PP IAI 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN KELUARGA SADAR OBAT PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SOSIALISASI GERAKAN KELUARGA SADAR OBAT (GKSO) DI DESA TABORE KECAMATAN MANTANGAI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 4.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan yang baik tentu menjadi keinginan dan harapan setiap orang, selain itu kesehatan dapat menjadi ukuran

BAB VI PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : kepada oknum Dokter maupun Apoteker yang memang tidak mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RechtsVinding Online

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGUATAN REGULASI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

PEDOMAN PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN GERAKAN NASIONAL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

Lampiran 1. Matrik Program Pengembangan Kelembagaan Koperasi

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

KURIKULUM ORIENTASI KIE BAGI PPKBD DAN SUB PPKBD

Bagian Keempat Kepala Seksi Promosi dan Survailans Kesehatan Kerja Pasal 62

Transkripsi:

PP IAI 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN KELUARGA SADAR OBAT PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN GERAKAN KELUARGA SADAR OBAT PP IAI 2014

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Obat merupakan komoditi kesehatan yang berdimensi luas karena tidak saja terkait dengan kesehatan itu sendiri tetapi juga menyangkut aspek kehidupan yang lain termasuk aspek ekonomi, aspek teknologi maupun aspek sosial. Ditinjau dari aspek teknologi misalnya perkembangan obat sungguh luar biasa. Dimulai dari penggunaan bahan alam sebagai obat dengan mekanisme farmakologi sederhana, sekarang bergeser ke arah penggunaan bahan bahan kimia sintesis maupun non sintesis dengan sentuhan mekanisme sub seluler. Selain itu rekayasa bioteknologi juga banyak dikembangkan dalam upaya menemukan obat baru. Perkembangan bidang obat yang cukup pesat tersebut tentunya harus diikuti dengan peningkatan peran tenaga kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan secara maksimal. Apalagi dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 telah ditetapkan Upaya Kesehatan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi tingginya bagi masyarakat dan salah satu kegiatan upaya kesehatan adalah pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya seperti harapan yang tertuang dalam undangundang kesehatan sampai saat ini masih belum tercapai. Berbagai masalah kesehatan, khususnya terkait obat masih ditemui di masyarakat. Mulai penggunasalahan obat, penyalah gunaan obat, terjadinya efek samping obat dari yang paling ringan sampai dengan kebutaan dan kematian, beredarnya obat palsu, narkoba dan bahan berbahaya lainnya, dan sebagainya. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan obat dan sediaan farmasi lainnya, diperparah oleh adanya oknum yang mengambil keuntungan dari kondisi ini dengan menawarkan berbagai produk yang diklaim sebagai produk kesehatan. Penggunaan bahan berbahaya dan bahan ilegal termasuk narkoba juga masih marak sebagai akibat kondisi masyarakat. Sementara itu media masa baik media elektronik maupun media cetak belum memberikan peran edukasi untuk masalah obat, yang ada justru banjirnya iklan obat yang hanya memanfaatkan aspek bisnis tanpa memperhatikan aspek edukasi di bidang obat. Masyarakat masih membutuhkan upaya lebih keras dari semua pihak untuk dapat memahami obat sebagai komoditi kesehatan yang harus aman, bermanfaat dan berkualitas. Dengan latar belakang tersebut di atas, maka Ikatan Apoteker Indonesia memprakarsai Gerakan Keluarga Sadar Obat sebagai langkah kongkrit untuk meningkatkan kualitas hidup masayarakat sehingga mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai komitmen dalam melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 1.2 Analisis Keadaan Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) merupakan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan sekaligus mencerdaskan masyarakat dalam berperilaku sehat, khususnya terkait dengan obat. Secara nasional gerakan ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh profesi apoteker di Indonesia walaupun sebenarnya upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang obat telah banyak dilakukan baik secara individu oleh apoteker maupun secara kelompok bahkan secara resmi oleh institusi terkait. Dengan demikian gerakan ini merupakan akumulasi dinamika profesi apoteker yang menyadari pentingnya melakukan gerakan secara nasional untuk mempercepat tercapainya kondisi masyarakat yang sadar dan selanjutnya menjadi cerdas serta mampu secara mandiri melakukan perilaku sehat dan bertanggung jawab, khususnya terkait dengan obat.

