuk merubah kemauannya, yaitu apakah betul kita dikatakan sebagai orang Islam jika tidak berani menyerahkan harta dan jiwa raganya di bawah hukum Allah?. 14 10 Solichin Salam, Op.Cit., hal. 23. 11 Steenbrink, Op.Cit., hal. 12. 12 M. Dawam Rahardjo, Paradigma Al-Qur an : Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005), hal. 32. 13 KRH. Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur an (Yogyakarta: LPI PPM, 2008), hal. 65. 14 Ibid, hal. 66. 4

Maka berangkat dari pemahaman surat ini, terjadilah follow up pada diri K.H. Ahmad Dahlan untuk mengorbankan harta benda miliknya serta diri dan waktunya kepada umat. Dia juga mengajak orang yang mau berjuang di jalan Allah. Berkaitan dengan uraian di atas, peneliti memahami bahwa pengajaran K.H. Ahmad Dahlan merupakan metode pengajaran yang perlu diambil nilai-nilainya dalam dunia pendidikan saat ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang persoalan yang ada dengan judul: Surat Al-Ma un dalam Perspektif K.H. Ahmad Dahlan (Kajian Aspek Pendidikan). B. Rumusan Masalah Dengan mencermati uraian yang menjadi latar belakang masalah tersebut, maka masalahmasalah yang menajadi fokus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa muatan/ kandungan surat Al-Ma un dalam perspektif Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan? 2. Bagaimana metode K.H. Ahmad Dahlan dalam memberikan pengajaran surat Al-Ma un? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan muatan/ kandungan surat Al-Ma un dalam perspektif pendidikan K.H. Ahmad Dahlan. 2. Untuk mendeskripsikan metode K.H. Ahmad Dahlan dalam memberikan pengajaran surat Al-Ma un? 5

D. Pengertian - Pengertian Istilah Supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami makna dari judul skripsi ini, maka di sini perlu dijelaskan istilah-istilah yang menjadi kata kunci. 1. Surat Al-Ma un Surat Al-Ma un merupakan bagian dari surat Al-Qur an yang berjumlah 114 surat, yang memiliki makna barang-barang yang berguna. Di mana di dalam surat ini diterangkan tentang orang yang mendustakan agama dan ancaman kecelakaan bagi orang-orang yang salat oleh karena tidak disertai dengan perilaku kesalehan sosial. 15 Dalam hal ini, pada suatu pagi K.H. Ahmad Dahlan memberikan pengajian kepada muridmuridnya tentang Surat Al-Ma un yang sudah beberapa kali diulang-ulang, sehingga mengundang pertanyaan salah satu muridnya. Ketika itu dijawab oleh Kiai Dahlan dengan pertanyaan pula apakah sudah dipraktekkan kandungan surat Al-Ma un tersebut?. 16 Hal inilah yang menjadi letak fokus perhatian pembahasan dalam kajian yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam memahami kandungan surat Al-Ma un. 2. Pendidikan Pendidikan berasal dari kata didik, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Contoh: Seorang ibu wajib ~ anaknya baik-baik. 17 15 Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Jumanatul Ali-Art,2005), hal. 603. 16 Solichin Salam, Op.Cit., hal. 58. 17 Kamus Besar Bahasa Indonesia, diambil dari KBBI Offline v1.1 Freeware, CD program yang diproduksi oleh Pusat Bahasa Diknas.2010. 6

Adapun secara istilah, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 18 3. K.H. Ahmad Dahlan Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama serta tokoh pahlawan nasional yang dilahirkan pada tahun 1868 di kampung Kauman, Yogyakarta. Nama asli beliau adalah Muhammad Darwis bin Kiai Haji Abu Bakar. 19 Beliau juga adalah seorang pendiri organisasi Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 18 November 1912, yang hingga saat ini menjadi organisasi terbesar di Indonesia. E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi baik dalam tataran teoritis maupun tataran praktis, bagi: 1. Setiap orang dalam memahami makna yang terkandung dalam surat-surat Al-Qur an dan disertai dengan pengamalannya. 2. Setiap orang (orang tua, guru, atau pemimpin) terkait cara pandang pemahaman terhadap pentingnya pola pendidikan, terutama dalam bidang amaliah. 18 PDF Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, diakses pada tanggal 3 Maret 2012 dari http://archive.web.dikti.go.id/2009/uuno20th2003sisdiknas.html. 19 Solichin Salam, Op.Cit., hal. 5. 7

3. Setiap pendidik sebagai panduan untuk meningkatkan kualitas pada tata cara pengajaran yang efektif, sehingga menghasilkan anak didik yang berjiwa manusia sosial amali. F. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan hasil yang tersusun secara sistematis dan terarah, sebagaimana judul yang diangkat, serta untuk memahami hasil penelitian ini, maka berikut ini gambaran sistematika penulisannya: Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pengertian-pengertian istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang menggambarkan secara garis besar materi yang akan dibahas dalam penelitian ini. Bab II Kajian Teoritik, bab ini berisi beberapa kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Adapun beberapa teori tersebut mengenai surat Al-Ma un dan tafsir surat Al-Ma un, seputar pendidikan dan lain-lain. oleh peneliti. Bab III Metode Penelitian, bab ini akan memuat tentang metode penelitian, yang dilakuan Bab IV Pembahasan dan Analisis, adapun beberapa permasalahan yang akan dipaparkan dan dianalisis di dalam bab ini, adalah bagaimana perspektif K.H. Ahmad Dahlan dalam menafsirkan surat Al-Ma un yang diajarkan kepada murid-muridnya, di mana masalah ini yang menjadi obyek penelitian. 8

Bab V Kesimpulan dan Saran, pada bab terakhir ini, penulis berusaha memberikan kesimpulan dari seluruh pembahasan pada bab sebelumnya dan saran sebagai ringkasan dan gambaran tentang penelitian ini. 9