Dalam pelaksanannya tentu kegiatan ini tidak lepas dari hal-hal yang bersifat hambatan baik internal (kelemahan) maupun eksternal (ancaman) serta hal-hal yang bersifat dukungan baik internal (kekuatan) maupun eksternal ( peluang). Secara garis besar perkiraan keadaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kelemahan: - Kurangnya kesadaran apoteker untuk menjadi tenaga profesi yang menjamin keamanan, kemanfaatan dan kualitas obat; - Gerakan Keluarga Sadar Obat merupakan gerakan nasional baru yang melibatkan dan menuntut komitmen tinggi seluruh tenaga kesehatan khususnya apoteker, sehingga memerlukan proses sosialisasi; - Sedikitnya tenaga apoteker yang berada di pelosok desa. 2. Ancaman: - Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap obat sebagai komoditi kesehatan yang juga dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan pengobatan; - Lemahnya dukungan infra struktur kesehatan terhadap profesi apoteker sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap keamanan, kemanfaatan dan kualitas obat; - Banyaknya informasi tentang obat yang hanya mengutamakan aspek bisnis sehingga meninggalkan fungsi edukasi bagi masyarakat; - Krisis ekonomi, sosial, politik dan budaya di Indonesia memperburuk/memperlemah kondisi masyarakat sehingga mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak rasional. 3. Kekuatan: - Jumlah pendidikan tinggi farmasi dan lulusan apoteker sudah cukup banyak; - Sistem sertifikasi profesi dapat menjadi pendorong bagi apoteker untuk secara aktif terlibat dalam Gerakan Keluarga Sadar Obat. 4. Peluang: - Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang berasaskan pada upaya prefentif serta promotif berhubungan secara bermakna dan sejalan dengan Gerakan Keluarga Sadar Obat. 1.3 VISI Melembagakan dan membudayakan perilaku sehat dan bertanggungjawab masyarakat, khususnya perilaku terkait obat, sehingga dapat memperoleh dan menggunakan obat yang aman, bermanfaat dan berkualitas. 1.4 MISI Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran tentang obat bagi keluarga sebagai institusi terkecil dari masyarakat luas dan sekaligus sebagai pilar utama bangsa 1.5 TUJUAN 1. Tercapainya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya obat sebagai komoditi kesehatan. 2. Tercapainya kemandirian masyarakat dalam menilai dan memilih informasi yang beredar di masyarakat terkait obat. 3. Tercapainya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap DAGU PIPI SIBU (Dapatkan, Gunakan, Pilih-Pilih, Simpan dan Buang) obat dengan benar. 4. Tercapainya kemandirian masyarakat dalam menjauhkan diri dari obat dan bahan berbahaya, obat palsu dan sebagainya.

BAB II KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI GERAKAN KELUARGA SADAR OBAT 2.1 Kebijaksanaan Sesuai dengan konsep Sistem Kesehatan Nasional, Kesehatan menjadi tanggung jawab seluruh bangsa, tidak terbatas hanya pada tenaga kesehatan saja. Untuk mewujdkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilksanakan melalui berbagai kegiatan diantaranya pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan. Selain itu penggunaan obat dan obat tradisional harus dilakukan secara rasional. Keberhasilan gerakan ini tidak akan terwujud tanpa kerja sama seluruh pihak terkait, termasuk masyarakat. Oleh karena itu perlu ditetapkan strategi yang menjadi pegangan pelaksanaan Gerakan Keluarga Sadar Obat. 2.2 Strategi Gerakan Keluarga Sadar Obat 1. Advokasi Di dalam uraian tentang upaya kesehatan telah ditegaskan bahwa upaya ini terpadu dan melibatkan semua unsur terkait, termasuk masyarakat. Selama ini banyak instansi pemerintah yang telah menyelenggarakan kegiatan penyadaran masyarakat diantaranya program penyuluhan CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) dan produk informasi obat dari Kementerian Kesehatan dan jajarannya. Badan POM dan jajarannya juga telah banyak melakukan kegiatan penyuluhan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Perguruan Tinggi Farmasi dalam melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi maupun IAI sebagai Organisasi Profesi juga sudah banyak melakukan kegiatan penyuluhan. Agar gerakan ini dapat melibatkan seluruh unsur masyarakat, perlu dilakukan upaya advokasi untuk membangun keterpaduan antar instansi/institusi. 2. Keterpaduan Dengan keterlibatkan seluruh unsur masyarakat, gerakan ini harus menjadi gerakan yang terkordinir, terpadu dan berlandaskan kemitraan dalam menyadarkan masyarakat. 3. Tanggungjawab Berjenjang Salah satu pola koordinasi yang diterapkan adalah tanggungjawab berjenjang agar semua komponen mulai dari pusat sampai dengan daerah dan sampai pelosok mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan gerakan. 4. Pendaya Gunaan Potensi Sumber Daya Lokal Agar gerakan ini dapat berjalan berkesinambungan, perlu adanya komitmen berbagai sumber daya termasuk sumber dana dan sumber daya manusia di tingkat lokal. Sebagai contoh saat ini sudah banyak kader kesehatan, kader keluarga berencana yang merupakan insan terpilih di tingkat lokal. Pemanfaatan kader kesehatan yang sudah ada sebagai kader GKSO merupakan alternatif selain membentuk kader baru.

BAB III KEGIATAN DAN PELAKSANAAN GERAKAN KELUARGA SADAR OBAT 4.1 Kegiatan GKSO Gerakan Keluarga Sadar Obat merupakan program baru yang belum dikenal, namun memerlukan komitmen semua pihak terkait, oleh karena itu perlu penyusunan langkah dalam bentuk program kerja. Program kerja tersebut meliputi : 1. Training of Trainers (TOT) bagi apoteker perwakilan daerah yang nantinya menjadi penggerak GKSO di masing-masing daerah. 2. Penggalangan kesepakatan dengan instansi institusi terkait di pusat maupun daerah. 3. Penggalangan operasional dengan instansi-institusi terkait di pusat maupun di daerah. 4. Penetapan sasaran strategis di tingkat pusat dan di tingkat daerah. 5. Pelaksanaan GKSO di tingkat pusat dan di tingkat daerah. 6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan GKSO di tingkat pusat dan di tingkat daerah. 4.2 Pelaksanaan GKSO Dalam melaksanaan GKSO, materi yang disampaikan meliputi 5 (lima) macam, yaitu: 1. DAGU PIPI SIBU (Dapatkan, Gunakan, Pilih-Pilih, Simpan, Buang) obat dengan benar. 2. Waspada Obat dan makanan ilegal. 3. Bahaya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. 4. Penggunaan obat tradisional dan kosmetik yang baik 5. Role play. Materi-materi tersebut disampaikan dengan metode: 1. Penyuluhan 2. CBIA 3. Simulasi 4. Diskusi interaktif di media cetak maupun media elektronik Buku Pegangan GKSO: 1. Pedoman Pelaksanaan GKSO 2. Modul 3. Paket Simulasi (gambar dan/atau paket sampel obat) 4. Buku Saku untuk Diskusi Interaktif 5. Leaflet (BPOM, Kem. Kes) 6. Lembar Tanya Jawab 7. Lembar Umpan Balik 4.3 Uraian Tugas Apoteker Fasilitator GKSO Daerah 1. Bersama PD IAI menyampaikan dan mensosialisaikan GKSO kepada Dinas kesehatan Propinsi, Balai Besar POM, Pem. Prop, Perguruan Tinggi dan Pengurus Cabang IAI, dan membentuk POKJA Gerakan Keluarga Sadar Obat. 2. Bersama POKJA: a. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari TOT Nasional. b. Memberikan training kepada kader GKSO. Pendanaan diharapkan berasal dari IAI dan Instansi terkait (PEMDA & BKKBN). c. Membuat rencana pelaksanaan GKSO di tingkat daerah. d. Melaksanakan GKSO. e. Monitoring & evaluasi pelaksanaan GKSO.

BAB IV PENUTUP Terbentuknya keluarga sadar obat yang dapat melindungi dirinya, keluarganya dan lingkungannya terhadap efek obat yang tidak diharapkan tentunya menjadi harapan kita semua. Untuk itulah ada beberapa harapan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pelatihan TOT Apoteker Fasilitator GKSO menjadi langkah awal untuk memulai proses penyadaran dan pemberdayaan masyarakat dalam hal obat. 2. Apoteker Fasilitator GKSO membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terkait, baik pemerintah, organisasi profesi maupun masyarakat luas. 3. Langkah berikutnya yang sedang dipersiapkan adalah mengadakan Gerakan Keluarga Sadar Obat. Gerakan ini memerlukan telaah, persiapan dan dukungan yang besar agar benar-benar bermanfaat bagi masyarakat luas. Kader yang sudah terbentuk diharapkan dapat menjadi pioner-pioner dalam Gerakan Keluarga Sadar Obat.